★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Thursday, July 8, 2010

FIC BIRTHDAY FOR RYOGA (BORN)

Title: Ruisai No Hana
Author : Kiyushin “Tokio” aka Yuera Ayame
Part : 1 of 1
Fandom : BORN, Screw, OFC
Pairing(s) : H.I.M.I.T.S.U *plak* if u wanna know, please read! XDLOL
Genre : Romance, angst
Disclaimer : just story line is mine.. but Ryoga is my.. my… my… T^T
Rating : +15
Note : Fic Birthday for Ryoga san, my lovely Vocalist♥
Music : Ruisai No Hana , The Fragrance Noise- BORN, SAYONARA-SKULL (tetsuya I ♥ u!)T^T

This story is pure, real and Fukushion results of my thoughts **** :D

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Kukeratkan luka disudut jariku. Tanda penyesalan.
Aku berbohong bahwa aku bahagia..
Aku berbohong karena saat ini aku terluka.
Seperti apapun takkan berubah, hanya kebodohan dan penyesalan temanku..
Tapi percayalah, ini yang terbaik…



Seorang lelaki menyudut ditepi jalan. Duduk disebuah bangku sambil menghisap rokoknya.
Kerut lelah terlihat jelas diwajahnya yang memang sangat manis.
Sesekali ia melirik kejalan dihadapannya. Seperti menunggu seseorang menghampiri. Dan tentu saja, tak lama kemudian ia tersenyum saat seorang wanita cantik dengan rambut blonde sebahu berjalan kearahnya sambil tersenyum ramah.

Si lelaki bangkit dari duduknya. Tak lama menginjak rokoknya, dan meneguk habis softdrink yang ia genggam. Berjalan kearah wanita itu.
Ia merangkul pinggang ramping sang wanita setelah sebelumnya mendaratkan kecupan hangat didahi wanita manis tersebut.
Sang wanita hanya tersenyum. Tanda ia menerima semua perlakuan manis dari lelaki berambut brunette itu.

“Aku lama?? Maaf ya..”. ucap si wanita sambil jari-jari halusnya mengelus pipi pria tersebut.

Sang pria hanya tersenyum. Mengecup pelan pipi tunangannya itu. “Apapun untukmu Rui..”. bisiknya lembut.

“Terimakasih….. kei…”. Ucap Wanita bernama Rui tersebut. Dan kedua berjalan beriringan meninggalkan Taman rumah sakit itu.


+++++++++++++++++++++++++++++


Ryoga memainkan tangannya diatas kanvas putih sambil tubuhnya terbaring diatas ranjang dengan selang infus yang menancap di lengannya.
Matanya terus tertuju kepada sosok dipinggir jendela kamarnya. Rui, tertidur dengan sangat manis dipinggir jendela. Rambut blondenya berkilauan terkena cahaya matahari sore yang hampir tenggelam.
Pemandangan yang sangat indah bagi Ryoga. Objek yang cukup berharga untuk dilukis olehnya.

Tak henti-hentinya Ryoga mengumbar senyum manis melihat kekasihnya yang begitu manis saat tertidur. Lelah yang mungkin menghampiri Rui setelah seharian menjaga Ryoga yang hanya bisa terduduk lemah diatas ranjang dikamar rawatnya.
Bertemankan Kanvas dan cat lukis. Hanya hal itu yang bisa dilakukan Ryoga sekarang. Setelah lebih dari 2 bulan dokter memvonis Ryoga terkena Aneurisma stadium akhir. Penyakit penyumbatan saluran darah dijantung, yang membuatnya terpaksa menyerahkan diri pada obat dan Rumah sakit.

“Emh~” Rui mengerjapkan matanya. Terbangun saat matahari senja semakin silau menerawang masuk melalui kaca jendela. ia bangkit dan segera merapikan rambutnya, dan tersenyum kearah ryoga yang terus memperhatikan gerak geriknya.

