★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Tuesday, October 12, 2010

Oh..Poor me (curhatan ga mutu) (T_T)

Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~ Saya sedang sedih!!!o(; o ;)o
Kepengen beli Original BLACK DEAD MUZIC nya BORN! Harganya cuma 250 rebu! Tapi tadi tu udah sold out buat online buy nya .... (/TДT)/

OMG! itu Limited Edition pula! Saya rela mah ga jadi beli LV yang mamih pesen demi dapetin tu mini album! lagian emang ga mahal.. tapi...... nasib berkata lain *hailah* 。゚(T^T)゚。



Ya AWOOOOOOOOOOOOOOOO~ Siapapun yang berbaik hati, yang punya tu Mini Album, saya bersedia gantiin deh! ongkirnya saya yang tanggung, kamu jual lebih mahal 50 rebu juga gapapa ~ (ノ_-。) * beneran ngidam*
Tapi kalau memang ga ada lagi, ya saya ikhlasin aja deh ... huks.. o(TωT )

Yang selanjutnya ga boleh sampe gagal!!! Harus beli yang Ori *maklum, udah mulai kerja*XDDLOL

oya, tadi sempet baca blognya Kouta-SKULL. ga yue translete sih, tapi kayaknya isinya lucu ヽ(゚◇゚ )ノ
Liat deh, saya udah ngakak duluan gara-gara liat Videonya XDDD

Kouta's Blog


Huks... masih ga bisa terima... Ryoga!!!!!!!! *plak* (。>0<。)
Saya juga ngidam(?) banged ini buat liat PV Karasu nya BORN.. Ryoga-Bebe manis banged disitu~


*Fly sesaat*
≧(´o`)≦


LOLOLOLOLOL


Oya! Tadi juga buka blognya Kifumi, katanya malam ini BORN Tampil di Tokyo TV ..
Huwaaaaaaaaaaaa~ PENGEN LIAT!!!! MAU LIAT!!! KENAPA GA DI NHK WORLD AJA SIH?!!!!!

Kifumi's Blog
。・゚゚・(≧ω≦)・゚゚・。


Huks... Semoga Ryoga ga diapa-apain sama fans mesumnya *plak* *mikir apaan lu nyet?!*XDLOL

I MISS YOU SO MUCH RYOGA-Bebe~ Y(>_<、)Y
Good luck on your Live~ (●´ω`●)ゞ
I Love you ~

Monday, October 11, 2010

♥Tetsuya-SKULL and PinPin- PIECElang ♥

Yeay! Hai hai~ yuhu! *apaan sih?*にひひ (lol)

Beberapa hari ini Yue lagi seneng banged~ ニコニコ
Kenapa? Karena PinPin (Dr. PIECElang) ♥
Entah kenapa ya, tapi belakangan itu dia Rajin ngepetain saya ラブラブ!
padahal ga saya bales loh キャハハ


Oh no~ saya jarang-jarang lo suka bishie tipe imut dan blink2 begini XD
Tapi kali ini beneran demen~ ショック!


Oh~ My PinPin ga Pake Baju!!! ラブラブ! *dgebukin*


Nah! Yang kedua yang paling ga bisa saya lupain *sangking senangnya* Seorang Tetsuya-SKULL yang terkenal "pemilih" buat Petain orang juga ikutan PETA saia~ ラブラブ!
Huaa~ i was crying loudly ... My Husben~ huks しょぼん *lebey*XDLOL


PS : Screencapt saya mah ga bisa muter, terpaksa pake HP butut! むっ

Ok, No problemo *hailah* にひひ

Oya, kemarin sempat nonton pilem gitu di SCTV. Yang main itu Sean Penn.
Wuaaaaaa~ salah satu Aktor favorit saya itu! ヾ(@>▽<@)ノ sayangnya saya lupa judul Pelemnya, udah coba Nge-search, tapi pelem Sean Penn itu kan bejubel ...しょぼん

Ceritanya AMAT SANGAT BIASA DAN SEDERHANA. Tapi plot dan timeslip nya yang buat cerita dari pelem ini berbeda. Dan ga diragukan lagi akting Sean Penn yang AWESOME AS ALWAYS グッド!

Ceritanya tentang suami-istri (Sean Penn) yang ga dikaruniai anak, dan secara perlahan dan pasti pelem ini saling ber-keterkaitan. dimana Sean Penn selingkuh dengan istri seseorang yang ironisnya malah menyelamatkan nyawa Sean Penn dengan memberikan jantungnya saat dia mati karena kecelakaan. Dan si tersangka (Penabrak) yang juga akhirnya saling terkait dengan Sean Penn yang notabene ga ada hubungan apa-apa (kecuali masalah jantungnya).
Wuih~ This is a Amazing movie! Wajib ditonton deh! ラブラブ

Beneran deh saya lupa judulnya 得意げ
Jadi buat temen-temen yang tau dan pernah nonton, kasih tau saya ya! hehehehe べーっだ!

Sunday, October 10, 2010

♥ Anemone AND Buff ♥

Hahaha~ Rada telat sih, tapi ga menyusutkan niat saya buat posting-in ini! ^^v

Yeah! Finally , Anemone and Bluff is released!ヾ(@^▽^@)ノ

Yeay! Yeay! Yeay! My kili is so Awesome ♥
Oh no, oh no *lebayXD* saya awalnya sempat takut untuk liat PV Anemone/Bluff.
Takut kalau-kalau Kili buat saya sedih *plak* T^T atau Keinget Suzune-nii =_____=
Tapi kemarin dengan segenap kelapangan dada *hailah* saya beraniin diri deh, dan ternyata....
OMG! THAT'S SO FVKING AWESOME! COOOOOOOOOLLLLLLL!!!!!!ヾ(@>▽<@)ノ




Rambut kili waktu kena angin (PV Anemone) keren banged ~ >__<)b
Lagunya juga cukup menusuk jiwa *aih~ pilsop euy*XDD
Saya cukup salut dengan ikuma-nii! dia setipe ama Ryoga(BORN), seorang Vokalis sekaligus Liric Maker handal! Setiap lagunya selalu berhasil buat saya kagum sekaligus mewek (。T人T。)

Ok, sekarang kita bahas single Anemone dan Bluff nya aja ya :)

Di single Anemone, kita bakal nemuin 2 lagu :
1. Anemone
2. Nerve

Dua-duanya punya musikalitas tinggi (menurut saya). Instrumen di lagu Anemone cukup padat tapi tetap teratur. Nuansa sedihnya dapat banged! Cara nyanyi ikuma juga keren. tentang kesedihannya, seakan terasa betul dia menghayati isi liriknya. *sotoy lu*XDDLOL

Nah buat Nerve. Entah kenapa, tapi saya merasa lagu ini rada mirip JUMPIT nya SKULL XD Bagus aja sih menurut saya. karena bisa denger Ikuma ni semi Rap o(〃^▽^〃)o

Ok. Di single selanjutnya ada Bluff, ada 2 single juga :
1. Bluff 2.
Baretta[six-fourteen]

Hm.. i like Bluff actually, but ican't really seen that PV XDLOL
Ga tau kenapa, tapi secara pribadi saya terlalu takut liat PV itu ==a
Tapi secara musikalitas Bluff T.O.P! skill Kili dan Peco terasa lebih matang disini:)b

Dan buat Baretta[six-fourteen] mah saya No comment! belum bener-bener saya dengerin sih*plak*XD

Tapi overall, single kali ini Jauh lebih baik dan bagus apalagi jika dibandingkan dengan single Kyo kemarin.
Yup! saya harap AND dengan format barunnya semakin sukses dan menjadi lebih baik lagi. AMIN! Nah, Selamat mendengarkan Minna-san d(#⌒∇⌒#)ゞ

Dan buat my lovely KILI-CHUU~ I Whises all the best things for you babe ~ \(●´ω`●)ゞ



They aren't my fav. OTP. (* ̄Oノ ̄*)
But all my friends says :"THEY'RE SO ROMANTIC!"
Cih! I'm so jealous! ヽ(;´ω`)ノ
LOLOLOL

Full of ガラ-Gara ♥(MERRY)

Hai hai! ketemu lagi nih! hehehe ^^
saya lagi sibuk jadi ga sempat update blog *ngeles aja*XD

Kali ini bakal ngeblog banyak. banyak info-info yang pengen di share sih.
semoga pada suka ya. (*⌒∇⌒*)
Ok.The 1st is MERRY!
Kyaaaaa~ *Fangirling mode : On*XD
LOVE THEM SO MUCH!

♥ Gara-sama's Voice! ♥ their awesome skills!

Saya udah lumayan lama kenal mereka sih, tapi baru bener-bener kepincut stelah liat PV terbaru mereka Crisis Moment. Yeah~ that's awesome video! ヾ(@>▽<@)ノ Singlenya juga keren. Kita bisa dengerin 3 lagu didalam single Crisis Moment ini.
1. Crisis moment
2. Crisis moment - UNPLUGGED
3. Fleeting Prayer.

Wow~ bahkan saya berulang kali dengerin Unplugged ver. XDLOL



Dan ini sedikit discograph mereka. enjoy guys (=^_^=)

Sourch by : Wikipedia


Merry (メリー merii) is a Japanese Rock Band formed in Tokyo in 2001
Merry mainly blend the genres of Classic rock, punk-Rock, Jazz and blues, occasionally experimenting with undertones of techno, surf rock, Heavy Metal, ballads and more. Though some may not find this entirely appealing, the result is undeniably "totally fresh", as former Megadeth guitarist Marty Friedman put it.

Members

  • Gara (ガラ) Vocalist
    • Ex-Visage (as Makoto); Ex-Dir en grey roadie; Ex-After effect (as Makoto); Born 6 July in Gunma prefecture, bloodtype A

  • Yuu (結生) Guitarist
    • Ex-Shiver; Born 2 April in Ehime prefecture, bloodtype B

  • Kenichi (健一) — Guitarist
    • Ex-Crescent (as Ken); Ex-Syndrome (as Ken); Born 14 July in Gunma prefecture, bloodtype A

  • Tetsu () Bassisit
    • Ex-ACiD; Born 21 November in Aichi prefecture, bloodtype B

  • Nero (ネロ ) Drumer
    • Ex-Smoky Flavor (as Kuni); Ex-After effect (as Kuni); Born 11 February in Saitama prefecture, bloodtype A

Discography

Singles & maxi-singles

  • 6 October 2010 — Crisis Moment
  • 4 August 2010 — The Cry Against... / Monochrome
  • 26 November 2008 — Fuyu no Castanet
  • 27 August 2008 — Gekisei
  • 16 April 2008 — Tozasareta rakuen
  • 8 August 2007 — Komorebi ga boku wo sagashiteru...
  • 18 April 2007 — Blind Romance / Saihate no Parade
  • 6 December 2006 — Calling
  • 21 June 2006 — Ringo to uso
  • 24 May 2006 — Sayonara rain
  • 16 March 2005 — Sakashima end roll ~phantom of the gallery~ (DualDisc)
  • 13 July 2004 — New standard Renaissance (tour limited)
  • 11 February 2004 — Japanese modernist / R-246
  • 11 February 2004 — Tamerai shuffle / T.O.P
  • 9 January 2004 — Tamerai shuffle / T.O.P (livehouse limited version)
  • 1 December 2003 — Japanese modernist / R-246 (livehouse limited version)
  • 6 August 2003 — Haikarasan ga toorisugita ato...
  • 17 November 2002 — Koseiha blend ~Junjou jounetsu-hen~
  • 15 September 2002 — Koseiha blend ~Tasogare-hen~
  • 31 July 2002 — Untitled single (livehouse limited)
  • 23 May 2002 — Haikarasan ga tooru. 2nd press ni ano meikyoku tsuika
  • 23 February 2002 — Haikarasan ga tooru (gold/silver/bronze versions)

