★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Friday, October 8, 2010

[Fanfic] The Eternal Love 1

Title: The Eternal Love

Creator: Kiyushin "Tokio" aka Yuera Ayame

Writer: A-m-O

Rating: NC-17

Genre: AU | Drama | History | Romance


Main Casts: J-Band ~ D=OUT | ScReW and OC


Pairing: MinasexRui | ReikaxRui | KoukixIbuki | MinasexHikaru


Disclaimer: All of the main casts is'nt our. But, the line story has been copyrighted.

Warning: Abuse of Human | Smut Scene (not on this chap)

Summary: "Bahkan jika sekarang kita tak dapat bersatu, tapi aku yakin. Di kehidupan selanjutnya, aku dan kau akan selalu bersama selamanya.."


oke, Happy Reading ♥




[PROLOGUE]



Yae-Zakura. Siapa yang tidak mengenal klan ini? Sebuah klan terkenal di daratan Hoshu, yang kini telah menjelma dan bertakhta sebagai sebuah kerajaan. Di pimpin oleh sang kepala keluarga Zakura, Zakura Hiroshi. 40 tahun masa pemerintahannya diwarnai dengan kesuksesan kisah negaranya. Namun, kemasyhuran nama kerajaannya bukannya tidak menjadi ancaman bagi dirinya dan keluarganya. 5 tahun masa terakhir pemerintahannya, klan Kaibutsu yang juga sebuah kerajaan memeranginya. . Berniat mengambil alih kekuasaan tanah yang dimiliki oleh klan Zakura dan berusaha memperluas daerah jajahannya. Namun, Hiroshi bukanlah individu yang pantang menyerah. Dengan kekuatan seluruh pasukan kerajaannya, ia melawan klan Kaibutsu dalam perang yang dikenal dengan sebutan 'Chi no Senso'. Perang itu menewaskan 3000 orang, baik dari pasukan klan Zakura dan pasukan klan Kaibutsu. Tapi naas. Di hari terakhir 'Chi no Senso' itu, Zakura dan istrinya tewas terkena panah yang dilemparkan seorang pasukan Kaibutsu. Tak hanya mereka. 2 anak lelaki tertua mereka, Kazuki dan Hikaru, yang notabene juga kepala pasukan perang, juga ikut tewas saat melawan sang pemimpin klan Kaibutsu, Byou.





Dan dari klan Zakura, hanya tertinggal dua ahli waris takhta, yaitu Kouki dan Rui. Namun Kouki sadar. Suatu saat, klan Kaibutsu pasti akan kembali menyerangnya dan pada akhirnya, dialah yang akan menjadi pemimpin garis depan. Dia tak mau mengikutsertakan Rui dalam peperangan itu, karena Rui, adalah satu-satunya ahli waris kerajaan, jika nanti ia terbunuh. Oleh sebab itu, jauh sebelumnya, Hiroshi sudah memikirkan hal ini. Ia pun menyamarkan identitas Rui yang sebenarnya. Menjelmakan Rui dalam tampilan wanita layaknya putri, bukan pangeran ahli waris.

Dan, disinilah ia sekarang. Menatap pantulan dirinya didepan cermin rias dan memoles wajahnya. Kembali bercermin dan menyisir helaian rambut hitamnya, lalu mengenakan kimono emasnya. Sesaat, ia terdiam merefleksikan bayang nyata dirinya di cermin. Dia seorang laki-laki, tapi dia harus berpakaian sefeminim mungkin untuk menghindari kecurigaan dari pihak Kaibutsu dan melindungi dirinya sendiri.

"Nona.."

Melayangkan pandangannya menuju sumber suara yang memanggilnya, dengan jelas ia melihat sesosok wanita paruh baya berpakaian kimono sakura yang membungkukkan badannya.

"Ada apa?"

"Anda ditunggu Kouki-danna di istana."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



[Chapter 1 : The Reason]



Sekelompok wanita muda terlihat duduk membungkuk berhadapan, mengapit karpet jalan istana. Mereka terlihat serempak dengan kimono berwarna merah muda sakura yang mereka kenakan. Kontras dengan warna jubah sang kepala kerajaan Yae-zakura yang berwarna abu kehitam-hitaman dengan simbol sakura dipunggungnya.


Raut wajah gelisah sang kepala kerajaan tampak jelas. Perasaan khawatir itu tak urung datang kembali merayapinya.


"Onii-san.."

Suatu panggilan lirih membuyarkan seluruh pikirannya.


"Rui..",jawabnya seraya tersenyum dan mendekati pria berkimono emas dihadapannya.


"Kalian semua boleh meninggalkan ruangan ini sekarang.",perintahnya.