“Kau terbangun karena silau?? Maaf.. aku tak bisa kesana, bahkan sekedar untuk menutup jendela….”. Ryoga mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan berbau pekat obat dan desinfektan tersebut.

“Hei.. apa yang kau bicarakan?? Dekat denganmu saja sudah cukup untukku...” rui berjalan menuju Ryoga. Duduk disampingnya dan menatap Ryoga lekat.

“Tapi….”. bibir ryoga terhenti saat telunjuk Rui menyentuh permukaan bibirnya. Tabpa melepaskan pandangannya ia tersenyum.

“Kau yang paling mengerti aku, tanpa perlu berjalan untuk menuntunku pun, aku tetap ada untukmu, dan kau tetap ada untukku.. mengerti??”. Rui merapatkan dahinya ke dahi Ryoga. Membuat Ryoga tersentak. Memandang Rui yang tersenyum melihatnya.
Dan sesaat kemudian ia mengangguk mengiyakan. Tertunduk menyembunyikan rona merah diwajahnya.

Cukup lama suasana hening. Rui mempertahankan posisinya, mengapit wajah ryoga dengan kedua tangannya. Merasakan angin yang membelai lembut wajah mereka.
Berusaha mengulang memori-memori lama tentang keduanya.

“Kau ingat saat pertama bertemu aku dulu??”. Ryoga tersenyum sambil menutup matanya.

“Tentu saja! Saat SMU, kau menabrakku tanpa meminta maaf, dan malah memarahiku yang tak sengaja membuat seragammu kotor dengan cake ku kan??”. Rui mengucutkan bibirnya, sedikit cemberut dengan mata ikut tertutup.

“Hahahaha~ tapi.. saat itu kau menangis bukan karena aku menabrakmu kan? Tapi karena… patah hati~” Ryoga terkikik sambil mengelus pipi Rui yang memerah karena malu.

“A.. aku tidak.. itu masa lalu!”. Rui menarik diri dan membuang pandangannya kesamping. Wajah cemberutnya membuat ia terlihat manis dan kekanakkan.

“Hahaha~ .. aku jadi penasaran kenapa dulu seorang Byo mencampakkanmu demi gadis aneh yang berpakaian seperti boneka itu, dan saat dibangku kuliah ia kembali mengejarmu.. hidup memang aneh..”. Ryoga menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan tawanya sambil memegangi perutnya.

“uh~ kau ini!”.

“i..iya… maaf.. aku hanya bercanda..”. mohon Ryoga saat rui menarik kedua pipinya.

“Saat itu mungkin aku hanya takut kehilangan dirimu..”. ryoga menggenggam tangan Rui, menahan dan memandangnya lekat.

“Tapi… aku memilihmu kan??”

“……………..”

“Ryoga??”

“……. Terimakasih..”

“He?? Untuk apa??”

“for all that you gave, maybe I do not say it back ..... gomen ne..”

Rui hanya terdiam. Memandang Ryoga yang menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
Ia kembali menyusuri jari-jari itu. Menggenggamnya. Meletakkan kedasar dadanya sambil memejamkan mata.

“Begini cukup untuk membalasnya… bernyanyilah untukku…” Rui mengeluskan kedua tangan Ryoga kewajahnya. Ia tersenyum yang membuat Ryoga tercekat. Menahan air matanya yang seperti memberontak untuk keluar dari pelupuknya. Tak lama ia pun tersenyum.
Menarik nafasnya. Menahan semua perasaan aneh yang bergejolak hebat didadanya.
“semoga ini bukan yang terakhir…” batinnya sebelum mulai menyanyikan sesuatu.


You are exceedingly beautiful
Happiness and sorrow punishment for a person without sins even being able to visit this absurdity someday I'd completely fall in love
Becoming strong like you...
A glittering sakura in full bloom ...