EPs

  • 7 November 2009 — BURST EPDVD/Live at Shinjuku LOFT

Albums

  • 7 November 2009 — Identity
  • 25 February 2009 — Under-World
  • 10 October 2008 — Gendai stoic (Digital Remastered)
  • 7 November 2007 — M. E. R. R. Y.
  • 19 July 2006 — Peep Show
  • 7 September 2005 — nu chemical rhetoric
  • 25 June 2005 — Koseiha blend classic ~Oldies Tracks~
  • 30 June 2004 — Modern garde
  • 13 April 2003 — Gendai stoic

DVDs

  • 26 August 2009 — TOUR09 under-world [GI・GO] (Regular/CORE Limited Edition)
  • 22 April 2009 — VIC -VIDEO ID COLLECTION-
  • 25 February 2009 — Under-World DVD (Limited Edition)
  • 23 July 2008 — Many Merry Days FINAL Yokohama Bunka Taiikukan
  • 25 December 2007 — Many Merry Days 5th Anniversary Special 2night - Shiroi hitsuji / Kuroi hitsuji (concert footage)
  • 7 November 2007 — M.E.R.R.Y. first press (PV and concert footage)
  • 20 December 2006 — Many Merry Days #1 - Peep Show (concert footage & documents)
  • 19 July 2006 — Peep Show first press (PVs and making-of)
  • 31 March 2006 — Last Indies Tour documents DVD ~Part 1 of 2~ "Shambara to the Core ~Act 1~"
  • January 2006 — Last Indies Tour documents DVD ~Part 2 of 2~ "Shambara to the Core~Act 2~"
  • 21 December 2005 — Sci-Fi nu chemical rhetoric ~first cut~ (concert footage)
  • 7 September 2005 — nu chemical rhetoric first press (PVs and making-of)
  • 16 March 2005 — Sakashima end roll ~phantom of the gallery~ (DualDisc) (concert footage, PV & documents)
  • 29 August 2003 — Violet harenchi ~030829 Limited Edition~ (PV)

MDs

  • October 2001 — Untitled MD

Omnibus

  • Stand Proud! III (December 11, 2002)
  • Yougenkyou II (May 29, 2002)
  • Lunasea memorial cover album (December 19, 2007)
  • THE BLUE HEARTS "25th Anniversary" TRIBUTE (February 24, 2010)

Books

  • October 2005 — Official history book, vol. 2 "Haikara kaitai shinsho ~gekan~" (with DVD)
  • June 2005 — Official history book, vol. 1 "Haikara kaitai shinsho ~joukan~" (with CD)

Friday, October 8, 2010

[Fanfic] The Eternal Love 1

Title: The Eternal Love

Creator: Kiyushin "Tokio" aka Yuera Ayame

Writer: A-m-O

Rating: NC-17

Genre: AU | Drama | History | Romance


Main Casts: J-Band ~ D=OUT | ScReW and OC


Pairing: MinasexRui | ReikaxRui | KoukixIbuki | MinasexHikaru


Disclaimer: All of the main casts is'nt our. But, the line story has been copyrighted.

Warning: Abuse of Human | Smut Scene (not on this chap)

Summary: "Bahkan jika sekarang kita tak dapat bersatu, tapi aku yakin. Di kehidupan selanjutnya, aku dan kau akan selalu bersama selamanya.."


oke, Happy Reading ♥




[PROLOGUE]



Yae-Zakura. Siapa yang tidak mengenal klan ini? Sebuah klan terkenal di daratan Hoshu, yang kini telah menjelma dan bertakhta sebagai sebuah kerajaan. Di pimpin oleh sang kepala keluarga Zakura, Zakura Hiroshi. 40 tahun masa pemerintahannya diwarnai dengan kesuksesan kisah negaranya. Namun, kemasyhuran nama kerajaannya bukannya tidak menjadi ancaman bagi dirinya dan keluarganya. 5 tahun masa terakhir pemerintahannya, klan Kaibutsu yang juga sebuah kerajaan memeranginya. . Berniat mengambil alih kekuasaan tanah yang dimiliki oleh klan Zakura dan berusaha memperluas daerah jajahannya. Namun, Hiroshi bukanlah individu yang pantang menyerah. Dengan kekuatan seluruh pasukan kerajaannya, ia melawan klan Kaibutsu dalam perang yang dikenal dengan sebutan 'Chi no Senso'. Perang itu menewaskan 3000 orang, baik dari pasukan klan Zakura dan pasukan klan Kaibutsu. Tapi naas. Di hari terakhir 'Chi no Senso' itu, Zakura dan istrinya tewas terkena panah yang dilemparkan seorang pasukan Kaibutsu. Tak hanya mereka. 2 anak lelaki tertua mereka, Kazuki dan Hikaru, yang notabene juga kepala pasukan perang, juga ikut tewas saat melawan sang pemimpin klan Kaibutsu, Byou.





Dan dari klan Zakura, hanya tertinggal dua ahli waris takhta, yaitu Kouki dan Rui. Namun Kouki sadar. Suatu saat, klan Kaibutsu pasti akan kembali menyerangnya dan pada akhirnya, dialah yang akan menjadi pemimpin garis depan. Dia tak mau mengikutsertakan Rui dalam peperangan itu, karena Rui, adalah satu-satunya ahli waris kerajaan, jika nanti ia terbunuh. Oleh sebab itu, jauh sebelumnya, Hiroshi sudah memikirkan hal ini. Ia pun menyamarkan identitas Rui yang sebenarnya. Menjelmakan Rui dalam tampilan wanita layaknya putri, bukan pangeran ahli waris.

Dan, disinilah ia sekarang. Menatap pantulan dirinya didepan cermin rias dan memoles wajahnya. Kembali bercermin dan menyisir helaian rambut hitamnya, lalu mengenakan kimono emasnya. Sesaat, ia terdiam merefleksikan bayang nyata dirinya di cermin. Dia seorang laki-laki, tapi dia harus berpakaian sefeminim mungkin untuk menghindari kecurigaan dari pihak Kaibutsu dan melindungi dirinya sendiri.

"Nona.."

Melayangkan pandangannya menuju sumber suara yang memanggilnya, dengan jelas ia melihat sesosok wanita paruh baya berpakaian kimono sakura yang membungkukkan badannya.

"Ada apa?"

"Anda ditunggu Kouki-danna di istana."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



[Chapter 1 : The Reason]



Sekelompok wanita muda terlihat duduk membungkuk berhadapan, mengapit karpet jalan istana. Mereka terlihat serempak dengan kimono berwarna merah muda sakura yang mereka kenakan. Kontras dengan warna jubah sang kepala kerajaan Yae-zakura yang berwarna abu kehitam-hitaman dengan simbol sakura dipunggungnya.


Raut wajah gelisah sang kepala kerajaan tampak jelas. Perasaan khawatir itu tak urung datang kembali merayapinya.


"Onii-san.."

Suatu panggilan lirih membuyarkan seluruh pikirannya.


"Rui..",jawabnya seraya tersenyum dan mendekati pria berkimono emas dihadapannya.


"Kalian semua boleh meninggalkan ruangan ini sekarang.",perintahnya.


Wanita-wanita pelayan istana itu pun berdiri, membungkukkan badan mereka dan memohon diri, meninggalkan mereka berdua.


"Ada apa Oniisan memanggilku?",tanya Rui datar.


Kouki menarik lengan adiknya menuju kursi takhtanya dan mendudukannya disana.


"Kau tahu'kan, bagaimana situasi kerajaan kita sekarang?"

"Apa maksudmu?"


Kouki menghela nafasnya lalu menepuk bahu Rui didepannya.

"Kerajaan kita sedang diincar oleh kerajaan Kaibutsu. Dan.. Aku tidak ingin kau direnggut oleh mereka. Cukup Hikaru dan Kazuki. Aku tidak ingin kehilangan saudara lagi.


Rui terpaku mendengar suara Kouki yang bergetar seperti menahan isakan. Ya. Memang. Hikaru dan Kazuki. Dua kakak tertuanya itu kini sudah tiada, gugur dalam 'chi no senso' 3 tahun yang lalu. Tak hanya merenggut nyawa kedua kakaknya itu, tapi juga merenggut nyawa ayah dan ibunya.

Menghela nafasnya berat, ia menatap Kouki di hadapannya seraya menyunggingkan senyum andalannya, senyum yang dapat menghapus segala kekhawatiran sang kakak.

"Kakak tenang saja. Kita punya banyak pasukan kerajaan yang hebat. Aku yakin dengan mereka. Lagipula.."


"Lagipula ada aku disini. Kau bisa percaya padaku."
Suatu suara berat bergema didalam ruangan itu. Kouki dan Rui menolehkan kepalanya bersamaan, dan menangkap sosok Reika yang kini berdiri berkacak pinggang sambil tersenyum sumringah.


"Aah.. Jenderal kita ada disini rupanya!",sahut Kouki.

Mendengus pelan, Reika berjalan menghampiri Kouki dan Rui di takhta istana.


"Sedang apa kau disini?"


"Lho, memang kenapa? Tidak boleh?"


"Tidak."


Menggerutu pelan dengan tatapan sinis ke arah Rui, Reika pun mulai berlagak mencelanya.


"Huh. Ya-ya.. Sepertinya, istana ini memang bukan tempatku.",gumam Reika seraya melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Rui.


Namun, dengan sigap Rui berdiri dan menahan lengan Reika, menghentikan langkahnya.


"Mau kemana?"


"Apa urusanmu?"


"Hei.. Aku 'kan hanya bercanda tadi. Kau marah,ya?"


"Bercanda? Huh.."


"Heii~"


"Ehem.."



Rui dan Reika tersentak mendengar deheman Kouki diantara mereka. Menyengir tanpa rasa bersalah, Reika dan Rui tertawa. "Ahahaha. Astaga, aku lupa kalau ada Kouki-nii disini."


"Oh,ya? Astaga.. Dasar adik bodoh."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



Suara langkah kaki keduanya terdengar teratur beriringan. Sepinya suasana lorong istana ikut menambah nuansa hening di antara mereka. Reika terus melangkahkan kakinya, dengan tangannya yang erat menggenggam tangan Rui. Rui hanya berjalan, mengikuti tuntunan langkah Reika didepannya.


Hingga keduanya sampai di singgasana atap istana, yang terlihat begitu indah dengan warna langit biru cerah yang menghiasinya.


"Untuk apa kita ke sini?"


Reika menatap Rui di belakangnya, dan tanpa peringatan apapun, ia mengecup lembut bibir Rui. Menempelkannya sedekat mungkin dan menenggelamkan Rui didalam pelukannya.


Semenit kemudian, Reika melepaskan tautan bibirnya, lalu menyeka lembut bibir Rui dengan ibu jarinya.


"Aku mencintaimu, Rui. Sangat mencintaimu.",bisiknya pelan. 


Rui menatapnya aneh, seakan merasa asing dengan Reika.


"He-Hei.. Kau kenapa, Rei?"


"Tidak apa-apa. Hanya ingin mengatakan itu saja."


"Tanpa kau mengatakan itu, aku sudah mengetahuinya, Rei.", bisik Rui seraya mengecup kembali bibir Reika.




[Chapter 2 : And The War Has Begun..]


"Lihat ini.",ujar Reika seraya menyerahkan gulungan kertas papirus pada Kouki.

"Apa ini?"

"Itu adalah rute pembantaian klan Kaibutsu 3 tahun yang lalu. Dari sana, kita tahu bahwa klan Kaibutsu selalu menggunakan jembatan Aozora menuju ke sini."

"Aku tahu, Reika!",sergah Kouki. " Tapi yang aku khawatirkan kali ini bukan masalah taktik penyerangan atau rute penyerangan. Aku tahu,kau memang jenderal yang hebat dan aku yakin pada kemampuan analisismu! Tapi, yang aku khawatirkan saat ini adalah Rui, Reika! Rui!"

Sesaat, suasana hening menyelimuti mereka. Reika hanya menundukkan kepalanya, sementara Kouki menggigit kuku jarinya gemas.