Wanita-wanita pelayan istana itu pun berdiri, membungkukkan badan mereka dan memohon diri, meninggalkan mereka berdua.


"Ada apa Oniisan memanggilku?",tanya Rui datar.


Kouki menarik lengan adiknya menuju kursi takhtanya dan mendudukannya disana.


"Kau tahu'kan, bagaimana situasi kerajaan kita sekarang?"

"Apa maksudmu?"


Kouki menghela nafasnya lalu menepuk bahu Rui didepannya.

"Kerajaan kita sedang diincar oleh kerajaan Kaibutsu. Dan.. Aku tidak ingin kau direnggut oleh mereka. Cukup Hikaru dan Kazuki. Aku tidak ingin kehilangan saudara lagi.


Rui terpaku mendengar suara Kouki yang bergetar seperti menahan isakan. Ya. Memang. Hikaru dan Kazuki. Dua kakak tertuanya itu kini sudah tiada, gugur dalam 'chi no senso' 3 tahun yang lalu. Tak hanya merenggut nyawa kedua kakaknya itu, tapi juga merenggut nyawa ayah dan ibunya.

Menghela nafasnya berat, ia menatap Kouki di hadapannya seraya menyunggingkan senyum andalannya, senyum yang dapat menghapus segala kekhawatiran sang kakak.

"Kakak tenang saja. Kita punya banyak pasukan kerajaan yang hebat. Aku yakin dengan mereka. Lagipula.."


"Lagipula ada aku disini. Kau bisa percaya padaku."
Suatu suara berat bergema didalam ruangan itu. Kouki dan Rui menolehkan kepalanya bersamaan, dan menangkap sosok Reika yang kini berdiri berkacak pinggang sambil tersenyum sumringah.


"Aah.. Jenderal kita ada disini rupanya!",sahut Kouki.

Mendengus pelan, Reika berjalan menghampiri Kouki dan Rui di takhta istana.


"Sedang apa kau disini?"


"Lho, memang kenapa? Tidak boleh?"


"Tidak."


Menggerutu pelan dengan tatapan sinis ke arah Rui, Reika pun mulai berlagak mencelanya.


"Huh. Ya-ya.. Sepertinya, istana ini memang bukan tempatku.",gumam Reika seraya melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Rui.


Namun, dengan sigap Rui berdiri dan menahan lengan Reika, menghentikan langkahnya.


"Mau kemana?"


"Apa urusanmu?"


"Hei.. Aku 'kan hanya bercanda tadi. Kau marah,ya?"


"Bercanda? Huh.."


"Heii~"


"Ehem.."



Rui dan Reika tersentak mendengar deheman Kouki diantara mereka. Menyengir tanpa rasa bersalah, Reika dan Rui tertawa. "Ahahaha. Astaga, aku lupa kalau ada Kouki-nii disini."


"Oh,ya? Astaga.. Dasar adik bodoh."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



Suara langkah kaki keduanya terdengar teratur beriringan. Sepinya suasana lorong istana ikut menambah nuansa hening di antara mereka. Reika terus melangkahkan kakinya, dengan tangannya yang erat menggenggam tangan Rui. Rui hanya berjalan, mengikuti tuntunan langkah Reika didepannya.


Hingga keduanya sampai di singgasana atap istana, yang terlihat begitu indah dengan warna langit biru cerah yang menghiasinya.


"Untuk apa kita ke sini?"


Reika menatap Rui di belakangnya, dan tanpa peringatan apapun, ia mengecup lembut bibir Rui. Menempelkannya sedekat mungkin dan menenggelamkan Rui didalam pelukannya.


Semenit kemudian, Reika melepaskan tautan bibirnya, lalu menyeka lembut bibir Rui dengan ibu jarinya.


"Aku mencintaimu, Rui. Sangat mencintaimu.",bisiknya pelan. 


Rui menatapnya aneh, seakan merasa asing dengan Reika.


"He-Hei.. Kau kenapa, Rei?"


"Tidak apa-apa. Hanya ingin mengatakan itu saja."


"Tanpa kau mengatakan itu, aku sudah mengetahuinya, Rei.", bisik Rui seraya mengecup kembali bibir Reika.




[Chapter 2 : And The War Has Begun..]


"Lihat ini.",ujar Reika seraya menyerahkan gulungan kertas papirus pada Kouki.

"Apa ini?"

"Itu adalah rute pembantaian klan Kaibutsu 3 tahun yang lalu. Dari sana, kita tahu bahwa klan Kaibutsu selalu menggunakan jembatan Aozora menuju ke sini."