Disudut lorong rumah sakit itu, seorang pria berambut brunette berdiri dipintu kamar 02.
Ia tersenyum. Menyaksikan apa yang baru ia lihat.



++++++++++++++++++++++++++++++++


Rui’s POV (Flashback)

Aku menaikan kedua alisku. Menatap tak percaya pada apa yang kulihat saat ini.
Sebuah kertas buram dengan beberapa penjelasan yang sulit kumengerti Ryoga serahkan kepadaku setelah kami bertengkar hebat beberapa hari ini.

Yang kutau satu hal dari enychan yang tak lain sepupu Ryoga, ia terkena Aneurisma stadium akhir. Pembengkakkan pembuluh darah dijantung. Yang tak lama lagi mungkin akan merenggut nyawanya dari ku, ia akan meninggalkanku?? Sial!

Saat ini aku hanya ingin menangis. Dan beberapa detik lalu air mataku sudah berhasil mengalir tanpa bisa kutahan.
Tubuhku lemas seketika. Menatap Ryoga yang hanya tertunduk lusuh didepanku.
Ia bahkan tak berani menatapku. Wajahnya memucat.
Aku jadi mengerti alasannya menyerahkanku pada Kei, menjauhiku dan tiba-tiba berkata tidak ingin bertemu lagi dengan ku.

“Ma.. maaf….”. Ucapnya terbata. Ia menggapai tangannku.
Aku hanya bisa meluapkannya dengan menangis histeris dan membuyar dipelukannya.



***Flashback***


“A…apa maksudmu??”. Aku mencoba tersenyum. Seperti barusan aku mendengar lelucon garing dari mulut Ryoga. Kekasihku.

“Tak ada.. aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Pergilah! Kei lebih membutuhkanmu dari pada aku! Yah.. our relationship is too boring, maybe I'm tired like this. kau tak lebih baik dari mantan pacarku yang dulu…” Ryoga meneguk habis minuman ditangannya. Tersenyum penuh kemenangan. Ia seperti bukan ryoga yang kukenal.

“Hei! STOP YOUR F**KING JOKES!”. Aku menariknya sehingga ia berhadapan denganku. Tak pasti, ia hanya menatapku sambil terus terkikik.

“Kau tau Rui? Aku harus jujur kau memang lebih cantik, menarik dan… cukup memuaskanku..”. Ryoga tersenyum menyeringai,. Aku hanya tercekat mendengarnya. Menatapnya tak percaya. Hingga ia mendekatkan wajahnya kewajahku. Mendapatkan apa yang ia cari.
Ia berhenti saat bibirnya meraih bibirku. Memberikan sentuhan hangat disana sambil tetap tersenyum. Lumatan-lumatannya, yang biasa ia lakukan kali ini terasa lebih kasar. Ia seperti bukan ryoga yang selama ini kukenal. Aku tetap mempertahankan posisiku tanpa mebalas ciumannya.

Sesaat ia melepaskan ciumannya, ia kembali menyeringai. “ Dan ini yang kusuka darimu…dulu..”. bisiknya sebelum akhirnya menarikku lebih dekat dengannya. Dapat kurasakan dengan jelas hangat nafasnya menyatu dikulit leherku. Ia bermain dengan lidahnya disana. Membuatku menahan nafas. Aku seperti kehilangan fikiranku.ia benar-benar seperti bukan Ryoga yang kukenal. Ini memang bukan yang pertama, tapi ini pertama kalinya ia berbuat sekasar ini padaku. Selama 4 tahun, ini bukan Ryoga. Bukan Ryoga ku!

“Ada apa Rui? Kau tidak menikmatinya??” ia mendesah ditelingaku. Kali ini emosi benar-benar lepas saat jari-jarinya menyusuri lekukan tubuhku. Berusaha membuka kancing yang menempel dibagian depan kemejaku.

PLAAKK!