"Kau tahu,kan Reika.. Hanya Rui, Rui yang menjadi andalanku, andalan Yae-zakura. Tak masalah kalau aku harus mati, tapi aku tidak mau Rui menjadi korban. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyentuh Rui meski seujung kulitpun. Tak'kan pernah kubiarkan."


*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..


KOUKI'S PoV

Dengan tergesa-gesa aku melangkahkan kakiku cepat menuju kamar Rui. Aku baru saja mendapat pesan dari ajudan-ajudanku yang berjaga dibenteng pertahanan bahwa pasukan klan Kaibutsu tengah dalam perjalanan menuju Yae-zakura. Sial! Apa mereka ingin melakukan gencatan senjata di tengah malam seperti ini?!

Kedua kakiku pada akhirnya sukses mengantarkan aku ke kamar Rui. Kubuka pintu di depanku dan kulihat tubuh Rui yang terbaring lelap di ranjangnya. Jujur saja. Melihat wajahnya itu sebenarnya membuatku segan membangunkannya. Tapi, aku harus melakukannya!

"Ru.. Rui.. Bangunlah!"

Kuguncang-guncangkan tubuh Rui pelan dan ternyata, guncangan itu cukup ampuh membuatnya tersadar.

"Umh? Kouki-nii? Ada apa?",tanyanya sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.

"Kau harus pergi dari sini, Rui. Pasukan klan Kaibutsu sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Ayo, bergegaslah sekarang!",sentakku.


KOUKI'S PoV END


*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..


Dengan langkah cepat, Kouki dan Rui berlari menyusuri lorong-lorong istana yang sunyi. Tangan kanan Kouki erat menggenggam tangan adiknya, menuntunnya dalam pelarian mengejar waktu yang terbatas.

Sesampainya diruang takhta istana, kedatangan mereka disambut oleh kumpulan banyak pasukan Yae-zakura yang kini bersiaga dengan perisai dan pedang di tangan mereka.

"Mana Reika?!"

Salah seorang perwira kerajaan membungkuk dan berlutut dihadapan Kouki.

"Sesuai dengan perintah raja, Reika-san sedang dalam perjalanan menuju kediaman Minase-san."

Kouki mengangguk mantap.

"Bagus! Sekarang, aku mohon pada kalian untuk tetap berjaga. Kita tidak tahu kapan pasukan mereka akan tiba. Dan.."

Kouki menghentikan kata-katanya, mengubahnya menjadi pandangan ke sekeliling hadapannya, dimana seluruh pasukan Yae-zakura tengah memandangnya penuh perhatian.

"Keselamatan dan nasib kerajaan Yae-zakura juga berada dalam genggaman kalian. Aku percaya pada kalian semua. Kalian adalah prajurit-prajurit Yae-zakura terbaik. Dan aku menaruh keyakinanku pada kalian."

Sesaat, suasana hening. Namun, perwira yang tadi membungkuk di hadapan Kouki tiba-tiba mengangkat perisainya dan pedangnya ke atas, seakan mengobarkan semangat tanah-air dalam dirinya.

"Aku bersumpah, kerajaan Yae-zakura adalah kerajaan terkuat, karena kita ikut menopangnya. Hidup Yae-zakura!",teriak sang perwira penuh semangat.

Teriakan penuh semangat sang perwira itupun diikuti dengan sorak penuh gairah dan semangat seluruh prajurit yang lain. Mereka semua ikut mengangkat pedang dan perisai mereka, seolah-olah dengan itulah mereka menunjukkan rasa semangat dan kecintaan mereka akan Yae-zakura.

Kouki tersenyum dan mengangguk mantap. Mengepalkan jari-jari tangan kanannya, ia mengangkat tangannya keatas dan memekik penuh semangat.

"Untuk keabadian Yae-zakura dan kita semua!"

"Ya!"

Jawaban penuh semangat itu semakin menebalkan keberanian dalam diri Kouki. Ditatapnya sang adik disampingnya, tersenyum penuh kegembiraan.

Tak lama kemudian, Reika muncul dengan seorang pemuda berambut hitam kelam. Berpakaian laksana prajurit, dengan pedang yang terselubung didalam kantongnya.

"Kouki-danna..",salam Reika dan pemuda berambut hitam itu pada Kouki seraya membungkuk.

"Mi-minase?",tanya Rui terperangah.

"Ya. Aku akan mempercayakanmu pada Minase, Rui. Dialah yang akan menjagamu selama kau tak disini."

Pemuda yang disebut Minase itu menegakkan kembali kepalanya, menatap Kouki dan Rui didepannya.

"Minase, tolong jaga adikku ini. Aku percaya, kau pasti akan melindunginya dengan segenap kekuatanmu. Aku sangat mempercayaimu, Minase."

Minase menatap Kouki, lalu menganggukkan kepalanya mantap.

"Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan Rui, Kou. Percayalah padaku."

"Pasti. Lebih baik, sekarang kalian berdua bergegas ke Puri Ojo di Nishihara. Aku juga mengutus 4 pelayan pribadi bersama kalian untuk mengurus semua kebutuhan kalian disana."



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



Minase dan Rui mengangguk. Mengulurkan tangannya pada Rui, Rui malah berbalik menatap Reika.

"Ikutlah dengannya. Kau harus menyelamatkan dirimu kali ini. Nanti, saat semuanya sudah berakhir, aku akan menjemputmu ke Nishihara.",gumam Reika seraya memeluk tubuh Rui lalu melepaskannya.

Rui meletakkan tangannya didalam genggaman Minase, membungkukkan badannya pada Kouki bersamaan dengan Minase dan tanpa membuang waktu segera berlari menuju lorong bawah tanah, dimana ke-empat pelayan pribadi mereka telah menunggu dengan kuda-kudanya.



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



RUI'S PoV


Langkah kaki kuda ini ikut memacu adrenalinku, bersamaan dengan Minase yang menunggang sang kuda dibelakangku. Ya, Minase. Minase, teman baikku sejak aku kecil, mungkin sejak aku lahir. Hanya dia satu-satunya yang mengetahui fakta bahwa aku ini seorang laki-laki, disamping Reika, Kouki-niisan dan anggota keluargaku yang sudah meninggal. Dialah.. Teman dalam kesunyianku. Disaat lingkungan pergaulanku benar-benar dibatasi, hanya dialah yang diperbolehkan untuk tetap berada di sampingku dan menemaniku, mengingat dia adalah anak perdana-menteri Yae-zakura, Masamune Toguchi. Dan, Masamune Toguchi adalah sahabat baik almarhum ayahku, dan dia sangat mempercayainya. Jadi, tidak heran, ayahku membebaskan aku untuk bermain sepuasnya dengan dia.

Tapi itu dulu. Karena, sejak aku berumur 15 tahun, aku sudah tidak pernah bermain dengannya lagi. Aku sibuk dengan urusan kerajaan, sementara dia sibuk dengan didikan perang ayahnya. Dan, aku akui juga, semakin aku mengenal Reika, semakin jauh juga aku mengingat peran Minase dalam hidupku.

Tapi sekarang, aku kembali bersama sahabat masa kecilku. Sahabat yang kini telah berubah wujud menuju kesempurnaan dirinya. Dia.. Jauh lebih tampan sekarang. Tidak ada kesan imut seperti 21 tahun yang lalu.

"Kenapa memandangiku seperti itu?"

Aku tersentak mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba itu. Segera kualihkan pandangan wajahku dari wajahnya, dan kutundukkan kepalaku menutupi rona merah malu di pipiku.


RUI'S PoV END



*:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..



"Kita sudah sampai."

Minase menarik tali kekang kudanya, membuat sang kuda menghentikan jalannya.

Turun dari pelana sang kuda, Minase kini membantu Rui untuk turun, dan kelihatannya sulit karena gaun yang ia kenakan.

"Hup!"

"Ah,maaf Minase-kun! Aku benar-benar merepotkanmu."

Minase tersenyum kecil.

"Sudahlah, tak perlu kau pikirkan. Lebih baik kau kembali tidur. Aku yakin, kau masih lelah saat dibangunkan tadi.",sahut Minase seraya menepuk lembut rambut Rui.

Rui menganggukkan kepalanya, kemudian membalas senyuman Minase dengan senyumannya.

"Oh,ya! Kalian juga! Salah satu dari kalian, tolong antarkan nona Rui ke kamarnya! Dan yang lain, bawa masuk perbekalan kita. Tinggalkan saja kuda-kudanya. Biar aku yang mengurusnya!"

Keempat pelayan itu menunduk, dan sesuai dengan perintah Minase, salah seorang pelayan berperawakan tua mengantar Rui memasuki puri, sementara 3 yang lain sibuk menurunkan perbekalan-perbekalan di kantung pelana kuda mereka.



-TBC-


[Fanfic] Blastocyst 2


Title : Blastocyst

Author : ♥ Yuera-Ayame & Akiru-Akiru ♥

Chapter : 2

Fandom : Deluhi, Manterou Opera

Pairing : JurixLeda | SujkxLeda | JurixSono

Genre : Angst | Romance | Fluff

Rating :PG

Disclaimer : Akiru is the 2nd writer. Mind it? Ganba ganba for me! XDD

Backsound: Trax - On the road | C4 - Intense rain | Nega - Reminiscence

Note : Yosh! Ini FF re-written nya Raz, dy ngajakin collab n FF ini emang FF yang saia suka n bikin penasaran mampus sama akirnya, eh dy malah minta dilanjutin = = so what lah.. akirnya saia bisa bereksperimen sama FF orang setelah FF megu gagal total.. *gomen ne Megu m(_ _)m* Sorry kalau rada2 ga nyambung n gak berkenan di hati, bikin di sela2 google tugas kebisingan ‘KepMenLH no 48 tahun 1996 saya ini engineer! Bukan pakar hukum! *plak =w= tugas satuan Operasi bkin otak senut2 = = disambi sambil nonton PS I Love You. It a must for watching!! Keren!

♥ Enjoy Ur Time♥

+++++++++++++++++++++++++++++

“Kau belum masuk?” Suara lemah Sujk segera membuatku menyembunyikan ponsel flip merah ke dalam saku jaketku. Aku tidak mau dia tahu tadi aku baru bertemu dengan Juri, terlebih lagi aku tidak berniat dia melihatku menangis setelah membaca email Juri. Aku bertaruh jika Sujk tahu, petuah-petuah macam apa yang akan dia lontarkan untuk menenamiku tidur nanti.

Sujk mendekatiku, aku tahu itu, ada aura panas yang mendekatiku. Sujk masih demam dan aku masih belum berani memperlihatkan wajahku ke hadapannya, wajahku yang sembab akan menjadi tanda Tanya baginya.

“Kau tidak kedinginan?” Tangan Sujk menelusup pelan di balik jaketku yang lembab, sedangkan dagunya di letakkan manja di atas pundakku. Bingung. Itu pasti! Aku sedang berada di pelukan Sujk sedangkan pikiranku dan mungkin saja hatiku masih tertinggal di sebelah nafas Juri. Menyebalkan. Aku sangat membenci diriku yang payah ini. Benar-benar payah. Kembali tetesan air lain jatuh di kedua belah pipiku menemani tetesan hujan yang sudah terlebih dahulu menghiasi pipiku. Huh, kenapa aku?

Setidaknya hari ini hujan berguna untukku yang payah ini.

“Obatmu”

+++++++++++++++++++++++++++++

Dia ingin bertemu denganku. Ya, Juri merindukanku, rasa rindu yang mungkin saja sama besar dengan yang kurasakan saat ini. Itu yang terpenting. Persetan dengan senyum ceria Sono! Persetan dengan cumbuan-cumbuan itu! Tidak berguna! Ya! Juri akan selalu memilikiku. Itu yang penting.

Sujk menggeliat di sampingku. Melepaskan pelukan posesifnya yang sudah lebih dari dua jam. Sedikit membuat tulang-tulangku kaku.

Sujk?