"Aku tahu, Reika!",sergah Kouki. " Tapi yang aku khawatirkan kali ini bukan masalah taktik penyerangan atau rute penyerangan. Aku tahu,kau memang jenderal yang hebat dan aku yakin pada kemampuan analisismu! Tapi, yang aku khawatirkan saat ini adalah Rui, Reika! Rui!"

Sesaat, suasana hening menyelimuti mereka. Reika hanya menundukkan kepalanya, sementara Kouki menggigit kuku jarinya gemas.

"Kau tahu,kan Reika.. Hanya Rui, Rui yang menjadi andalanku, andalan Yae-zakura. Tak masalah kalau aku harus mati, tapi aku tidak mau Rui menjadi korban. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyentuh Rui meski seujung kulitpun. Tak'kan pernah kubiarkan."


*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..


KOUKI'S PoV

Dengan tergesa-gesa aku melangkahkan kakiku cepat menuju kamar Rui. Aku baru saja mendapat pesan dari ajudan-ajudanku yang berjaga dibenteng pertahanan bahwa pasukan klan Kaibutsu tengah dalam perjalanan menuju Yae-zakura. Sial! Apa mereka ingin melakukan gencatan senjata di tengah malam seperti ini?!

Kedua kakiku pada akhirnya sukses mengantarkan aku ke kamar Rui. Kubuka pintu di depanku dan kulihat tubuh Rui yang terbaring lelap di ranjangnya. Jujur saja. Melihat wajahnya itu sebenarnya membuatku segan membangunkannya. Tapi, aku harus melakukannya!

"Ru.. Rui.. Bangunlah!"

Kuguncang-guncangkan tubuh Rui pelan dan ternyata, guncangan itu cukup ampuh membuatnya tersadar.

"Umh? Kouki-nii? Ada apa?",tanyanya sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.

"Kau harus pergi dari sini, Rui. Pasukan klan Kaibutsu sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Ayo, bergegaslah sekarang!",sentakku.


KOUKI'S PoV END


*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..


Dengan langkah cepat, Kouki dan Rui berlari menyusuri lorong-lorong istana yang sunyi. Tangan kanan Kouki erat menggenggam tangan adiknya, menuntunnya dalam pelarian mengejar waktu yang terbatas.

Sesampainya diruang takhta istana, kedatangan mereka disambut oleh kumpulan banyak pasukan Yae-zakura yang kini bersiaga dengan perisai dan pedang di tangan mereka.

"Mana Reika?!"

Salah seorang perwira kerajaan membungkuk dan berlutut dihadapan Kouki.

"Sesuai dengan perintah raja, Reika-san sedang dalam perjalanan menuju kediaman Minase-san."

Kouki mengangguk mantap.

"Bagus! Sekarang, aku mohon pada kalian untuk tetap berjaga. Kita tidak tahu kapan pasukan mereka akan tiba. Dan.."

Kouki menghentikan kata-katanya, mengubahnya menjadi pandangan ke sekeliling hadapannya, dimana seluruh pasukan Yae-zakura tengah memandangnya penuh perhatian.

"Keselamatan dan nasib kerajaan Yae-zakura juga berada dalam genggaman kalian. Aku percaya pada kalian semua. Kalian adalah prajurit-prajurit Yae-zakura terbaik. Dan aku menaruh keyakinanku pada kalian."

Sesaat, suasana hening. Namun, perwira yang tadi membungkuk di hadapan Kouki tiba-tiba mengangkat perisainya dan pedangnya ke atas, seakan mengobarkan semangat tanah-air dalam dirinya.

"Aku bersumpah, kerajaan Yae-zakura adalah kerajaan terkuat, karena kita ikut menopangnya. Hidup Yae-zakura!",teriak sang perwira penuh semangat.

Teriakan penuh semangat sang perwira itupun diikuti dengan sorak penuh gairah dan semangat seluruh prajurit yang lain. Mereka semua ikut mengangkat pedang dan perisai mereka, seolah-olah dengan itulah mereka menunjukkan rasa semangat dan kecintaan mereka akan Yae-zakura.

Kouki tersenyum dan mengangguk mantap. Mengepalkan jari-jari tangan kanannya, ia mengangkat tangannya keatas dan memekik penuh semangat.

"Untuk keabadian Yae-zakura dan kita semua!"

"Ya!"

Jawaban penuh semangat itu semakin menebalkan keberanian dalam diri Kouki. Ditatapnya sang adik disampingnya, tersenyum penuh kegembiraan.

Tak lama kemudian, Reika muncul dengan seorang pemuda berambut hitam kelam. Berpakaian laksana prajurit, dengan pedang yang terselubung didalam kantongnya.

"Kouki-danna..",salam Reika dan pemuda berambut hitam itu pada Kouki seraya membungkuk.