Air mataku mengalir seiring suara tamparan yang kudaratkan diwajahnya. Ia benar-benar membuatku marah. Persetan dengan apapun alasannya. Tapi ia benar-benar berhasil membuatku terluka. Yah.. aku cukup mengerti, sangat mengerti! Ia hanya ingin pergi dan meninggalkanku.

“OK! WHATEVER YOU WANT! I‘M NOT COMING BACK AGAIN!” teriakku sebelum keluar dan membanting pintu apatonya, meninggalkannya yang masih mengelus pelan pipinya.


Rui’s POV end

***************************


“Hei.. kau baik-baik saja? Tak apa menerima lamaran ini??”. Lelaki berambut brunette itu berdiri dihadapan Rui sambil mengibaskan jarinya. Tersenyum melihat Rui yang melamun memandangi kotak cicin dihadapannya.

“Ah.. i.. iya.. aku baik-baik saja..”. rui mencoba tersenyum. Tetapi lelaki itu lebih pintar untuk mengetahui kebohongannya.

“Hei… Tolaklah.. dari dulu kau selalu sulit menolak permintaan orang lain. Bahkan untuk hal sepenting ini..”

Rui hanya terperanjat dibangkunya. Ia dapat merasakan jari-jari halus lelaki dihadapannya itu hangat menggenggam kedua tangannya.
Ia seperti sadar akan sesuatu. Hanya bisa menahan apa yang sudah bertumpu dikedua pelupuk matanya.

“Aku tak bisa menolakmu… aku sudah berjanji padanya..”. Rui menundukkan wajahnya menahan kelu.

“Tapi apa kau akan bahagia jika bersamaku? Dengar Rui, aku takkan memaksamu.. bagiku perikahan itu bukan lelucon, dan aku tak ingin membuatmu jadi terbeban dengan perasaan sendiri..”.

“Hei.. Kei benar.. piikirkanlah, jangan sampai kau menyesal. “. Timpal eny yang berjalan beriringan dengan tomo. Masuk keruang tengah tempat Rui bersama Kei.

“Enychan.. Tomo-kun..” rui mengedarkan pandangannya kearah eny dan Tomo . eny hanya tersenyum melihatnya.

“Kifumi menelponku, tadi siang Ryoga kembali di Filtrasi. Penyumbatannya semakin parah..”. Tomo menarik hisapan rokoknya sambil tangan kirinya menggenggam erat jari-jari tangan eny.

“Be.. benarkah??”. Rui menelan ludahnya. Mencoba bersikap biasa dihadapan Kei.

“Kau tak berniat melihatnya Rui??”.

“Enychan..apa maksudmu?? Aku… tak bisa..”

“Karena ryoga melarangmu datang?? “

Rui hanya mengangguk mengiyakan.

“Ayolah Rui! Kau mencintai sepupuku kan?! Tak ada alasan untuk tidak menemuinya! OK??”.

“tapi……”

“Atau kau hanya akan datang saat hari pemakamannya?!”. Eny memicingkan matanya, membuat Rui tersentak kaget.

“Enychan.. apa yang kau katakan?! Ryoga tak akan…”

“kalau begitu, pergilah! Temui dia, lakukan apa yang seharusnya kau lakukan! Setelah itu, do whatever you want!”.

Rui hanya memandangi eny dan tomo yang tersenyum kearahnya. Berbalik ke Kei yang sedari tadi menunggu jawaban “ya” keluar dari mulut tunangannya itu.

“Kei…. Kau mau menemaiku?? “ ia bertanya dengan nada takut-takut.

Kei melebarkan senyumnya. “Tentu saja! Apapun untukmu sayang…”. Ucapnya yang membuat Rui ikut tersenyum.

*************************


“Hei.. kau terlihat begitu kurus….” . ucap Rui sambil mengelus kedua pipi Ryoga dengan tangannya. Laki-laki berambut pirang itu hanya tersenyum lemah.

“Kau jauh terlihat lebih kurus dariku…”.