Bodoh! Kenapa aku? Sujk yang sekarang memilikiku, dia yang ada di sampingku saat ini. Bodoh! Kenapa aku sampai lupa? Sujk membutuhkan, sangat membutuhkanku. Apa yang kupikirkan?

Bangun dan menyandarkan tubuhku. Mengumpulkan lututku yang gemetaran dalam satu pelukan tangan. Sial! Pertemuan yang benar-benar tidak kuinginkan! Meremas rambutku acak-acakan. Ada rasa nyeri yang mendera otak kiriku. Sentuhan Juri tadi sepertinya cukup membuatku migraine untuk kembali memikirkannya.

Tek.

Lampu meja di sebelah Sujk menyala dengan sendirinya. Oh, bukan, Sujk yang menghidupkannya. Dia menyeringitkan kedua matanya ketika melihatku. Dia baru saja tertidur dan aku baru saja membangunkannya. Sial! Buru-buru aku menoleh ke samping menjauhi pandangan matanya. Dia tidak boleh melihat mata sembabku. Tidak boleh!

“Kau belum tidur?” Sujk menyentuh pundakku pelan.

“Sebentar lagi”

“Tidurlah” Sujk menarik tubuhku dalam pelukannya, menaikkan tubuhku dalam pangkuannya. Aku heran darimana tenanganya yang selalu berlebih itu? Dia sakit dan aku tahu demam bisa membuat badan pegal-pegal, tapi kenapa aku selalu tidak bisa menahannya. Kekuatan cinta? Kata-kata Sujk dulu segera kutepis jauh-jauh. Aku tidak mau terlarut dalam kubangan rasa bersalah lebih jauh dari ini.

“Kau masih demam?” Pertanyaan bodoh, Sujk saja tertawa mendengarnya. Kembali dia merapatkan pelukannya, begitu posesif, beda dengan pelukan Juri. Huh, aku kembali membandingkan mereka berdua.

Malam di luar sana masih menyisakan rintik-rintik hujan. Jam dua pagi. Besok aku harus ke kampus dan bekerja sambilan lagi setelah dua minggu cuti. Tugas Satuan operasi dari dosen belum ku sentuh dari dua hari yang lalu. Aku tahu nilai E sudah berada di depan mataku. Mungkin aku sudah tidak peduli dengan perawan tua yang menjadi dosenku itu. Sangat tidak peduli jika dia akan mencoret namaku dari daftar absen. Aku masih bisa mengulangnya tahun depan. Bersama dengan Mekanika Fluida 2. Sakit Sujk yang makin parah beberapa minggu ini lebih menyita perhatianku. Dia lebih membutuhkanku di banding anak-anak SMA yang selalu menungguku di depan CD store tempatku bekerja atau bahkan perawan tua itu.

Sujk mencium pundakku. Bahkan bibirnya saja terasa hangat. Hanya ujung kakinya saja yang terasa sangat dingin.

“Kau kedinginan”Aku membalikkan tubuhku untuk melihatnya Sujk lebih jelas. Menyentuh kedua pipinya yang masih panas, Sujk tersenyum menanggapinya, ada cerminan wajahku di kedua bola matanya, dia melihatku nanar sebelum kembali menhujani kedua belah tanganku dengan ciumannya, jelas terlihat dia sangat membutuhkanku. Tanpa sadar membuatku menggigit bibir bawahku dan enggan untuk melihat wajahnya. Aku lebih memilih menundukkan kepalaku.

“Kau kenapa?” Sujk meraih pipiku memaksaku untuk melihat pantulan wajahku di matanya. “Kau terlihat aneh hari ini” Tambah Sujk

Aneh? Ya! Aku aneh! Aku aneh Sujk! Aku tidak menyukaimu! Tidak! Sama sekali tidak! Kau temanku! Aku hanya menyukaimu dengan status itu, teman! Tidak lebih! Seharusnya kau tahu aku lebih menyukai Juri, kau tahu itu kan Sujk? Kau tahu?

Suaraku tercekat di tenggorokanku. Memberanikan diri memandang Sujk lebih dalam lagi.

“Peluk aku”

+++++++++++++++++++++++++++++ 

“Bisakah kita bertemu?”

Suara Juri di ujung sana membuat mug kesayangan Sujk jatuh dari tanganku. Aku membiarkannya saja, Sujk masih tidur dan aku yakin dia terlalu malas untuk beranjak dari ranjang setelah yang terjadi tadi malam.

“Bertemu?” Aku mungkin terlalu kaget sehingga kata yang didengar Juri terlalu datar tanpa ekspresi. Hampa. Bertentangan dengan hatiku yang melonjak gembira.

Terdengar helaan nafas di sana yang membuatku merutuki dirimu sendiri.

“tempat biasa, lima belas menit lagi, bisa kan?”

Sujk?

“Hanya kita”

Juri menyudahinya dan suaranya telah berganti nada lain. Aku masih memegang ponselku di telinga berharap aku sedang tidak bermimpi. Sudah dua minggu sejak pertemuan tidak sengaja itu, aku sudah berhasil melupakannya sedikit. Dari 95 % menjadi 90 %, setidaknya ku sudah cukup berusaha.

Juri bodoh!Kembali aku menangis seperti anak kecil. Tertahan. Tidak ingin Sujk tahu. Memegang pinggiran meja pantri untuk menumpu tubuhku yang seperti kehilangan tenaga. Aku bodoh! Sungguh bodoh! Seharusnya aku tahu nomor yang tidak dikenal itu nomor Juri dan aku tidak perlu mengangkatnya. Kenapa aku harus berharap kalau itu benar-benar dari Juri. Lihat sekarang? Usahaku dua minggu ini terlihat sia-sia. Sangat sia-sia.

“Leda? Kau kenapa?” Suara Sujk segera membuatku berdiri lagi. Buru-buru membalikkan tubuh dan menghapus air mataku dengan piyama pink yang ku kenakan saat ini.

“Tidak apa-apa” dustaku.

Sujk yang berdiri di hadapanku dengan piyama biru -yang sama denganku- berbalut bathrobe menyabotase pandanganku. Dia mengenggam erat kedua pundakku. Mau tidak mau aku kembali beradu mata dengannya. Dia makin pucat dan makin kurus.

“Mug mu jatuh”

Sujk melihat ke bawah. Pecahan mug kesanyangan Sujk berserakan.

“Kau menangis karena ini?” Sujk tertawa, melepaskan genggamannya dan membereskan pecahan-pecahan mug. Aku hanya diam, sepertinya aku bisa berbohong kali ini.

“Aku akan beli lem!” Bergegas berlari meninggalkan Sujk yang dengan pongonya melihatku mengambil mantel biru di senderan kursi.

“Hey!”

+++++++++++++++++++++++++++++

“Bagaimana kabarmu?” Juri lah yang pertama membuka mulut, menelan kesunyian yang sudah berlansung sejak setengah jam yang lalu. Suaranya masih sangat lembut walaupun masih terselip kegugupan disana. Mungkin sama sepertiku, dia belum siap untuk bertemu denganku. Dia masih canggung.

“Baik” Jawabku formal. Mungkin Juri akan terkejut mendengarnya. Aku saja heran kenapa aku bisa begitu formal kepadanya? Jelas-jelas aku ingin memeluk tubuhnya dan merasakan wangi sabun favoritnya, mencumbunya manja seperti dulu, atau bahkan spend the night, private kembali menjelajah tubuh kurusnya. Ya, kenangan manis seperti dulu.

Aku kembali melihat dandanan lengkap Juri, masih seperti dulu. Simple tapi tetap elegan. Huh, berbeda denganku yang lusuh tanpa dandanan dan yang lebih parah aku masih mengenakan piyama pink di balik mantel biru ini. Berlari tanpa henti dari apatermen Sujk sampai ke bukit belakang sekolah ini cukup membuatku keringatan. Dan bau? Ya, Tuhan! Aku baru menyadarinya. Sedikit beringsut menjauhi Juri. Semoga dia tidak menyadarinya.

“Sujk?”

“Eh? Sama seperti dulu”

“Sou ka?”

Kembali diam. Hanya bisa senyum grogi. Menyebalkan. Juri selalu berhasil membuatku salah tingkah. Memalingkan wajahku ke samping menghindari tatapan intense dari kedua mata Juri. Darn! Apa yang harus aku lakukan?

“Sepertinya aku gagal” Gumam Juri pelan. Namun aku masih bisa mendengarnya.

“Maaf?”

“Aku masih menyukaimu.”

Deg

Suka?

“Maaf, aku harus pulang!” Sungguh aku tidak ingin mendengar kelanjutan percakapan ini. Walaupun bertolak belakang dari nurani yang jelas-jelas tidak bisa dibohongi. Katakan saja aku pengecut! Sujk menungguku di rumah. Dia masih membutuhkanku. Ketika aku baru bangkit dari dudukku, Juri refleks meraih tanganku dan mencengkramnya kuat.

“Sakit~”

“Maaf” Impuls, juri melepaskan tangannya namun tetap memaksaku duduk kembali.

“Apa yang kau inginkan? Bukankah ini yang kau ingin, kan? Kita berpisah dan aku harus menjaga Sujk? Ini kan yang kau inginkan? Mungkin saja ini hanya kedok! Kau ingin bersama Sono? Iya, kan? Dia lebih pantas untukmu dibandingkan aku dan sekarang kau datang dan mengatakan masih suka? Kenapa dulu kau rela melepaskanku? Kenapa baru sekarang kau mengatakannya? Kau bodoh, Juri! Bodoh!” Aku kalap.

Juri diam dan aku kembali diam, menata nafasku yang masih berserak karena kelelahan. Lelah tenaga dan juga otak. Masalah Sujk sudah cukup membuatku lelah untuk memakai topeng setiap harinya, dan kini kehadiran Juri membuatku sakit otak untuk mencerna takdir apa yang ada di ujung cerita ini. Walaupun dulu aku yang meminta putus seharusnya dia tahu aku sangat-sangat keberatan untuk itu. Kenapa dia harus langsung setuju? Kenapa dia rela melepasku? Toh, Sujk akan mati, sial! Apa yang barusan kukatakan!?

“Kau tidak pernah menyukaiku” Sambungku.

Shit!

“Kau yang bodoh! Aku menyukaimu! Sangat menyukaimu! Kau mungkin tidak tahu seberapa inginnya aku melihat Sujk mati dan kau kembali padaku! Betapa aku tersiksanya tanpa melihatmu disampingku dan kau tahu betapa menjijikkan pikiran-pikiran kotor ketika aku menyadari kau pasti bercumbu untuk menuntaskan keinginan Sujk! Setan! Setahun ini aku hidup tanpa hati, tanpa otak semua sudah hilang karena kau! Dan kau..”

“Sujk membutuhkanku!” Potongku lugas yang segera menghentikan kata-kata Juri yang membuatku sakit.

Juri diam lagi. Dia memalingkan wajahnya ke samping. Menghindari tatapan mataku yang tajam. Dari dlu dia tahu aku benci terlibat pertengkaran tidak penting seperti ini.

“Kau benar Sujk masih membutuhkanmu dan Sono pun juga begitu, dia masih membutuhkanku atau bahkan mungkin aku sedikit membutuhkan kehadirannya, karenamu. Ya, karena mu, aku membutuhkannya.”

“Bodoh!”

“Bukan suatu kesalahan, kan kalau aku masih menyukaimu?” Juri meraih pipiku, memaksaku untuk melihatnya kembali, mata yang begitu kukagumi, hidung yang begitu kupuja, rambut yang ingin ku usap, aku memang ingin memilikinya. Tanpa sadar aku kembali menangis. Menangis seperti anak kecil yang kehilangan balon, balon bewarna hijau kesukaanku.

“Leda” Juri menyeka tangisanku dengan jempolnya tanpa melepas rengkuhan tangannya di pipiku. Jelas sekali dia tidak ingin melihatku menangis. Dia begitu takut, cemas.

“Tidak apa-apa, ini bukan seberapa, aku sudah menghabiskan bergalon-galon air mata untukmu sebelum ini” Aku mencoba bercanda namun tidak berhasil. Juri masih memandangku khawatir, dan memang itu bukan candaan yang cocok untuk saat ini. Aku kembali terisak.

