★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Friday, October 8, 2010

[Fanfic] Blastocyst 1


Title : Blastocyst

Author : ♥ Yuera-Ayame & Akiru-Akiru ♥

Chapter : 1

Fandom : Deluhi, Manterou Opera

Pairing : JurixLeda | SujkxLeda | JurixSono

Genre : Angst | Romance | Fluff

Rating : PG

Disclaimer : Yue is the writer in 1st chapter :p lol

Backsound: Flumpool – MW ”Dears Mr. & Ms. Piresque” | Keane Feat K'NAAN - Stop For A Minute | Escape The Fate - Harder Than You Know

Note : Yosh! Ini FF re-written. Dulu-a pernah saia post dengan judul “Crying Rain”. Dan karena ngestak tiba-tiba ya saia biarkan terbengkalai termakan jaman *plak*XD

Dan setelah kemasukan setan-a sujk, saia putusin sambung lagi dan ajakin my lovely mom buat collab~ huahahahahaXD

Gomen kalo jelek dan terkesan Dime novel, tapi enjoy aja lah ya :p

PS : Gomen kalau masih ada tulisan yg berantakan, FF jadul sih :)b

♥ Happy Reading minna ♥



+++++++++++++++++++++++++++++

The rain never teaches anything, it only continues to fall.

Always, at the same time in the last train, people are being accompanied by their lovers.

The feelings and desires that keep piling are unexpectedly not fading.

Even though time has passed, the clouds won't clear and the tears from the sky still won't stop falling.

Leda’s PoV

Aku tau itu percuma, menghabiskan tenaga dan pikiran, dan akhirnya semua hanya sebuah kesia-siaan.

Namun aku tetap melakukannya. dibawah hujan yg masih saja menemaniku menangis..

Aku yang bodoh, aku yang pergi meninggalkannya, hanya karena alasan konyol yang aku sendiri menyadari hal itu…. Suatu kebodohan.

Aku memutuskan mengakhiri hubungan ini. Aku tau tak selamanya hal yang kuinginkan bisa kudapatkan. Dia menerimanya. Menerima semua alasan bodohku karena dia mencintaiku. Begitu pula aku. Aku memutuskannya, karena aku terlalu mencintainya. hanya itu. Sangat mencintainya. dan akan tetap seperti itu.

Oktober... Apakah hujan memang turun setiap malam dibulan ini?

Kenapa harus hujan?

Saat kecil ibu mengajariku cara menghadapi hujan. ibu bilang, “Pejamlah matamu saat hujan turun, maka kau akan medengar suara hujan seperti menyanyikan sebuah lagu yg akan mengantarmu tidur. Menyenangkan, membuatmu benar-benar merasa tenang.”

Anekdot yang aku rasa takkan pernah ampuh lagi. Setelah semua yg kumiliki hilang saat hujan turun.

Ibuku, sahabatku, bahkan hal paling berharga dalam hidupku. Juri.

Haruskah semua berakhir seperti ini?

Aku hanya bisa menangis. Seperti hujan saat ini.

Masih... aku masih ingin memeluknya, mencium bibir lembutnya, menggenggam tangannya, merasakan kembali kehidupan indah yang kujalani dengannya selama ini.

Tapi itu takkan mungkin. Hanya kegilaan yg sekarang kurasakan. Apa aku masih bisa bertahan?

“Kau belum tidur?”. Sujk membuyarkan lamunanku. Merebahkan tubuhnya tepat disampingku yang sedang memandang hujan.

“Aku masih ingin menikmati hujan... kau sendiri??”.

“Aku menuggumu, melihat wajahmu membuat rasa lelahku hilang.” Sujk menarik tanganku. Meletakan pada kedua sisi di pipinya.

“Bukannya Kau lelah seharian bekerja? Apa sebaiknya aku buatkan coklat panas?”. Aku berdiri dari tidurku, membalikan tubuhku sehingga membelakanginya. Berusaha pergi untuk menghindarinya.

“Tunggu.... tetaplah disini.”. Sujk menahanku, membuatku terjatuh tepat diatas tubuhnya. wajah dinginnya memandangku saat ini. wajah yang penuh dengan kepedihan. Entah apa yg sedang dirasakannya, tapi tampak jelas raut ingin menangis yg tertahan.

Sujk memang orang yg sangat tertutup. Tak mudah mempercayai orang lain. Hanya bergantung pada dirinya sendiri. Tapi dia mulai berubah menjadi sedikit terbuka saat bertemu denganku.

Aku tak bermaksud membanggakan diri bahwa akulah penyebab kelonggaran itu. Tapi ia berusaha meyakinkanku bahwa hanya aku yg dibutuhkannya. hal itu pula yg membuatku menjauh meninggalkan juri. Orang yang paling aku cintai.