Untuk beberapa lama keadaan cukup hening. Keduanya hanya saling memandang dan tersenyum.

“Ryoga aku… “.

“Bagaimana dengan Kei??”. Potong Ryoga sebelum Rui sempat menyelesaikan ucapannya.

“……….. dia cukup baik….”.

“ Kau bahagia??”

“……………. Yah… aku cukup bahagia. Walaupun, saat bersamamu adalah saat yang paling membahagiakan…”.

Ryoga menatap rui yang menundukan kepalanya. Tersenyum sambil mengelus rambut Rui lembut.

“Kau harus bahagia.. bahkan saat Aku tak bisa menemanimu nanti.. “.

“Aku benci arah pembicaraanmu ini~”. Rui mulai menitikan air matanya. Ia mengulung ujung kemeja yang Ryoga kenakan.

“gomen ne..aku tak bisa menemanimu lebih lama… “.

“Kau jahat~”.

“Aku tau…”

“Kau menipuku malam itu! Menyuruhku meninggalkanmu, dan menghindariku tanpa alasan…”

“gomen ne….”

“Kau bilang akan terus disampingku! Tapi sekarang… ka.. kau.. malah ingin pergi… meninggalkanku lebih dulu..”. rui terisak. Ryoga meraih kepalanya dan meletakkan kesisinya. Menciumi dahi rui dengan lembut.

“iya.. maafkan aku…..” ryoga hanya tersenyum.

“Aku mencintaimu…..”

“aku tau…. Aku lebih mencintaimu sayang…..”.

Ryoga terus menciumi lembut kepala Rui. Ia mencoba menahan keinginannya sendiri untuk menangis. Ia tau,takkan lama lagi. Ini mungkin yang terakhir.

“Hei.. pulanglah.. hari semakin gelap. Kei pasti menunggumu..”


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Aku lama?? Maaf ya..”. ucap Rui sambil jari-jari halusnya mengelus pipi pria berambut brunette dihadapannya.

Sang pria hanya tersenyum. Mengecup pelan pipi tunangannya itu. “Apapun untukmu Rui..”. bisiknya lembut.

“Terimakasih….. kei…”. Ucap Rui. Dan kedua berjalan beriringan meninggalkan Taman rumah sakit itu.


*************************

3rd, July…..

Softly kiss me? It was just a joke
You made a deal with me about the future you desired, didn't you
We made a deal about deeply, deeply loving each other, didn't we
And when you were sobbing sadly, I sneered at you, didn't I
Now, after so long, I want to see you


“Otanjoubi Omedeto Ryoga…”. Rui mengecup pelan dahi Ryoga yang terbaring lemah di ranjangnya.

“Senang kau masih mengingatnya..hahahaha~”.

“kau ini bicara apa? Mana mungkin aku melupakannya..”. rui mengucutkan bibirnya. Membuat pipinya semakin memerah.

“arigatou ne, seharian ini bersamaku untuk merayakan ulang tahunku…”. Ryoga tersenyum melihat tingkah Rui.ia menggapai tangan gadis itu kesisinya.

“berhenti mengucapkan terimakasih, hari ini kau sudah mengucapkannya lebih dari 20 kali…”. Rui mengambil beberapa potongan kue disampingnya. Selum menyendokkan kemulutnya sendiri.

“Kau sangat cantik dengan gaun itu…”.

Rui terdiam. ia bingung harus merasa senang, atau sedih dengan ucapan ryoga.
Senang karena Ryoga mengatakan hal yang paling dirindukannya. Tapi ia sedih, karena ia harus terlihat cantik untuk orang lain.

“Aku….” . rui memilirkan ujung gaunnya. Menatap ryoga nanar.

" lakukanlah...". Ryoga mengapit kedua tangan-a kewajah rui. tersenyum penuh arti melihat gadis dhadapan-a. sedangkan tubuh-a terus terbaring lemah, diatas ranjang rawat dgan berbagai selang melekat ditubuhnya.

