★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Tuesday, July 26, 2011

[Fanfic] Kaleidoscope / YeWook

Title : Kaleidoscope

Author : Yuera Akihime

Chapter : Oneshoot

Fandom : Super Junior

Pairing : YeWook

Genre : Romance | Angst | Tragedy | Hurt

Rating : PG - 15 / M for Mature

Disclaimer : I own the story


Warning : Yaoi | Typo(s) | Abal | Geje | bosenin | Alur yg ribet bikin readers bingung | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always. [lol]

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.


Langkah gontai Yesung terhenti disebuah lorong gelap yang hanya bersinarkan cahaya bulan.

Sambil mengatur nafasnya menjadi lebih baik, laki-laki itu menyudut diujung tembok, jarinya mengapit sebatang rokok yang ia keluarkan dari saku bajunya.

"Cih! Terlalu sering mencium bau amis memuatku mual!". Umpatnya sambil membuang batang rokoknya sembarangan. Kembali berjalan menyusuri lorong.

"Tumben kau lama?". Seorang pria lain berambut kecoklatan dan menggunakan kaca mata berframe hitam menghentikan laju mobilnya tepat dihadapan yesung.

Tersenyum saat Yesung tanpa ragu masuk kemobilnya.

"Apa Wookie sudah tidur?". Tanya Yesung sambil membersihkan jari-jarinya yang kotor karena cairan kental kemerahan menggunakan tisu yang ia dapat didepannya.

"Yah…. Sejak tadi dia terus menunggumu, sepertinya dia cukup khawatir..".

"Dia selalu seperti itu..".

"Kau yakin dengan semua yang kau lakukan, Hyung?". Pria kurus tersebut melepas kacamatanya.

"Hanya ini yang bisa kulakukan…". Yesung mengalihkan wajahnya. Mengedarkan pandangannya ke pusat kota yang semakin eksotik dengan lampu-lampu malamnya.

"Tapi sampai kapan? Kau juga harus menikah bodoh!". Laki-laki tersebut menyentil dahi Yesung, walau terdengar sedikit marah, ia bahkan sama sekali tak merubah ekspresi senyumnya.

"Entahlah… apa yang bisa kulakukan? Hanya membunuh kan? Dan sebentar lagi mungkin aku yang akan mati terbunuh..". Yesung tersenyum getir. Merapatkan jaket hitamnya ketubuhnya yang tidak begitu tinggi.

"Dan membiarkannya sendirian? Kau bermaksud menelantarkannya?" .

Yesung hanya terdiam. semakin tenggelam dengan pikirannya sendiri.

"Hei, kita sampai." Berhenti disebuah halaman apartemen yang cukup mewah. Yesung mengatur dirinya, sebisa mungkin terlihat rapi dan beranjak keluar mobil.

"Terimakasih Donghae-ah". ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan laki-laki bernama Donghae tersebut, yang lagi-lagi hanya dibalas dengan senyuman.

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Yesung's PoV

Gemercik air diwastafel tampak menyatu dengan busa sabun yang kini menempel ditelapak tanganku.

Berulang kali aku mencium kedua tanganku, memastikan bau anyir yang membuatku mual itu menghilang. tapi seperti sugesti, mustahil menghilangkan hal yang sudah menjadi kebiasaan.

Kulangkahkan kaki ku menuju beranda kamar. Aku mencoba melepas penat setelah seharian bergulat dengan "pekerjaan ku".

Kembali kuingat sosok yang tanpa dosa -setidaknya padaku- memohon ampun saat titik nadi dileher mereka dengan mudahnya kusobek, atau menembuskan timah panah tepat ke pusat kepala mereka.

Saat anak-anak mereka menangis dengan wajah tak mengerti apapun meratapi tubuh kedua orang tuanya yang mulai memucat, atau saat istri mereka berteriak histeris dan akhirnya ikut jatuh ketumpukan mayat suami mereka.

Yah… aku adalah anggota kelompok pembunuh bayaran. Membunuh siapa saja tanpa pandang bulu selama itu menghasilkan uang adalah prioritas pekerjaan kami.

Setidaknya itu yang kulakukan selama hampir 4 tahun belakangan ini.