Sujk masih memandangiku sambil mengelus kedua pipiku. Membuat rasa maluku timbul, aku yakin wajahku memerah saat ini.

Aku pun memalingkan sedikit wajahku, menyembunyikannya agar debaran jantungku kembali normal.

“Hei...”. sujk kembali menarikku. Memaksaku memandang wajahnya. perlahan membawa kepalaku menunduk, semakin dekat dengannya.

Hingga bibirnya menyentuh bibirku. Terasa hangat, Membuaiku dalam setiap gerakan lembutnya.

Hal seperti ini memang sering ia lakukan padaku. Tapi sangat sedikit minatku untuk membalasnya.

Rasa bersalahku tak kunjung hilang padanya. Karena setiap ia menciumku aku mencoba membayangkan juri, membayangkan saat juri menciumku. Aku tak mungkin melupakan itu. Hal paling berharga dalam hidupku.

Sujk masih menciumku, semakin erat, hingga bibirnya beralih ke arah leherku. Ia ingin menghabisiku, seperti biasa. Hal yg tak mungkin kuhindari, yg membuatku enggan lepas darinya, atau kembali pada juri.

Seolah dengan angkuhnya menegaskan pada dunia, bahwa saat ini aku miliknya. karena tanda merah itu terus tertera di setiap jengkal tubuhku. Aku takkan bisa lari, meninggalkannya yg memang membutuhkanku. Ia bahkan pernah berkata, hal yg akan paling disesalinya adalah kehilanganku.

Hey, apa kalian bisa pergi dari orang yg begitu membutuhkan kalian seperti ini?

Aku berusaha tak seegois itu. Karena tujuan hidupku adalah berguna bagi orang lain.

Gerah, entah kenapa hari ini rasa malas ku mampir. Dekapannya semakin erat. Tapi aku tak mampu merespon dengan benar, ia memang pemaksa. Memaksakan setiap gairah yg ia miliki untukku. Tapi bayangan juri terlalu kuat. Aku tak mampu bercinta dengan orang selain juri. Bodoh!

“Sujk, gomen ne… jangan hari ini, unh~”. desahku pelan, berusaha melepaskan diri saat jari-jari halusnya mulai merogohi tubuhku. bibirnya mengecupi setiap sudut tubuhku. Entah berapa banyak tanda yg kumiliki sekarang. Aku rasa harus segera menghentikan ini, sebelum semakin jauh.

“Sujk,.....”. panggilku saat Ia tiba-tiba menghentikan ulahnya

“Hei, aku… sujk? Tubuhmu panas? Kau demam?!!”. Kagetku, setelah dengan seksama merasakan hawa panas dari tubuhnya.

“Aku baik-baik saja. Tak apa…”. Jawabnya terengah-engah sambil menggenggam tanganku. Ia tersenyum paksa.

“Tidak! Tubuhmu terlalu panas untuk orang yg baik2 saja! Aku ambilkan obat. Tetaplah disini!”.

“Hei... tenanglah... aku baik2 saja....”.

“Aku takkan tenang jika panasmu setinggi ini, dan keringatmu terus bercucuran!”.

Aku merogoh laci persediaan obatku. Mencoba menemukan obat penurun panas yang memang setiap harinya bertengger dibarisan paling depan. Yap, aku menemukannya, tapi kali ini dia berdiri diurutan paling belakang. Dan aku mendapatinya dalam keadaan kosong.

“Shit! habis.... bagaimana ini?”. Umpatku sambil merogoh kembalilaci mencoba mencari persediaanobat lainnya. Tapi gagal.

“Ah! Aku harus ke apotik untuk membelinya.”Aku langsung berlari dan menggunakan jaketku, mempercepat langkahku agar waktu tak semakin larut.

“leda~”. sujk memanggilku. Wajahnya memelas. Ia menarik tanganku, mengenggamnya dengan erat. Tampak keren menurutku.

“Aku harus keluar untuk membeli obatmu, tetaplah disini.”

“Sayang~ ini sudah malam…”.

“Just few minute... ayolah....”.

“Tapi…”. Ia merengek, sangat kontras dengan penampilannya yang biasa.

“Tetaplah tidur, gunakan selimutmu. Aku akan kembali secepat yg kau harapkan”. aku mengecup pipinya. berharap ia tenang. Dan Ia membalas senyumanku.

+++++++++++++++++++++++++++

“Sankyuu....”.

“Doitta shimashite...”. Ucap penjaga apotik padaku.