"Ryoga.. aku.. aku mencintaimu.." gadis itu tertunduk. tangannya menggapai tangan ryoga, menahan tangisan yg mulai mengalir dwajah-a yg tertutup riasan, sangat cantik.

"Aku tau, dan aku mengerti... sudah, jangan menangis, riasanmu bisa rusak.." ryoga tetap tersenyum. menyeka air mata rui dengan jari2 halus-a.

"dengarkan aku. didunia ini, ada hal2 yg tdak bsa kita miliki, sekeras apapun kita menginginkannya.. tapi kau harus mengerti, tuhan punya maksud yg lebih baik untuk kita. dan aku, sampai kapan pun, tetap mencintaimu. walaupun, aku tak bsa membahagiakanmu.. maafkan aku..". ryoga terus mengecupi lembut kepala rui, menarik nya erat kesisinya. membiarkan air mata rui membasahi seragam pasiennya.

"aku mencintaimu ryoga, sampai kapanpun... aku... tak mau kehilanganmu..." rui makin terisak, membiarkan tbuhnya makin tenggelam kesisi ryoga.

"Aku tau.. sudahlah, aku tak ingin orang yang aku cintai terlihat jelek dhadapan orang bnyak" ryoga tertawa menggoda. mengusap mata rui yg sdikit membengkak.
rui hanya tersenyum. meletakkan dahinya ke dahi ryoga. memainkan hdung mancungnya. tersenyum dngan tngkah konyol keduanya.

"bahagialah untukku" ucap ryoga sebelum bibir kedua-a bertemu. berpagutan menemukan kehangatan dalam ciuman lembut mereka.

“ini mungkin yang terakhir dari ku… aku sudah terlalu lelah… “. Bisik Ryoga setelah melepaskan pagutan keduanya.

Ia tersenyum. Menatap wajah satu-satunya orang yang paling dicintainya. Ia terus tersenyum, hingga akhirnya setetes darah mengalir dari hidungnya. Ia merasakannya. Rasa nyeri yang mulai meradang ditubuhnya.

“Ry..ryoga.. kau berdarah!”. Rui panic saat darah yang semakin deseka itu semakin terlihat banyak, dan sekarang bukan hanya dari hidung, tapi dari mulut yang dihasilkan dari batuk Ryoga.

“Hei.. menjauhlah.. gaunmu bisa kotor…”. Ryoga mendorong tubuh Rui kearah laki-laki berambut brunette dengan stelan jas rapi yang baru saja masuk keruangannya.

“Ti..tidak… Ke..Kei! ryoga..dia...“. Rui meronta dalam dekapan Kei yang menahannya dari belakang saat beberapa perawat dan dokter berduyun memasuki ruangan dan mulai menangani ryoga yang berjuang melawan sakit dibagian dadanya. Sambil sesekali terbatuk dan mengeluarkan cairan merah pekat. Pemandangan yang sangat memilukan.

“Hei..pergilah.. undangan dan pendeta menunggu kalian..”. ryoga tersenyum dalam sakitnya. Tangannya terus merengkuh dadanya.

Untuk terakhir kalinya ia tersenyum. Sebelum akhirnya kei menarik rui keluar ruangan.
Memandang ryoga dari luar.

“Rui.. I love u… “.kata-kata terakhir yang terdengar sebelum rui terduduk lemas melihat Ryoga yang menutup damai matanya.


Never, ever again. I don't want to cry. So I just sing.
The thirsty ground's moonlit night.
It seems like it resounds to someone.
The heartfelt singing that doesn't reach out.
I want to deliver it, so I sing. La la la.
If our happiness is just patched together, it would be good if we just abandoned this immediatelyIt sprouted
(Ruisai no hana by BORN)


OWARI ++++++++++++++

No comments:

Post a Comment

Please, take your some comments ^^v