Kadang rasa bersalah dan takut datang menghampiriku.

Aku merasa bersalah saat tubuh-tubuh mungil tak berdosa itu menangis meratapi kepergian orang tua mereka. Dan aku merasa takut saat rasa kasihan didiriku muncul.

Aku takut pada perasaanku sendiri. Aku takut seandainya aku yang menjadi mereka. Takut saat mereka melihatku dengan pandangan menusuk. aku takut… tapi aku tetap melakukannya… bukan! Aku harus melakukannya…

Kuteguk sebutir obat penenang. Mencoba merelaksasikan pikiranku.

Tapi sial, seperti dihantam benda tumpul dibagian tengkuk ku. Aku berbatuk. Tersedak dengan nafasku sendiri.

Uhk~ shit! Hal yang paling kubenci datang disaat aku harus menenangkan diri!

Kucoba sebisa mungkin untuk mengecilkan volume suaraku, tak mau seseorang terbangun gara-gara batuk sialanku ini.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar, mencoba mengambil betablocker ku . tapi, Sial! Usahaku gagal. Dia sudah berdiri didepan pintu kamar. Dengan wajah khawatirnya berjalan kearahku.

Cih! Aku selalu gagal menyembuyikan hal ini darinya!

"Hyung~ kau baik-baik saja?". Ia mendekatiku yang sudah terduduk lemas diatas ranjang sambil memegangi dadaku.

"Uhk~ ". Benar-benar berat mengeluarkan suara. Aku hanya menggeleng mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.

"Ini! Apanya yang baik-baik saja?". Ia segera menyerahkan Betablocker yang kuletakkan disudut laci. Dan dengan segera kuhirup.

Aku mengatur nafasku pelan. Batuk ku pun berkurang saat oksigen yang ada dibetablockerku bekerja.

Benar-benar sakit saat menghirupnya, tapi sedetik kemudian perasaan lega muncul.

"Terimakasih Wookie-ah". Ucapku sambil mengelus kepalanya.

"Hyung pulang larut lagi?".

"Maaf… kau terbangun gara-gara batukku.. ".

"Saat bangun kulihat Donghae-hyung sudah tak ada. Dan saat memastikan kau pulang, aku melihatmu terbatuk lagi..". Ia mendekatiku. Merebahkan tubuhnya disampingku.

Aku hanya memandangi tubuh mungilnya yang terbalut atasan Piyama kebesaran. Sangat lucu melihatnya yang seperti anak kecil, padahal bulan lalu kami baru saja merayakan ulangtahunnya yang ke 20.

Aku tersenyum melihatnya. Menariknya dengan kuat sehingga terbangun dan jatuh kesisiku. Aku memeluknya. Entah kenapa perasaan rindu yang terlalu menghampiriku tiba-tiba.

Ia terlihat kaget dengan perlakuanku yang tiba-tiba. Namun sedetik kemudian aku melihatnya ikut tersenyum. Dan membalas pelukanku tak kalah eratnya.

"Kau merindukanku?". Godaku lembut ditelinganya.

"Tentu". Ucapnya dan menatapku dalam. Matanya terlihat begitu cantik. Cahaya malam yang masuk melalui celah jendela menambah indahnya tubuh mungil yang kini bersandar disisiku. satu-satunya yang kumiliki saat ini. Milikku yang paling berharga.

"Walaupun aku seorang pembunuh?". Aku menariknya sehingga tegak menghadapku. Secara perlahan menciumi pipinya. Pelan dan terus merambat turun menuju leher serta tengkuknya. Ia hanya tersenyum. Seperti begitu menikmati perlakuanku.

"Walaupun kau sudah membunuh keluargaku…". Jawabnya yang membuatku diam beberapa saat. Kutegakkan kepalaku, menatapnya yang dengan manisnya tersenyum. Perkataan yang membuatku tertekan disatu sisi, tapi dengan begitu mudahnya ia menanggapi.

"Aku akan menggantinya dengan nyawaku…". Ucapku sebelum akhirnya tersenyum. Kembali menariknya mendekat. Meraih bibir mungil yang seperti menantangku untuk menciumnya.