"Mi-minase?",tanya Rui terperangah.

"Ya. Aku akan mempercayakanmu pada Minase, Rui. Dialah yang akan menjagamu selama kau tak disini."

Pemuda yang disebut Minase itu menegakkan kembali kepalanya, menatap Kouki dan Rui didepannya.

"Minase, tolong jaga adikku ini. Aku percaya, kau pasti akan melindunginya dengan segenap kekuatanmu. Aku sangat mempercayaimu, Minase."

Minase menatap Kouki, lalu menganggukkan kepalanya mantap.

"Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan Rui, Kou. Percayalah padaku."

"Pasti. Lebih baik, sekarang kalian berdua bergegas ke Puri Ojo di Nishihara. Aku juga mengutus 4 pelayan pribadi bersama kalian untuk mengurus semua kebutuhan kalian disana."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



Minase dan Rui mengangguk. Mengulurkan tangannya pada Rui, Rui malah berbalik menatap Reika.

"Ikutlah dengannya. Kau harus menyelamatkan dirimu kali ini. Nanti, saat semuanya sudah berakhir, aku akan menjemputmu ke Nishihara.",gumam Reika seraya memeluk tubuh Rui lalu melepaskannya.

Rui meletakkan tangannya didalam genggaman Minase, membungkukkan badannya pada Kouki bersamaan dengan Minase dan tanpa membuang waktu segera berlari menuju lorong bawah tanah, dimana ke-empat pelayan pribadi mereka telah menunggu dengan kuda-kudanya.



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



RUI'S PoV


Langkah kaki kuda ini ikut memacu adrenalinku, bersamaan dengan Minase yang menunggang sang kuda dibelakangku. Ya, Minase. Minase, teman baikku sejak aku kecil, mungkin sejak aku lahir. Hanya dia satu-satunya yang mengetahui fakta bahwa aku ini seorang laki-laki, disamping Reika, Kouki-niisan dan anggota keluargaku yang sudah meninggal. Dialah.. Teman dalam kesunyianku. Disaat lingkungan pergaulanku benar-benar dibatasi, hanya dialah yang diperbolehkan untuk tetap berada di sampingku dan menemaniku, mengingat dia adalah anak perdana-menteri Yae-zakura, Masamune Toguchi. Dan, Masamune Toguchi adalah sahabat baik almarhum ayahku, dan dia sangat mempercayainya. Jadi, tidak heran, ayahku membebaskan aku untuk bermain sepuasnya dengan dia.

Tapi itu dulu. Karena, sejak aku berumur 15 tahun, aku sudah tidak pernah bermain dengannya lagi. Aku sibuk dengan urusan kerajaan, sementara dia sibuk dengan didikan perang ayahnya. Dan, aku akui juga, semakin aku mengenal Reika, semakin jauh juga aku mengingat peran Minase dalam hidupku.

Tapi sekarang, aku kembali bersama sahabat masa kecilku. Sahabat yang kini telah berubah wujud menuju kesempurnaan dirinya. Dia.. Jauh lebih tampan sekarang. Tidak ada kesan imut seperti 21 tahun yang lalu.

"Kenapa memandangiku seperti itu?"

Aku tersentak mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba itu. Segera kualihkan pandangan wajahku dari wajahnya, dan kutundukkan kepalaku menutupi rona merah malu di pipiku.


RUI'S PoV END



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



"Kita sudah sampai."

Minase menarik tali kekang kudanya, membuat sang kuda menghentikan jalannya.

Turun dari pelana sang kuda, Minase kini membantu Rui untuk turun, dan kelihatannya sulit karena gaun yang ia kenakan.

"Hup!"

"Ah,maaf Minase-kun! Aku benar-benar merepotkanmu."

Minase tersenyum kecil.

"Sudahlah, tak perlu kau pikirkan. Lebih baik kau kembali tidur. Aku yakin, kau masih lelah saat dibangunkan tadi.",sahut Minase seraya menepuk lembut rambut Rui.

Rui menganggukkan kepalanya, kemudian membalas senyuman Minase dengan senyumannya.

"Oh,ya! Kalian juga! Salah satu dari kalian, tolong antarkan nona Rui ke kamarnya! Dan yang lain, bawa masuk perbekalan kita. Tinggalkan saja kuda-kudanya. Biar aku yang mengurusnya!"

Keempat pelayan itu menunduk, dan sesuai dengan perintah Minase, salah seorang pelayan berperawakan tua mengantar Rui memasuki puri, sementara 3 yang lain sibuk menurunkan perbekalan-perbekalan di kantung pelana kuda mereka.



-TBC-


No comments:

Post a Comment

Please, take your some comments ^^v