Juri memelukku, menghujani ubun-ubun kepalaku dengan ciumannya. Ciuman yang begitu kurindukan.

“Apakah memang harus seperti ini, Juri?” tanyaku.

“Mungkin ada cerita lain untuk kita nantinya”

“Benarkah?”

“Setidaknya aku yakin di sudut hatimu masih ada namaku, aku benar, kan?”

“Pasti”

+++++++++++++++++++++++++++++

“Suster, bisa minta vas bunga?”

“Oh, tentu” perempuan muda itupun tersenyum menyanggupi permintaan Sujk yang terbaring lemah di atas ranjang. Sudah sepekan dia berada di rumah sakit dan aku terpaksa kembali membolos kuliah dan kerja sambilan.

“Kau sudah makan?” Tanya Sujk lemah padaku yang duduk di sofa, tidak jauh dari ranjangnya. Aku masih berkutat dengan tugas perpipaan, hanya tugas ini yang bisa kukerjakan disini. Aku sudah mengulang mata kuliah ini dua kali dan kali ini aku harus berhasil. Bukan karena aku bodoh hanya saja dua kali ujian aku selalu terlambat atau lupa hari karena pikiran yang tersabotase karena Sujk.

“Sebentar lagi”

Sujk tersenyum mendengarnya, menggulingkan tubuhnya menghadap ke arahku. Impuls aku mencegahnya, dia tidak boleh bergerak banyak, terlalu banyak selang infuse di tubuhnya.

“Jangan bertindak bodoh, Sujk, aku disini kok” Mengecup pipi Sujk pelan. Ya, hanya ini yang bisa kulakukan.

“Kau harus kembali pada Juri, Leda”

Eh?

“Apa maksudmu?”

“Sebentar lagi aku akan mati, aku tahu, kok. Tugasmu sudah selesai” seperti di tampar sekalian disilet mendengar perkataan Sujk. Tugas? Tidak sebersitpun aku berpikir seperti itu -setidaknya sejak perjanjian kedua telah tercetus antara aku dan Juri. Aku tulus berada di sisinya. Ya, ada cerita lain yang akan menunggu kami masing-masing.

“Jangan bercanda Sujk, kau tidak boleh mati! Belum waktunya kau mati”

Sujk tersenyum.

“Aku seperti pemeran antagonis. Kau tahu itu? Mungkin kalau kau menceritakan ini kepada anak cucumu, mereka akan merutukiku, hehehe”

“Kau selalu menjadi protagonis”

“Kau selalu menghiburku, Leda, saatnya aku membebaskanmu.”

Aku terdiam. Mungkin dulu aku menginginkan ini. Mungkin dulu aku yang menjadi pihak antagonis dengan sedikit berharap kematian Sujk dan berpaling kepada Juri. Tidak, aku tidak boleh seperti itu. Sujk membutuhkanku, masih membutuhkanku, dan mungkin sedikit demi sedikit aku sudah merasa membutuhkan Sujk disampingku. Sujk yang berbeda didepan semua orang. Sosok Sujk lain yang tanpa cap sudah seperti menjadi milikku.

“Aku akan tetap disini”

+++++++++++++++++++++++++++++

“Hey, Leda! Lihat awan itu seperti gitar, ya?”

“Mana? Mana?” Mengedarkan pandangan ke atas langit namun nihil. Aku tidak berhasil menemukan awan gitar seperti yang dia bilang.

“Kau membohongiku lagi, ya?” Menoleh ke samping, tepat ke arah pria berambut hitam yang duduk disampingku. Dia tertawa seperti anak kecil.

“Lihat lagi!” Dia memaksaku untuk melihat ke atas lagi. Namun tiba-tiba kalung dengan liontin gitar jatuh mengenai hidungku. Kembali tergantung dengan jarak kira-kira dua senti dari hidungku.

“Kau bisa melihatnya sekarang?”

“Yo?”

“Gaji pertamaku sebagai dokter! Hehehe” Yo kemudian beranjak dari duduknya dan memakaikan kalung dengan liontin gitar itu di leherku. Sungguh indah.

Yo, calon dokter yang kutemui ketika Sujk di rumah sakit dulu. Juri benar mungkin memang ada cerita lain untuk kami masing-masing. Aku yakin Sujk tidak akan cemburu di surga sana. Aku kembali membuka hatiku untuk pria lain.

Pria lain? Ya, sepertinya aku memang terlahir sebagai homo. Kenapa aku tidak menyukai suster cantik di RS itu, ya? Hehehe. Yo sangat baik. Dia tidak memaksaku untuk melupakan Juri, Pelan-pelan tapi pasti dia memasuki kehidupanku. Memang itu yang kuperlukan.

“Tante.. Tante” Seorang anak menarik bajuku yang membuatku menoleh ke arahnya. Seorang anak kecil memanggilku tante? Aku belum terlalu tua untuk dipanggil tante? Menyebalkan! Apalagi Yo di sebelahku sudah mati-matian menahan tawanya. Argh.. Tante? Hey? Apa aku begitu cantik sampai salah kira gender seperti ini.

“Ya?”

“Huo!! Tante-tante bersuara cowok!” Laki-laki kecil itu bergerak menjauhiku yang kembali membuatku merengut. Yo sudah tetawa dari tadi. Aku berdoa semoga anak ini ketika dewasa akan sama sepertiku! Dipanggil tante-tante, Argh!

“Ayame!” Suara yang kemudian ku dengar seperti memecah seluruh batas nyata yang ada dipikiranku.

Aku sangat kenal suara ini.

“Papa!” Anak laki-laki itu berlari mengejar pria yang menunggunya di belakang. Pria yang sama-sama terkejut sepertiku. Begitu tidak percaya. Seperti ada aura lain yang memasuki alam bawah sadarku. Perasaan yang sama dengan yang diberikan oleh orang yang begitu ku kenal dulu. Hanya dia yang bisa memberikan sensasi aneh itu.Sangat nyata dan begitu ku rindukan sosok yang masih sama dengan 8 tahun yang lalu. Maih tampan dengan gaya simple namun elegannya.

“Juri?”

“Apa kabar?” Gugup Juri menjawabnya.

Ya, Juri benar, ternyata memang ada kisah lain yang menjadi akhir cerita kami. Akhir yang mungkin saja indah atau mungkin saja terlalu memaksakan. Aku tidak peduli.

Apakah ada yang keberatan?

“Sepertinya aku harus cepat-cepat membawamu ke Belanda!” Bisik Yo.

OWARI

+++++++++++++++++++++++++++++

A/N 1 : Yosh! Selesai sudah, ngecewain ya? :( gomen lagi gak bisa mikir banyak = = *alesan* sangat-sangat tidak sesuai dengan perkiraan =w= harusnya begini jadi begitu. Gomen anakku!! Mama bikin rusak penpikmu! *menyeseal setuju ikut collab FF* plak hiks. Maaf kalau banyak tugas-tugas kampus yang saya selipkan di cerita. T^T nasip anak teknik =w=

Anyway comments are love ♥

By Akiru

[Fanfic] Blastocyst 1


Title : Blastocyst

Author : ♥ Yuera-Ayame & Akiru-Akiru ♥

Chapter : 1

Fandom : Deluhi, Manterou Opera

Pairing : JurixLeda | SujkxLeda | JurixSono

Genre : Angst | Romance | Fluff

Rating : PG

Disclaimer : Yue is the writer in 1st chapter :p lol

Backsound: Flumpool – MW ”Dears Mr. & Ms. Piresque” | Keane Feat K'NAAN - Stop For A Minute | Escape The Fate - Harder Than You Know

Note : Yosh! Ini FF re-written. Dulu-a pernah saia post dengan judul “Crying Rain”. Dan karena ngestak tiba-tiba ya saia biarkan terbengkalai termakan jaman *plak*XD

Dan setelah kemasukan setan-a sujk, saia putusin sambung lagi dan ajakin my lovely mom buat collab~ huahahahahaXD

Gomen kalo jelek dan terkesan Dime novel, tapi enjoy aja lah ya :p

PS : Gomen kalau masih ada tulisan yg berantakan, FF jadul sih :)b

♥ Happy Reading minna ♥



+++++++++++++++++++++++++++++

The rain never teaches anything, it only continues to fall.

Always, at the same time in the last train, people are being accompanied by their lovers.

The feelings and desires that keep piling are unexpectedly not fading.

Even though time has passed, the clouds won't clear and the tears from the sky still won't stop falling.

Leda’s PoV

Aku tau itu percuma, menghabiskan tenaga dan pikiran, dan akhirnya semua hanya sebuah kesia-siaan.

Namun aku tetap melakukannya. dibawah hujan yg masih saja menemaniku menangis..

Aku yang bodoh, aku yang pergi meninggalkannya, hanya karena alasan konyol yang aku sendiri menyadari hal itu…. Suatu kebodohan.

Aku memutuskan mengakhiri hubungan ini. Aku tau tak selamanya hal yang kuinginkan bisa kudapatkan. Dia menerimanya. Menerima semua alasan bodohku karena dia mencintaiku. Begitu pula aku. Aku memutuskannya, karena aku terlalu mencintainya. hanya itu. Sangat mencintainya. dan akan tetap seperti itu.

Oktober... Apakah hujan memang turun setiap malam dibulan ini?

Kenapa harus hujan?

Saat kecil ibu mengajariku cara menghadapi hujan. ibu bilang, “Pejamlah matamu saat hujan turun, maka kau akan medengar suara hujan seperti menyanyikan sebuah lagu yg akan mengantarmu tidur. Menyenangkan, membuatmu benar-benar merasa tenang.”

Anekdot yang aku rasa takkan pernah ampuh lagi. Setelah semua yg kumiliki hilang saat hujan turun.

Ibuku, sahabatku, bahkan hal paling berharga dalam hidupku. Juri.

Haruskah semua berakhir seperti ini?

Aku hanya bisa menangis. Seperti hujan saat ini.

Masih... aku masih ingin memeluknya, mencium bibir lembutnya, menggenggam tangannya, merasakan kembali kehidupan indah yang kujalani dengannya selama ini.

Tapi itu takkan mungkin. Hanya kegilaan yg sekarang kurasakan. Apa aku masih bisa bertahan?

“Kau belum tidur?”. Sujk membuyarkan lamunanku. Merebahkan tubuhnya tepat disampingku yang sedang memandang hujan.

“Aku masih ingin menikmati hujan... kau sendiri??”.

“Aku menuggumu, melihat wajahmu membuat rasa lelahku hilang.” Sujk menarik tanganku. Meletakan pada kedua sisi di pipinya.

“Bukannya Kau lelah seharian bekerja? Apa sebaiknya aku buatkan coklat panas?”. Aku berdiri dari tidurku, membalikan tubuhku sehingga membelakanginya. Berusaha pergi untuk menghindarinya.

“Tunggu.... tetaplah disini.”. Sujk menahanku, membuatku terjatuh tepat diatas tubuhnya. wajah dinginnya memandangku saat ini. wajah yang penuh dengan kepedihan. Entah apa yg sedang dirasakannya, tapi tampak jelas raut ingin menangis yg tertahan.

Sujk memang orang yg sangat tertutup. Tak mudah mempercayai orang lain. Hanya bergantung pada dirinya sendiri. Tapi dia mulai berubah menjadi sedikit terbuka saat bertemu denganku.

Aku tak bermaksud membanggakan diri bahwa akulah penyebab kelonggaran itu. Tapi ia berusaha meyakinkanku bahwa hanya aku yg dibutuhkannya. hal itu pula yg membuatku menjauh meninggalkan juri. Orang yang paling aku cintai.

Sujk masih memandangiku sambil mengelus kedua pipiku. Membuat rasa maluku timbul, aku yakin wajahku memerah saat ini.

Aku pun memalingkan sedikit wajahku, menyembunyikannya agar debaran jantungku kembali normal.