Bibirnya yang lembut dan kini menyatu dengan bibirku. Dapat kurasakan secara perlahan dan pasti, ia membalas ciumanku. Melingkarkan kedua tangannya keleherku.

Aku menarik tubuhnya tanpa melepaskan ciumanku. Membuatnya dengan bebas terbaring pelan keatas ranjangku. Ia tersenyum. Dan sedikit terengah saat aku menciumnya cukup dalam. Membuatku dengan mudah memainkan lidahku kedalam mulutnya yang sedikit terbuka saat mengambil nafas.

"Nghh~ Apa kau selalu bernafsu setelah melihat darah?". Sindirnya diselingi desahan saat lidahku mulai mengeksplor bagian lehernya. Memberikan tanda-tanda kepemilikan disana.

"Hm~ tergantung… aku selalu bernafsu saat melihatmu ". Ucapku menggodanya sambil memainkan jari-jariku lembut ketubuhnya. Membuka satu persatu kancing piyamanya.

"Kau nakal…nggh~ ". Ia mendesah lagi, wajah manisnya begitu indah saat menggeliat dibawah kekanganku. Dan tubuhnya yang putih pucat terekspos jelas saat aku dengan cepat melepaskan piyamanya dan membuangnya asal.

"Apa kau mau menolak kenakalanku, chagiya?".bisikku ditelinganya. Menciumi lehernya yang entah sudah berapa banyak dihiasi tanda-tanda yang kubuat.

"Nghh~ apa aku… anhh~ pernah menolakmu?". Desahnya dengan wajah yang takkan mungkin membuatmu tahan untuk tak tergoda. Aku pun tersenyum. Mengimbangi irama tubuhnya yang menggeliat dibawahku.

Dan kurasa…. angin malam ini cukup dingin untuk bercinta… hahaha

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Emh~ ….Pagi yang cukup cerah terasa saat sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamarku.

Aku mencoba meringkuk menahan dinginnya udara yang masuk. Dan sedikit kaget saat tanganku mendapati sesuatu yang begitu hangat disampingku.

Kubuka mataku. Aku kembali sadar dan tersenyum saat melihat sesosok mungil dengan tubuh polos yang hanya tertutup selembar selimut yang sama denganku.

Sangat manis. membuatku mau tak mau kembali merasakan hangat saat menyatu dengan kulit mulusnya yang dengan pelan kupeluk.

Dia hanya tersenyum. Sepertinya menyadari apa yang kulakukan.

Rasanya tak ingin melepaskannya. Tak akan, walaupun aku harus.

Jika kuingat lagi, hubungan kami sungguh ironis. Tanpa ikatan sama sekali.

Aku mencintai Wookie, ya aku, yang notabene adalah pembunuh kedua orang tuanya.

Yah… Akulah yang membunuh kedua orangtuanya. Seperti yang kukatakan. Aku membunuh tanpa memperdulikan asal usul targetku. Selama semuanya memenuhi syarat.

Dan malam itu, tepat saat Wookie merayakan hari ulangtahunnya yang ke 18, aku menembak kedua orang tuanya dihadapannya. Sungguh anak yang malang. Ia hanya terdiam tanpa ekspresi saat kedua orang tuanya terbujur kaku dengan darah yang mengalir dimasing-masing kepala mereka.

Awalnya aku ingin membunuhnya juga untuk menghilangkan jejak. Tapi Donghae melarangku dan malah membawanya ikut bersama kami. Tentu saja hal itu kutentang keras.

Hingga Donghae berhasil meyakinkanku tentang Wookie yang benar-benar hilang ingatan karena shock. Dia bahkan tak tahu siapa namanya dan apa yang terjadi padanya.

Dokter yang memberitahuku. Ia hanya ingat kalau kedua orangnya dibunuh, dan dengan mudahnya mengenaliku sebagai pembunuhnya. Benar-benar konyol kan? hahahaha…

Tapi entah kenapa, Wookie tak pernah memberitahukan siapapun tentang pembunuhan itu. Ia seperti benar-benar melupakannya.