Ah... hujan tak kunjung berhenti. Aku sangat malas keluar dengan keadaan seperti ini. dan bodohnya aku tak membawa payung. Oh, bukan. aku meninggalkannya.

Aku merapatkan jaketku. Berharap hawa dingin ini tak merasuki tubuhku lebih dalam. Apotik ini terlalu dekat dengan apato ku. Hanya perlu melewati taman kota berjarak 100 meter itu dan aku sampai.

Jalan setapak yang keren, kegemaranku setiap berjalan disini.

Yah... sudah setengah tahun ini aku tinggal bersama sujk. Banyak alasan, tapi dia lah yg memaksaku untuk selalu bersamanya.

Setengah tahun pula aku tak melihat sosok juri, orang yg paling berharga bagiku. Yang kutinggalkan begitu saja setelah sujk hadir dalam kehidupanku.

Aku memang salah, menyianyiakannya. Lebih tepatnya aku harus meninggalkannya. mengingat sujk menggantungkan hidup na padaku. Karena hidupnya takkan selama yang kuharapkan.

Ya, sujk menderita parasite trombositecancer. Sejenis kanker yg mengrogoti trombositnya. ia semakin melemah dengan keadaannya. Ia pekerja keras yg tak pernah peduli pada kesehatan dan bahkan berpikir untuk memperpendek umurnya. Hal yg aku dan juri sadari tak bisa untuk dibiarkan. Alasan aku meninggalkan juri, dan alasan juri menerimanya. Sujk hanya ingin hidup jika aku ada bersamanya.

Bodoh . sungguh bodoh. ..

“Aku benci hujan.....”. yah hujan membuatku basah. Cih!

“Kenapa aku tak bawa payung y?” pikirku sambil terus berjalan di deretan took-toko yg mulai tutup. Dan membiarkan rambut brunette ku terguyur hujan.

“Leda??? “. Seseorang memanggilku. Suara yg mengejutkan. Aku harap tebakanku salah.

“ Benar, kau leda!”. Teriaknya kegirangan, aku tak berani menatapnya, hanya terpaku ditengah guyuran hujan. Menatapnya bagiku itu sesuatu yg buruk.

“Leda???”. Panggilnya lagi. Setelah mungkin berulang kali aku tak menjawab.

“Ah, ya... Juri, hai apakabar??”. Oh tuhan! Kenapa sekarang? Aku benar-benar tak siap.

“Hei, kenapa kau hujan-hujanan? Kau dari mana?”. Dia bertanya dengan santai, pemandangan yg kontras denganku yg tentu saja sangat panik.

“Ah.. aku...”

“Obat? Siapa yg sakit? Kau?”. Wajahnya penasaran, sambil menarik plastik obat ditanganku.

“Ah ya, sujk demam, aku terpaksa keluar untuk membelinya..... “.

“Ooo....”. jawab na datar

Hening. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing, masih dibawah guyuran hujan yang semakin lebat.

Hingga akumemberanikan diri untuk menatapnya. masih sama. Mata yang sama, hidung… bibir… bahkan ia sama sekali tak mengubah warna rambutnya, hanya sedikit bertambah panjang.

Tanpa sadar tanganku bergerak menyentuhnya. Menyentuh bibirnya, matanya, pipinya, rambutnya yang menyebarkan harum samphoo favoritku. Aku benar-benar merindukannya.

“Leda… aku.. sangat merindukanmu”. Ucapnya terputus, ia mengecupi kedua tanganku. Hujan yang semakin deras pun mengguyur rambut hitamnya.

“Just like me...”. Aku tak sanggup menahan air mataku, yang ikut jatuh mengiringi derasnya air hujan.

Ia mengacak rambutku, memandangku penuh arti. Memelukkun erat dan menciumi keningku berkali-kali.

Tuhan... kenapa kau pertemukan aku dengannya? aku tak sanggup…

Drrt…drrrtt…

Ponselku berbunyi, sujk. Pasti dia.

“Ma-maaf... aku harus pulang..” . Aku mengusap airmataku secepat mungkin. Tak ingin ia melihatku menangis lagi.

“Harus?”. Ia tetap memelukku erat. Seperti enggan melepasnya.

“Ya-yah... “. Jawabku yg sebenarnya tak ingin melepas na juga.

“gomen ne....”. Ia melepas pelukanya, tapi tetap menggenggam tanganku.

“Juri! Kau disana?”. Seorang ringan pria membuyarkan segalanya. Sesosok kurus tampak berlari kecil mendekat ketempat kami berdiri.

“Sono?”. Juri terlihat kaget, dengan segera melepas genggaman tangannya di jariku.