“Hei...”. sujk kembali menarikku. Memaksaku memandang wajahnya. perlahan membawa kepalaku menunduk, semakin dekat dengannya.

Hingga bibirnya menyentuh bibirku. Terasa hangat, Membuaiku dalam setiap gerakan lembutnya.

Hal seperti ini memang sering ia lakukan padaku. Tapi sangat sedikit minatku untuk membalasnya.

Rasa bersalahku tak kunjung hilang padanya. Karena setiap ia menciumku aku mencoba membayangkan juri, membayangkan saat juri menciumku. Aku tak mungkin melupakan itu. Hal paling berharga dalam hidupku.

Sujk masih menciumku, semakin erat, hingga bibirnya beralih ke arah leherku. Ia ingin menghabisiku, seperti biasa. Hal yg tak mungkin kuhindari, yg membuatku enggan lepas darinya, atau kembali pada juri.

Seolah dengan angkuhnya menegaskan pada dunia, bahwa saat ini aku miliknya. karena tanda merah itu terus tertera di setiap jengkal tubuhku. Aku takkan bisa lari, meninggalkannya yg memang membutuhkanku. Ia bahkan pernah berkata, hal yg akan paling disesalinya adalah kehilanganku.

Hey, apa kalian bisa pergi dari orang yg begitu membutuhkan kalian seperti ini?

Aku berusaha tak seegois itu. Karena tujuan hidupku adalah berguna bagi orang lain.

Gerah, entah kenapa hari ini rasa malas ku mampir. Dekapannya semakin erat. Tapi aku tak mampu merespon dengan benar, ia memang pemaksa. Memaksakan setiap gairah yg ia miliki untukku. Tapi bayangan juri terlalu kuat. Aku tak mampu bercinta dengan orang selain juri. Bodoh!

“Sujk, gomen ne… jangan hari ini, unh~”. desahku pelan, berusaha melepaskan diri saat jari-jari halusnya mulai merogohi tubuhku. bibirnya mengecupi setiap sudut tubuhku. Entah berapa banyak tanda yg kumiliki sekarang. Aku rasa harus segera menghentikan ini, sebelum semakin jauh.

“Sujk,.....”. panggilku saat Ia tiba-tiba menghentikan ulahnya

“Hei, aku… sujk? Tubuhmu panas? Kau demam?!!”. Kagetku, setelah dengan seksama merasakan hawa panas dari tubuhnya.

“Aku baik-baik saja. Tak apa…”. Jawabnya terengah-engah sambil menggenggam tanganku. Ia tersenyum paksa.

“Tidak! Tubuhmu terlalu panas untuk orang yg baik2 saja! Aku ambilkan obat. Tetaplah disini!”.

“Hei... tenanglah... aku baik2 saja....”.

“Aku takkan tenang jika panasmu setinggi ini, dan keringatmu terus bercucuran!”.

Aku merogoh laci persediaan obatku. Mencoba menemukan obat penurun panas yang memang setiap harinya bertengger dibarisan paling depan. Yap, aku menemukannya, tapi kali ini dia berdiri diurutan paling belakang. Dan aku mendapatinya dalam keadaan kosong.

“Shit! habis.... bagaimana ini?”. Umpatku sambil merogoh kembalilaci mencoba mencari persediaanobat lainnya. Tapi gagal.

“Ah! Aku harus ke apotik untuk membelinya.”Aku langsung berlari dan menggunakan jaketku, mempercepat langkahku agar waktu tak semakin larut.

“leda~”. sujk memanggilku. Wajahnya memelas. Ia menarik tanganku, mengenggamnya dengan erat. Tampak keren menurutku.

“Aku harus keluar untuk membeli obatmu, tetaplah disini.”

“Sayang~ ini sudah malam…”.

“Just few minute... ayolah....”.

“Tapi…”. Ia merengek, sangat kontras dengan penampilannya yang biasa.

“Tetaplah tidur, gunakan selimutmu. Aku akan kembali secepat yg kau harapkan”. aku mengecup pipinya. berharap ia tenang. Dan Ia membalas senyumanku.

+++++++++++++++++++++++++++

“Sankyuu....”.

“Doitta shimashite...”. Ucap penjaga apotik padaku.

Ah... hujan tak kunjung berhenti. Aku sangat malas keluar dengan keadaan seperti ini. dan bodohnya aku tak membawa payung. Oh, bukan. aku meninggalkannya.

Aku merapatkan jaketku. Berharap hawa dingin ini tak merasuki tubuhku lebih dalam. Apotik ini terlalu dekat dengan apato ku. Hanya perlu melewati taman kota berjarak 100 meter itu dan aku sampai.

Jalan setapak yang keren, kegemaranku setiap berjalan disini.

Yah... sudah setengah tahun ini aku tinggal bersama sujk. Banyak alasan, tapi dia lah yg memaksaku untuk selalu bersamanya.

Setengah tahun pula aku tak melihat sosok juri, orang yg paling berharga bagiku. Yang kutinggalkan begitu saja setelah sujk hadir dalam kehidupanku.

Aku memang salah, menyianyiakannya. Lebih tepatnya aku harus meninggalkannya. mengingat sujk menggantungkan hidup na padaku. Karena hidupnya takkan selama yang kuharapkan.

Ya, sujk menderita parasite trombositecancer. Sejenis kanker yg mengrogoti trombositnya. ia semakin melemah dengan keadaannya. Ia pekerja keras yg tak pernah peduli pada kesehatan dan bahkan berpikir untuk memperpendek umurnya. Hal yg aku dan juri sadari tak bisa untuk dibiarkan. Alasan aku meninggalkan juri, dan alasan juri menerimanya. Sujk hanya ingin hidup jika aku ada bersamanya.

Bodoh . sungguh bodoh. ..

“Aku benci hujan.....”. yah hujan membuatku basah. Cih!

“Kenapa aku tak bawa payung y?” pikirku sambil terus berjalan di deretan took-toko yg mulai tutup. Dan membiarkan rambut brunette ku terguyur hujan.

“Leda??? “. Seseorang memanggilku. Suara yg mengejutkan. Aku harap tebakanku salah.

“ Benar, kau leda!”. Teriaknya kegirangan, aku tak berani menatapnya, hanya terpaku ditengah guyuran hujan. Menatapnya bagiku itu sesuatu yg buruk.

“Leda???”. Panggilnya lagi. Setelah mungkin berulang kali aku tak menjawab.

“Ah, ya... Juri, hai apakabar??”. Oh tuhan! Kenapa sekarang? Aku benar-benar tak siap.

“Hei, kenapa kau hujan-hujanan? Kau dari mana?”. Dia bertanya dengan santai, pemandangan yg kontras denganku yg tentu saja sangat panik.

“Ah.. aku...”

“Obat? Siapa yg sakit? Kau?”. Wajahnya penasaran, sambil menarik plastik obat ditanganku.

“Ah ya, sujk demam, aku terpaksa keluar untuk membelinya..... “.

“Ooo....”. jawab na datar

Hening. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing, masih dibawah guyuran hujan yang semakin lebat.

Hingga akumemberanikan diri untuk menatapnya. masih sama. Mata yang sama, hidung… bibir… bahkan ia sama sekali tak mengubah warna rambutnya, hanya sedikit bertambah panjang.

Tanpa sadar tanganku bergerak menyentuhnya. Menyentuh bibirnya, matanya, pipinya, rambutnya yang menyebarkan harum samphoo favoritku. Aku benar-benar merindukannya.

“Leda… aku.. sangat merindukanmu”. Ucapnya terputus, ia mengecupi kedua tanganku. Hujan yang semakin deras pun mengguyur rambut hitamnya.

“Just like me...”. Aku tak sanggup menahan air mataku, yang ikut jatuh mengiringi derasnya air hujan.

Ia mengacak rambutku, memandangku penuh arti. Memelukkun erat dan menciumi keningku berkali-kali.

Tuhan... kenapa kau pertemukan aku dengannya? aku tak sanggup…

Drrt…drrrtt…

Ponselku berbunyi, sujk. Pasti dia.

“Ma-maaf... aku harus pulang..” . Aku mengusap airmataku secepat mungkin. Tak ingin ia melihatku menangis lagi.

“Harus?”. Ia tetap memelukku erat. Seperti enggan melepasnya.

“Ya-yah... “. Jawabku yg sebenarnya tak ingin melepas na juga.

“gomen ne....”. Ia melepas pelukanya, tapi tetap menggenggam tanganku.

“Juri! Kau disana?”. Seorang ringan pria membuyarkan segalanya. Sesosok kurus tampak berlari kecil mendekat ketempat kami berdiri.

“Sono?”. Juri terlihat kaget, dengan segera melepas genggaman tangannya di jariku.

“Ah, benarkan! Kau hujan-hujanan? Aku membawakanmu payung, pakailah.”. ia menyerahkan payung berwarna ungu, sama seperti warna matanya. tubuhnya tinggi kurus, warna rambutnya hampir sama dengan juri. Sangat manis dengan Sweater kebesaran yang menonjolkan collarbone nya, tubuh yang ideal bagiku.

“Dia?” ia bertanya pada juri, sambil memainkan ujung rambutnya. menatapku dengan lembut.

“Ah ya, dia leda”. Juri tersenyum penuh paksa, wajahnya terlihat panik.

“Oh... kau leda? Aku sono,yoroshiku ne”. Ia tersenyum sambil menundukan badannya, wajahnya memang manis.

“Hai....”. aku berusaha untuk tenang.

“Juri, ditoko itu aku lihat manekin lucu, Wajahnya serupa denganmu! Haha~”. Ia terkikik geli, sambil memainkan tangan juri. Membuatku sadar, ada sesuatu diantara mereka.

“Benarkah? Berarti tampan sepertiku juga?”. Juri mencoba mengolok-oloknya, tersenyum senang melihatnya cemberut.

“hu~ Tentu saja Kau lebih tampan, itu kan hanya manekin!”. Ia merengut manis. Sepertinya ia sangat manja.

“Heh… Dasar!”. Juri mengacak rambutnya. wajahnya terlihat sangat senang, sama seperti saat ia bercanda denganku.

Cih! Menjijikan! Pemandangan yg membuatku ingin muntah! Juriku? Seenaknya saja ia mengakuinya! Aku tidak rela, sangat ! ia dengan leluasa memeggang juri! Tertawa senang sambil menggenggam tangannya. Sialan!

Aku harus cepat-cepat pergi dari sini, sebelum akhirnya aku semakin gila.

“ ma-maaf, aku harus pulang, sujk menungguku....”.

“kenapa cepat sekali? ayo mampir ke apartemenku?”. Tawar sono, sambil menarik tanganku.

“Maaf, sujk menungguku...”. Gila! Ia mengajakku ke apartemennya? ia pasti ingin menghabiskan waktunya dengan juri kan? Sepertinya aku memang harus cepat-cepat pulang, sebelum rasa sakitku semakin menjadi.

“Su-sujk? Siapa dia?”.

Sesaat aku hanya memandangnya yang kelihatan penasaran, sama seperti ku yg sangat penasaran dengan hubungan mereka. Aku menatap juri. Wajahnya kelu. Aku tahu ia merasa bersalah dengan situasi ini.

“Ia pacarku. Dan dia sedang demam, makanya aku harus cepat”. Huh! Kurasa juri dapat mengartikan nada kesalku saat ini.

“Oh.. kalau begitu cepat lah. Semoga ia cepat sembuh. kapan-kapan mainlah ketempat kami!”.ia tersenyum lagi. Memamerkan wajah cerianya yg tentu saja tak bisa kutiru saat ini.

‘Tempat kami’ kata-kata yang dengan sekejab telah merobek hatiku.

“Ah ya... jaa!”. Kupercepat langkahku. Berusaha berlari, agar terhindar dari bayangan mereka. Terlalu sakit untukku berlama-lama ditempat ini.

“Jaa!!!!” . Teriak sono semakin menjauh. Wajah juri terlihat semakin kelu. Membuat rasa bersalahku datang lagi.