Yah.. setidaknya aku bersyukur. hingga saat aku merasa benar-benar jatuh cinta padanya, Ia tetap menyimpannya. Atau mungkin melupakannya? Entahlah.

Tapi kejahatan tetap kejahatan bukan? Semua hal baik maupun buruk akan kembali berbalas.

Begitu pula denganku. Tiba saat dimana aku harus menebus dosa-dosaku. Merasakan sakit yang mereka secara langsung memang. Hanya melalui penyakitku.

Yah, aku menderita Aneurisma jantung. Penyumbatan saluran darah dijantung.

Hal yang baru kusadari akhir-akhir ini. Dan sering kambuh jika aku melakukan pekerjaan yang berat, serta terlalu banyak mencium bau mesiu dan yang menyengat lainnya.

Ini kutukan.. terlalu banyak orang yang menderita karena pekerjaanku. Dan saatnya aku menanggung semuanya.

Awalnya aku tak perduli. Bahkan sudah sangat siap apabila tuhan memanggilku tiba-tiba.

Tapi… entah kenapa aku merasa takut. Takut padahal yang sebelumnya kufikir sangat konyol.

Aku takut kehilangan Wookie..

"Engh~ ". Lenguhan Wookie membuatku kembali kealam sadar. Ia mengangkat kepalanya dan bersandar pada kepala ranjang.

"Sudah bangun chagiya?". Aku mengelus pelan rambutnya. Ia hanya tersenyum.

"Hmm…. Hyung, aku punya satu permintaan…". Ia memandangiku lekat. Sambil tetap tersenyum manis.

"Permintaan?"

"Aku Ingin kelaut.". Ucapnya sambil mendekat kearahku. Aku hanya mengernyitkan dahi,bingung dengan apa yg dikatakannya.

"maksudmu?".

"Ayo Kencan!"

Yesung's PoV End

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Wookie's PoV

Sabtu sore yang cerah. Aku menunggu ini. Hari yang indah karena Yesung-hyung berjanji akan mengajakku jalan-jalan sore ini.

Aku sudah menyiapkan segalanya sejak 1 jam yang lalu. Baju yang akan kupakai, atau Apa yang harus kubawa nanti. Haha~ seperti kencan. Yah, ini pertama kalinya Yesung-hyung mengajakku.

Tapi sudah 15 menit berlalu dari jam yang dijanjikan Yesung-hyung belum juga muncul. Aku sudah menghubunginya, dan katanya ia akan sampai dalam waktu 10 menit. Dia memang suka telat.

Aku berjalan keujung beranda, mencoba menghilangkan jenuhku menunggu Yesung-hyung.

Ini tempat favoritnya. Ia banyak menghabiskan waktunya saat pulang kerja disini.

Benar saja, tempat ini cukup indah, kau bisa melihat laut dari lantai 2, dan taman kota yang terang dimalam hari. Bisa kubayangkan wajah tersenyum yang begitu manis saat menghirup udara malam yang sejuk dari sini.

Aku menyudut keujung bangku yang sekarang kududuki. Kulihat beberapa carik kertas berserakkan diatasnya. Sebuah catatan-catatan kecil. Hm… seperti kata-kata yang dirangkai. Lirik lagu mungkin?

Ah~ aku ingat! Hyung pernah bilang ingin menulis lirik lagu. Aku tak menyangka dia benar-benar melakukannya, mengingat dirinya yang begitu cuek.

Kubuka setiap lembar kertas berwarna cream itu. Harum tulip kering menyeruak kehidungku.

Sebuah kata-kata kecil,

"I'll love freedom and love oneself...

Mourning the dying reason abandon it and let's laugh it off

It's the only flower in the world...in full blossom

-Even though you're only able to say it by singing-

the blossoms wither and fall

You take your black colors and with the decision to turn them to ashes...

Sweet delicate just like milk

your white heart swaying unevenly…"

Aku tersenyum. Menarik kertas kedua, kali ini berwarna coklat muda.

"You are exceedingly beautiful

Happiness and sorrow punishment for a person without sins even being able to visit this absurdity someday I'd completely fall in love

Becoming strong like you...