“Ah, benarkan! Kau hujan-hujanan? Aku membawakanmu payung, pakailah.”. ia menyerahkan payung berwarna ungu, sama seperti warna matanya. tubuhnya tinggi kurus, warna rambutnya hampir sama dengan juri. Sangat manis dengan Sweater kebesaran yang menonjolkan collarbone nya, tubuh yang ideal bagiku.

“Dia?” ia bertanya pada juri, sambil memainkan ujung rambutnya. menatapku dengan lembut.

“Ah ya, dia leda”. Juri tersenyum penuh paksa, wajahnya terlihat panik.

“Oh... kau leda? Aku sono,yoroshiku ne”. Ia tersenyum sambil menundukan badannya, wajahnya memang manis.

“Hai....”. aku berusaha untuk tenang.

“Juri, ditoko itu aku lihat manekin lucu, Wajahnya serupa denganmu! Haha~”. Ia terkikik geli, sambil memainkan tangan juri. Membuatku sadar, ada sesuatu diantara mereka.

“Benarkah? Berarti tampan sepertiku juga?”. Juri mencoba mengolok-oloknya, tersenyum senang melihatnya cemberut.

“hu~ Tentu saja Kau lebih tampan, itu kan hanya manekin!”. Ia merengut manis. Sepertinya ia sangat manja.

“Heh… Dasar!”. Juri mengacak rambutnya. wajahnya terlihat sangat senang, sama seperti saat ia bercanda denganku.

Cih! Menjijikan! Pemandangan yg membuatku ingin muntah! Juriku? Seenaknya saja ia mengakuinya! Aku tidak rela, sangat ! ia dengan leluasa memeggang juri! Tertawa senang sambil menggenggam tangannya. Sialan!

Aku harus cepat-cepat pergi dari sini, sebelum akhirnya aku semakin gila.

“ ma-maaf, aku harus pulang, sujk menungguku....”.

“kenapa cepat sekali? ayo mampir ke apartemenku?”. Tawar sono, sambil menarik tanganku.

“Maaf, sujk menungguku...”. Gila! Ia mengajakku ke apartemennya? ia pasti ingin menghabiskan waktunya dengan juri kan? Sepertinya aku memang harus cepat-cepat pulang, sebelum rasa sakitku semakin menjadi.

“Su-sujk? Siapa dia?”.

Sesaat aku hanya memandangnya yang kelihatan penasaran, sama seperti ku yg sangat penasaran dengan hubungan mereka. Aku menatap juri. Wajahnya kelu. Aku tahu ia merasa bersalah dengan situasi ini.

“Ia pacarku. Dan dia sedang demam, makanya aku harus cepat”. Huh! Kurasa juri dapat mengartikan nada kesalku saat ini.

“Oh.. kalau begitu cepat lah. Semoga ia cepat sembuh. kapan-kapan mainlah ketempat kami!”.ia tersenyum lagi. Memamerkan wajah cerianya yg tentu saja tak bisa kutiru saat ini.

‘Tempat kami’ kata-kata yang dengan sekejab telah merobek hatiku.

“Ah ya... jaa!”. Kupercepat langkahku. Berusaha berlari, agar terhindar dari bayangan mereka. Terlalu sakit untukku berlama-lama ditempat ini.

“Jaa!!!!” . Teriak sono semakin menjauh. Wajah juri terlihat semakin kelu. Membuat rasa bersalahku datang lagi.

Yah… tapi setidaknya, ia mendapatkan pengganti yg pantas..

+++++++++++++++++++++++

Aku terus berlari semakin dekat dengan apartemenku.

Hingga tiba di depan pintu kamarku, Aku tertunduk lesu. Aku tak mungkin masuk dengan keadaan seperti ini. tak ingin membuat Sujk khawatir.

Drrrt…drrrtt…

Kembali ponselku berdering, sepertinya ada pesan.

Aku mencoba melihat pengirimnya. Juri?

Dengan segera kubuka pesanku

.

From : Juri

Subject : “You and night sky... I think about this scene in the unending dream and become glow. Night sky... In place, where the stars are falling, we will gather there again by a chance, I want to meet you”

Ini…

Hujan pun tak kunjung berhenti, mengalir deras mengiringi air mataku.

Membayangkan wajahnya yg sedang tersenyum dan mencumbu orang lain. Dirinya yg kini bukan milikku lagi. Sulit. Terlalu berat untuk kutanggung sendiri.

Aku merindukannya, sangat....

I have given you too much water such that you wilted

I protected you so much that I had deprived you of sunlight.

I have no idea why, but I miss you



T.B.C



No comments:

Post a Comment

Please, take your some comments ^^v