Yah… tapi setidaknya, ia mendapatkan pengganti yg pantas..

+++++++++++++++++++++++

Aku terus berlari semakin dekat dengan apartemenku.

Hingga tiba di depan pintu kamarku, Aku tertunduk lesu. Aku tak mungkin masuk dengan keadaan seperti ini. tak ingin membuat Sujk khawatir.

Drrrt…drrrtt…

Kembali ponselku berdering, sepertinya ada pesan.

Aku mencoba melihat pengirimnya. Juri?

Dengan segera kubuka pesanku

.

From : Juri

Subject : “You and night sky... I think about this scene in the unending dream and become glow. Night sky... In place, where the stars are falling, we will gather there again by a chance, I want to meet you”

Ini…

Hujan pun tak kunjung berhenti, mengalir deras mengiringi air mataku.

Membayangkan wajahnya yg sedang tersenyum dan mencumbu orang lain. Dirinya yg kini bukan milikku lagi. Sulit. Terlalu berat untuk kutanggung sendiri.

Aku merindukannya, sangat....

I have given you too much water such that you wilted

I protected you so much that I had deprived you of sunlight.

I have no idea why, but I miss you



T.B.C



Thursday, July 8, 2010

FIC BIRTHDAY FOR RYOGA (BORN)

Title: Ruisai No Hana
Author : Kiyushin “Tokio” aka Yuera Ayame
Part : 1 of 1
Fandom : BORN, Screw, OFC
Pairing(s) : H.I.M.I.T.S.U *plak* if u wanna know, please read! XDLOL
Genre : Romance, angst
Disclaimer : just story line is mine.. but Ryoga is my.. my… my… T^T
Rating : +15
Note : Fic Birthday for Ryoga san, my lovely Vocalist♥
Music : Ruisai No Hana , The Fragrance Noise- BORN, SAYONARA-SKULL (tetsuya I ♥ u!)T^T

This story is pure, real and Fukushion results of my thoughts **** :D

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Kukeratkan luka disudut jariku. Tanda penyesalan.
Aku berbohong bahwa aku bahagia..
Aku berbohong karena saat ini aku terluka.
Seperti apapun takkan berubah, hanya kebodohan dan penyesalan temanku..
Tapi percayalah, ini yang terbaik…



Seorang lelaki menyudut ditepi jalan. Duduk disebuah bangku sambil menghisap rokoknya.
Kerut lelah terlihat jelas diwajahnya yang memang sangat manis.
Sesekali ia melirik kejalan dihadapannya. Seperti menunggu seseorang menghampiri. Dan tentu saja, tak lama kemudian ia tersenyum saat seorang wanita cantik dengan rambut blonde sebahu berjalan kearahnya sambil tersenyum ramah.

Si lelaki bangkit dari duduknya. Tak lama menginjak rokoknya, dan meneguk habis softdrink yang ia genggam. Berjalan kearah wanita itu.
Ia merangkul pinggang ramping sang wanita setelah sebelumnya mendaratkan kecupan hangat didahi wanita manis tersebut.
Sang wanita hanya tersenyum. Tanda ia menerima semua perlakuan manis dari lelaki berambut brunette itu.

“Aku lama?? Maaf ya..”. ucap si wanita sambil jari-jari halusnya mengelus pipi pria tersebut.

Sang pria hanya tersenyum. Mengecup pelan pipi tunangannya itu. “Apapun untukmu Rui..”. bisiknya lembut.

“Terimakasih….. kei…”. Ucap Wanita bernama Rui tersebut. Dan kedua berjalan beriringan meninggalkan Taman rumah sakit itu.


+++++++++++++++++++++++++++++


Ryoga memainkan tangannya diatas kanvas putih sambil tubuhnya terbaring diatas ranjang dengan selang infus yang menancap di lengannya.
Matanya terus tertuju kepada sosok dipinggir jendela kamarnya. Rui, tertidur dengan sangat manis dipinggir jendela. Rambut blondenya berkilauan terkena cahaya matahari sore yang hampir tenggelam.
Pemandangan yang sangat indah bagi Ryoga. Objek yang cukup berharga untuk dilukis olehnya.

Tak henti-hentinya Ryoga mengumbar senyum manis melihat kekasihnya yang begitu manis saat tertidur. Lelah yang mungkin menghampiri Rui setelah seharian menjaga Ryoga yang hanya bisa terduduk lemah diatas ranjang dikamar rawatnya.
Bertemankan Kanvas dan cat lukis. Hanya hal itu yang bisa dilakukan Ryoga sekarang. Setelah lebih dari 2 bulan dokter memvonis Ryoga terkena Aneurisma stadium akhir. Penyakit penyumbatan saluran darah dijantung, yang membuatnya terpaksa menyerahkan diri pada obat dan Rumah sakit.

“Emh~” Rui mengerjapkan matanya. Terbangun saat matahari senja semakin silau menerawang masuk melalui kaca jendela. ia bangkit dan segera merapikan rambutnya, dan tersenyum kearah ryoga yang terus memperhatikan gerak geriknya.

“Kau terbangun karena silau?? Maaf.. aku tak bisa kesana, bahkan sekedar untuk menutup jendela….”. Ryoga mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan berbau pekat obat dan desinfektan tersebut.

“Hei.. apa yang kau bicarakan?? Dekat denganmu saja sudah cukup untukku...” rui berjalan menuju Ryoga. Duduk disampingnya dan menatap Ryoga lekat.

“Tapi….”. bibir ryoga terhenti saat telunjuk Rui menyentuh permukaan bibirnya. Tabpa melepaskan pandangannya ia tersenyum.

“Kau yang paling mengerti aku, tanpa perlu berjalan untuk menuntunku pun, aku tetap ada untukmu, dan kau tetap ada untukku.. mengerti??”. Rui merapatkan dahinya ke dahi Ryoga. Membuat Ryoga tersentak. Memandang Rui yang tersenyum melihatnya.
Dan sesaat kemudian ia mengangguk mengiyakan. Tertunduk menyembunyikan rona merah diwajahnya.

Cukup lama suasana hening. Rui mempertahankan posisinya, mengapit wajah ryoga dengan kedua tangannya. Merasakan angin yang membelai lembut wajah mereka.
Berusaha mengulang memori-memori lama tentang keduanya.

“Kau ingat saat pertama bertemu aku dulu??”. Ryoga tersenyum sambil menutup matanya.

“Tentu saja! Saat SMU, kau menabrakku tanpa meminta maaf, dan malah memarahiku yang tak sengaja membuat seragammu kotor dengan cake ku kan??”. Rui mengucutkan bibirnya, sedikit cemberut dengan mata ikut tertutup.

“Hahahaha~ tapi.. saat itu kau menangis bukan karena aku menabrakmu kan? Tapi karena… patah hati~” Ryoga terkikik sambil mengelus pipi Rui yang memerah karena malu.

“A.. aku tidak.. itu masa lalu!”. Rui menarik diri dan membuang pandangannya kesamping. Wajah cemberutnya membuat ia terlihat manis dan kekanakkan.

“Hahaha~ .. aku jadi penasaran kenapa dulu seorang Byo mencampakkanmu demi gadis aneh yang berpakaian seperti boneka itu, dan saat dibangku kuliah ia kembali mengejarmu.. hidup memang aneh..”. Ryoga menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan tawanya sambil memegangi perutnya.

“uh~ kau ini!”.

“i..iya… maaf.. aku hanya bercanda..”. mohon Ryoga saat rui menarik kedua pipinya.

“Saat itu mungkin aku hanya takut kehilangan dirimu..”. ryoga menggenggam tangan Rui, menahan dan memandangnya lekat.

“Tapi… aku memilihmu kan??”

“……………..”

“Ryoga??”

“……. Terimakasih..”

“He?? Untuk apa??”

“for all that you gave, maybe I do not say it back ..... gomen ne..”

Rui hanya terdiam. Memandang Ryoga yang menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
Ia kembali menyusuri jari-jari itu. Menggenggamnya. Meletakkan kedasar dadanya sambil memejamkan mata.

“Begini cukup untuk membalasnya… bernyanyilah untukku…” Rui mengeluskan kedua tangan Ryoga kewajahnya. Ia tersenyum yang membuat Ryoga tercekat. Menahan air matanya yang seperti memberontak untuk keluar dari pelupuknya. Tak lama ia pun tersenyum.
Menarik nafasnya. Menahan semua perasaan aneh yang bergejolak hebat didadanya.
“semoga ini bukan yang terakhir…” batinnya sebelum mulai menyanyikan sesuatu.


You are exceedingly beautiful
Happiness and sorrow punishment for a person without sins even being able to visit this absurdity someday I'd completely fall in love
Becoming strong like you...
A glittering sakura in full bloom ...



Disudut lorong rumah sakit itu, seorang pria berambut brunette berdiri dipintu kamar 02.
Ia tersenyum. Menyaksikan apa yang baru ia lihat.



++++++++++++++++++++++++++++++++


Rui’s POV (Flashback)

Aku menaikan kedua alisku. Menatap tak percaya pada apa yang kulihat saat ini.
Sebuah kertas buram dengan beberapa penjelasan yang sulit kumengerti Ryoga serahkan kepadaku setelah kami bertengkar hebat beberapa hari ini.

Yang kutau satu hal dari enychan yang tak lain sepupu Ryoga, ia terkena Aneurisma stadium akhir. Pembengkakkan pembuluh darah dijantung. Yang tak lama lagi mungkin akan merenggut nyawanya dari ku, ia akan meninggalkanku?? Sial!

Saat ini aku hanya ingin menangis. Dan beberapa detik lalu air mataku sudah berhasil mengalir tanpa bisa kutahan.
Tubuhku lemas seketika. Menatap Ryoga yang hanya tertunduk lusuh didepanku.
Ia bahkan tak berani menatapku. Wajahnya memucat.
Aku jadi mengerti alasannya menyerahkanku pada Kei, menjauhiku dan tiba-tiba berkata tidak ingin bertemu lagi dengan ku.

“Ma.. maaf….”. Ucapnya terbata. Ia menggapai tangannku.
Aku hanya bisa meluapkannya dengan menangis histeris dan membuyar dipelukannya.



***Flashback***


“A…apa maksudmu??”. Aku mencoba tersenyum. Seperti barusan aku mendengar lelucon garing dari mulut Ryoga. Kekasihku.

“Tak ada.. aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Pergilah! Kei lebih membutuhkanmu dari pada aku! Yah.. our relationship is too boring, maybe I'm tired like this. kau tak lebih baik dari mantan pacarku yang dulu…” Ryoga meneguk habis minuman ditangannya. Tersenyum penuh kemenangan. Ia seperti bukan ryoga yang kukenal.

“Hei! STOP YOUR F**KING JOKES!”. Aku menariknya sehingga ia berhadapan denganku. Tak pasti, ia hanya menatapku sambil terus terkikik.

“Kau tau Rui? Aku harus jujur kau memang lebih cantik, menarik dan… cukup memuaskanku..”. Ryoga tersenyum menyeringai,. Aku hanya tercekat mendengarnya. Menatapnya tak percaya. Hingga ia mendekatkan wajahnya kewajahku. Mendapatkan apa yang ia cari.
Ia berhenti saat bibirnya meraih bibirku. Memberikan sentuhan hangat disana sambil tetap tersenyum. Lumatan-lumatannya, yang biasa ia lakukan kali ini terasa lebih kasar. Ia seperti bukan ryoga yang selama ini kukenal. Aku tetap mempertahankan posisiku tanpa mebalas ciumannya.

Sesaat ia melepaskan ciumannya, ia kembali menyeringai. “ Dan ini yang kusuka darimu…dulu..”. bisiknya sebelum akhirnya menarikku lebih dekat dengannya. Dapat kurasakan dengan jelas hangat nafasnya menyatu dikulit leherku. Ia bermain dengan lidahnya disana. Membuatku menahan nafas. Aku seperti kehilangan fikiranku.ia benar-benar seperti bukan Ryoga yang kukenal. Ini memang bukan yang pertama, tapi ini pertama kalinya ia berbuat sekasar ini padaku. Selama 4 tahun, ini bukan Ryoga. Bukan Ryoga ku!