A glittering sakura in full bloom"

For my Wookie. Saranghae …

Aku kembali tersenyum. Kulihat banyak coretan disana-sini. Sepertinya dia berfikir keras untuk menulis semua ini.

Dapat kurasakan. Dia yang sebenarnya rapuh, penakut, dan pengecut. Mencoba berlari dari kenyataan. Dan dia yang selalu berjanji untuk melindungiku, diam-diam menangis dalam gelap. Menahan semua sakitnya sendiri.

Jujur dulu aku membencinya. Sangat benci saat tahu dia yang membunuh kedua orang tuaku. Menghancurkan hidupku. Dan datang dengan rasa tak bersalah. Membawa harapan konyol dan diam-diam membuatku jatuh cinta.

Rasa cinta yang sama besarnya dengan rasa benciku. Aku membiarkannya, membiarkan mereka tumbuh dan besar secara bersamaan.

Karena itu yang ia katakan padaku… "Bencilah aku, sama seperti kau mencintaiku. Biarkan mereka tumbuh dan mekar secara bersamaan."

Sesaat aku tersentak. Seperti suara bel berbunyi dan segera kuberlari kebawah. Kurasa Yesung-hyung sudah pulang.

Dengan perasaan sangat bahagia aku menuju pintu utama. Merapikan diriku agar tampak sebaik mungkin dihadapannya. wajar saja, ini kencan pertamaku setelah 2 tahun.

Kutekan knop pintu perlahan, aku tersenyum saat melihat sosoknya berdiri dengan senyum pula dihadapanku.

Tapi hanya sedetik, tiba-tiba senyumnya berubah. Ia terbatuk sambil memegangi dadanya.

Aku yang panik langsung menariknya kesisiku.

"H-hyung? Kau kenapa?". Teriakku saat tubuhnya jatuh kepangkuanku yang sudah terduduk menahan tumpuannya.

"uhuk~ a-aku…ohk!". Ucapnya terbata. Aku panik, melihatnya yang tiba-tiba tumbang disisiku. Wajahnya memucat, dan dengan segera dapat kurasakan sesuatu yang hangat mengalir pelan di balik sweater coklatnya. Darah. Ini darah. Aku yakin dengan warna dan baunya yang amis.

"Hyung~ siapa yang melakukan ini padamu?". Teriakku histeris. Tak dapat kutahan lagi tangisanku yang memecah mengalir melalui pelupuk mataku. Hyung hanya tersenyum. Menyeka airmataku dengan jari-jarinya yang sudah dipenuhi darahnya.

"Maaf.. lagi-lagi ..aku membatalkan.. janji..ku…". Ia merogoh dengan susah payah sesuatu dari kantongnya. Sebuah kotak kecil berwarna keemasan yang sudah bercampur dengan darahnya diserahkan kepadaku.

"Yesung-hyung…". Aku kembali menangis, merengkuh tubuhnya yang mulai mendingin kesisiku. Sial! Ada apa ini? Kenapa semua terjadi tanpa bisa kucerna sedikit pun?

"Sudahlah.. aku harus menanggung segalanya. Mianhae.. aku.. uhuk! Chagiya….Sa-rangha..eyo…ukh~". Ia tersenyum dalam batuknya. Terus memegangi dadanya yang seperti sangat kesakitan.

Aku bingung. Apa yang harus kulakukan?

Aku bernisiatif untuk berlari kedalam, mencari ponselku. Namun terhenti. Saat sesosok tinggi berambut kecoklatan baru turun dari mobilnya dan berjalan kearahku sambil tersenyum.

Donghae-hyung. orang yang selama ini ikut menjagaku sama seperti Yesung-hyung.

"Donghae-hyung!" . Entahlah, aku angsung berhambur kearahnya, berharap ia dapat membantuku.

Tapi kuhentikan.

Bukan. Aku terkejut sehingga tubuhku terhenti sebelum sampai ketempatnya.

"Hai~Wookie-ah, Ada masalah?". Aku benar-benar terkejut. Saat dia dengan senyum sumringah semakin mendekat kearah kami. Tidak, dia menyeringai. Memainkan sebuah pisau berlumuran darah ditangannya.


.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

FIN

No comments:

Post a Comment

Please, take your some comments ^^v