“Ada apa Rui? Kau tidak menikmatinya??” ia mendesah ditelingaku. Kali ini emosi benar-benar lepas saat jari-jarinya menyusuri lekukan tubuhku. Berusaha membuka kancing yang menempel dibagian depan kemejaku.

PLAAKK!

Air mataku mengalir seiring suara tamparan yang kudaratkan diwajahnya. Ia benar-benar membuatku marah. Persetan dengan apapun alasannya. Tapi ia benar-benar berhasil membuatku terluka. Yah.. aku cukup mengerti, sangat mengerti! Ia hanya ingin pergi dan meninggalkanku.

“OK! WHATEVER YOU WANT! I‘M NOT COMING BACK AGAIN!” teriakku sebelum keluar dan membanting pintu apatonya, meninggalkannya yang masih mengelus pelan pipinya.


Rui’s POV end

***************************


“Hei.. kau baik-baik saja? Tak apa menerima lamaran ini??”. Lelaki berambut brunette itu berdiri dihadapan Rui sambil mengibaskan jarinya. Tersenyum melihat Rui yang melamun memandangi kotak cicin dihadapannya.

“Ah.. i.. iya.. aku baik-baik saja..”. rui mencoba tersenyum. Tetapi lelaki itu lebih pintar untuk mengetahui kebohongannya.

“Hei… Tolaklah.. dari dulu kau selalu sulit menolak permintaan orang lain. Bahkan untuk hal sepenting ini..”

Rui hanya terperanjat dibangkunya. Ia dapat merasakan jari-jari halus lelaki dihadapannya itu hangat menggenggam kedua tangannya.
Ia seperti sadar akan sesuatu. Hanya bisa menahan apa yang sudah bertumpu dikedua pelupuk matanya.

“Aku tak bisa menolakmu… aku sudah berjanji padanya..”. Rui menundukkan wajahnya menahan kelu.

“Tapi apa kau akan bahagia jika bersamaku? Dengar Rui, aku takkan memaksamu.. bagiku perikahan itu bukan lelucon, dan aku tak ingin membuatmu jadi terbeban dengan perasaan sendiri..”.

“Hei.. Kei benar.. piikirkanlah, jangan sampai kau menyesal. “. Timpal eny yang berjalan beriringan dengan tomo. Masuk keruang tengah tempat Rui bersama Kei.

“Enychan.. Tomo-kun..” rui mengedarkan pandangannya kearah eny dan Tomo . eny hanya tersenyum melihatnya.

“Kifumi menelponku, tadi siang Ryoga kembali di Filtrasi. Penyumbatannya semakin parah..”. Tomo menarik hisapan rokoknya sambil tangan kirinya menggenggam erat jari-jari tangan eny.

“Be.. benarkah??”. Rui menelan ludahnya. Mencoba bersikap biasa dihadapan Kei.

“Kau tak berniat melihatnya Rui??”.

“Enychan..apa maksudmu?? Aku… tak bisa..”

“Karena ryoga melarangmu datang?? “

Rui hanya mengangguk mengiyakan.

“Ayolah Rui! Kau mencintai sepupuku kan?! Tak ada alasan untuk tidak menemuinya! OK??”.

“tapi……”

“Atau kau hanya akan datang saat hari pemakamannya?!”. Eny memicingkan matanya, membuat Rui tersentak kaget.

“Enychan.. apa yang kau katakan?! Ryoga tak akan…”

“kalau begitu, pergilah! Temui dia, lakukan apa yang seharusnya kau lakukan! Setelah itu, do whatever you want!”.

Rui hanya memandangi eny dan tomo yang tersenyum kearahnya. Berbalik ke Kei yang sedari tadi menunggu jawaban “ya” keluar dari mulut tunangannya itu.

“Kei…. Kau mau menemaiku?? “ ia bertanya dengan nada takut-takut.

Kei melebarkan senyumnya. “Tentu saja! Apapun untukmu sayang…”. Ucapnya yang membuat Rui ikut tersenyum.

*************************


“Hei.. kau terlihat begitu kurus….” . ucap Rui sambil mengelus kedua pipi Ryoga dengan tangannya. Laki-laki berambut pirang itu hanya tersenyum lemah.

“Kau jauh terlihat lebih kurus dariku…”.

Untuk beberapa lama keadaan cukup hening. Keduanya hanya saling memandang dan tersenyum.

“Ryoga aku… “.

“Bagaimana dengan Kei??”. Potong Ryoga sebelum Rui sempat menyelesaikan ucapannya.

“……….. dia cukup baik….”.

“ Kau bahagia??”

“……………. Yah… aku cukup bahagia. Walaupun, saat bersamamu adalah saat yang paling membahagiakan…”.

Ryoga menatap rui yang menundukan kepalanya. Tersenyum sambil mengelus rambut Rui lembut.

“Kau harus bahagia.. bahkan saat Aku tak bisa menemanimu nanti.. “.

“Aku benci arah pembicaraanmu ini~”. Rui mulai menitikan air matanya. Ia mengulung ujung kemeja yang Ryoga kenakan.

“gomen ne..aku tak bisa menemanimu lebih lama… “.

“Kau jahat~”.

“Aku tau…”

“Kau menipuku malam itu! Menyuruhku meninggalkanmu, dan menghindariku tanpa alasan…”

“gomen ne….”

“Kau bilang akan terus disampingku! Tapi sekarang… ka.. kau.. malah ingin pergi… meninggalkanku lebih dulu..”. rui terisak. Ryoga meraih kepalanya dan meletakkan kesisinya. Menciumi dahi rui dengan lembut.

“iya.. maafkan aku…..” ryoga hanya tersenyum.

“Aku mencintaimu…..”

“aku tau…. Aku lebih mencintaimu sayang…..”.

Ryoga terus menciumi lembut kepala Rui. Ia mencoba menahan keinginannya sendiri untuk menangis. Ia tau,takkan lama lagi. Ini mungkin yang terakhir.

“Hei.. pulanglah.. hari semakin gelap. Kei pasti menunggumu..”


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Aku lama?? Maaf ya..”. ucap Rui sambil jari-jari halusnya mengelus pipi pria berambut brunette dihadapannya.

Sang pria hanya tersenyum. Mengecup pelan pipi tunangannya itu. “Apapun untukmu Rui..”. bisiknya lembut.

“Terimakasih….. kei…”. Ucap Rui. Dan kedua berjalan beriringan meninggalkan Taman rumah sakit itu.


*************************

3rd, July…..

Softly kiss me? It was just a joke
You made a deal with me about the future you desired, didn't you
We made a deal about deeply, deeply loving each other, didn't we
And when you were sobbing sadly, I sneered at you, didn't I
Now, after so long, I want to see you


“Otanjoubi Omedeto Ryoga…”. Rui mengecup pelan dahi Ryoga yang terbaring lemah di ranjangnya.

“Senang kau masih mengingatnya..hahahaha~”.

“kau ini bicara apa? Mana mungkin aku melupakannya..”. rui mengucutkan bibirnya. Membuat pipinya semakin memerah.

“arigatou ne, seharian ini bersamaku untuk merayakan ulang tahunku…”. Ryoga tersenyum melihat tingkah Rui.ia menggapai tangan gadis itu kesisinya.

“berhenti mengucapkan terimakasih, hari ini kau sudah mengucapkannya lebih dari 20 kali…”. Rui mengambil beberapa potongan kue disampingnya. Selum menyendokkan kemulutnya sendiri.

“Kau sangat cantik dengan gaun itu…”.

Rui terdiam. ia bingung harus merasa senang, atau sedih dengan ucapan ryoga.
Senang karena Ryoga mengatakan hal yang paling dirindukannya. Tapi ia sedih, karena ia harus terlihat cantik untuk orang lain.

“Aku….” . rui memilirkan ujung gaunnya. Menatap ryoga nanar.

" lakukanlah...". Ryoga mengapit kedua tangan-a kewajah rui. tersenyum penuh arti melihat gadis dhadapan-a. sedangkan tubuh-a terus terbaring lemah, diatas ranjang rawat dgan berbagai selang melekat ditubuhnya.

"Ryoga.. aku.. aku mencintaimu.." gadis itu tertunduk. tangannya menggapai tangan ryoga, menahan tangisan yg mulai mengalir dwajah-a yg tertutup riasan, sangat cantik.

"Aku tau, dan aku mengerti... sudah, jangan menangis, riasanmu bisa rusak.." ryoga tetap tersenyum. menyeka air mata rui dengan jari2 halus-a.

"dengarkan aku. didunia ini, ada hal2 yg tdak bsa kita miliki, sekeras apapun kita menginginkannya.. tapi kau harus mengerti, tuhan punya maksud yg lebih baik untuk kita. dan aku, sampai kapan pun, tetap mencintaimu. walaupun, aku tak bsa membahagiakanmu.. maafkan aku..". ryoga terus mengecupi lembut kepala rui, menarik nya erat kesisinya. membiarkan air mata rui membasahi seragam pasiennya.

"aku mencintaimu ryoga, sampai kapanpun... aku... tak mau kehilanganmu..." rui makin terisak, membiarkan tbuhnya makin tenggelam kesisi ryoga.

"Aku tau.. sudahlah, aku tak ingin orang yang aku cintai terlihat jelek dhadapan orang bnyak" ryoga tertawa menggoda. mengusap mata rui yg sdikit membengkak.
rui hanya tersenyum. meletakkan dahinya ke dahi ryoga. memainkan hdung mancungnya. tersenyum dngan tngkah konyol keduanya.

"bahagialah untukku" ucap ryoga sebelum bibir kedua-a bertemu. berpagutan menemukan kehangatan dalam ciuman lembut mereka.

“ini mungkin yang terakhir dari ku… aku sudah terlalu lelah… “. Bisik Ryoga setelah melepaskan pagutan keduanya.

Ia tersenyum. Menatap wajah satu-satunya orang yang paling dicintainya. Ia terus tersenyum, hingga akhirnya setetes darah mengalir dari hidungnya. Ia merasakannya. Rasa nyeri yang mulai meradang ditubuhnya.

“Ry..ryoga.. kau berdarah!”. Rui panic saat darah yang semakin deseka itu semakin terlihat banyak, dan sekarang bukan hanya dari hidung, tapi dari mulut yang dihasilkan dari batuk Ryoga.

“Hei.. menjauhlah.. gaunmu bisa kotor…”. Ryoga mendorong tubuh Rui kearah laki-laki berambut brunette dengan stelan jas rapi yang baru saja masuk keruangannya.

“Ti..tidak… Ke..Kei! ryoga..dia...“. Rui meronta dalam dekapan Kei yang menahannya dari belakang saat beberapa perawat dan dokter berduyun memasuki ruangan dan mulai menangani ryoga yang berjuang melawan sakit dibagian dadanya. Sambil sesekali terbatuk dan mengeluarkan cairan merah pekat. Pemandangan yang sangat memilukan.

“Hei..pergilah.. undangan dan pendeta menunggu kalian..”. ryoga tersenyum dalam sakitnya. Tangannya terus merengkuh dadanya.

Untuk terakhir kalinya ia tersenyum. Sebelum akhirnya kei menarik rui keluar ruangan.
Memandang ryoga dari luar.

“Rui.. I love u… “.kata-kata terakhir yang terdengar sebelum rui terduduk lemas melihat Ryoga yang menutup damai matanya.


Never, ever again. I don't want to cry. So I just sing.
The thirsty ground's moonlit night.
It seems like it resounds to someone.
The heartfelt singing that doesn't reach out.
I want to deliver it, so I sing. La la la.
If our happiness is just patched together, it would be good if we just abandoned this immediatelyIt sprouted
(Ruisai no hana by BORN)


OWARI ++++++++++++++