★The Rain of Grief ★

WELCOME TO YUE'S WORLD

Tuesday, July 26, 2011

[Fanfic] Before Yesterday 1 / KyuMin

Title : Before Yesterday

Author : Yuera Akihime

Chapter : 1

Fandom : Super Junior

Pairing : KyuMin | SiMin

Genre : AU | Angst | Drama | Hurt / Comfort

Rating : PG - 15 / M for Mature

Disclaimer : I have my own idea... but nothing for both of them... Both of them officially totaly OUT OF REAL CHARA ^^ I made it one..

Warning : Yaoi | Typo(s) | M-Preg | Abal | Geje | Rape / Smut / Lemon | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always [ lol ] | Flashback semau gue wkwkwk XDv

BGM : Without a trace – Pledge [ the GazettE ] | Hoshi no nai yoruni [ Deluhi ] *lagu wajib* xD

Selamat menikmati ~\(^o^)/~

a/n : Italic/bold = in dream world/timeslip

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming~ Panggil namaku…”

Aku bosan…

“Saranghae Ming…”

Benar-benar bosan!

“Kau hanya milikku Ming! Lee Sungmin hanya milik Cho Kyuhyun! Ingat itu!”

Aku membencimu!

“Akh~ Kau- enghh~ memang milikku yang terbaik Ming~”

Aku membencimu karena aku tak pernah bisa membencimu!

Aku ingin mati. Mungkin lebih baik kau membunuhku dan aku akan terbebas dari segalanya.

Aku lelah…

.

.

.

“Minnie, Bangunlah…” Sebuah suara berhasil membuat Sungmin menggeliat dalam tidurnya. Tapi namja mungil berwajah aegyo itu sepertinya tak berniat untuk membuka kedua matanya. Sibuk meladeni mimpi buruk yang kini sedang mengunjungi alam bawah sadarnya.

Peluh menetes melalui pori-pori menyusuri pelipisnya. Sesekali Ia mengerang seperti orang yang kesakitan, terengah-engah seakan Ia baru saja berlari jauh. Pemandangan pagi hari yang biasa untuk orang yang membangunkannya.

“Seburuk itukah mimpimu Min?” Pria tampan yang membangunkan Sungmin kini menunduk, mengambil posisi tepat disamping tubuh Sungmin yang masih terlelap.

Dengan sangat hati-hati Ia menarik selimut Pink yang tengah menutupi setengah tubuh namja mungil dihadapannya. Sungmin masih tak bergeming. Erangan masih terdengar sesekali meluncur dari bibir plump-nya.

Pria bertubuh proposional itu tanpa ragu ikut memasukkan tubuhnya kedalam selimut Baby pink Sungmin, dan menutupinya hingga sebatas pinggang.

Kedua lengan kekarnya tanpa ragu menarik tubuh Sungmin mendekat. Memeluknya erat.

Mengaitkannya dengan jari-jari mungil milik Sungmin. Seolah – olah menyalurkan kekuatan kepada pemiliknya.

“Bangun Minnie, Kau ingat kita akan ke taman hari ini? Bukankah kau terus memaksaku untuk pergi liburan? Bangunlah~” Ia terus mengoceh. Meski Ia tahu, hal itu tak lantas dapat membangunkan sang BunnyMin.

Satu hal yang sangat Ia sadari, Sungmin sedang menderita walau dalam keadaan tidur.

Oh, tidak. Dia memang selalu menderita sejak tubuhnya mengalami “perubahan”.

“Min, Bangunlah~ kita juga ada jadwal dengan dokter hari ini.” Namja itu terus mencoba membangunkan Sungmin, membelai wajah manisnya dengan lembut. Sesekali menyelipkan rambut-rambut nakal yang menutupi mata kelincinya yang tengah berteduh dibalik kelopak matanya yang tertutup.

Terlihat jelas kasih sayang yang teramat besar terpancar dari manic kehitamannya yang sedang menatap Sungmin. Tatapannya yang tajam seolah menegaskan bahwa dia mampu melakukan apapun untuk namja mungil dihadapannya kini. Sekedar menjaganya dan memberikan perlindungan bukanlah hal yang sulit. Bahkan Ia rela menukarkan dengan nyawanya jika itu dibutuhkan. Ia hanya terlalu mencintai namja Lee itu.

“Nghh~” Sungmin melenguh pelan saat merasakan sebuah sentuhan lembut membelai pipinya. Kedua mata kelincinya mengerjap lucu mencoba menetralisirkan cahaya yang masuk menerobos melalui jendela. Namja tampan itu tersenyum melihat ke-aegyo-an Sungmin yang tercipta –tanpa sengaja-.

“Selamat pagi Sungminnie~” Bisik namja itu sambil tersenyum. Senyum yang cukup menawan. Bisa dipastikan Ia mampu membuat para yeoja diluar sana bertekuk lutut hanya dengan 1 senyuman itu.

Sesaat Sungmin terdiam. Menatap wajah tampan disampingnya dengan penuh harap.

Entah harapan seperti apa, ia benar-benar sudah lupa. Yang Ia tahu, Ia hanya ingin “melihatnya” setiap kali membuka mata.

Harapan kosong.

Apa boleh terus berharap sesuatu yang tak mungkin?

Apa salah merasa kehilangan sesuatu yang memang tak pernah kau miliki sebelumnya?

Sungmin hanya terlalu naïf. Ia terjerat dalam mitologi percintaan dewa-dewi romawi.

Tersesat dan akhirnya terpuruk sendiri. Berharap Aphrodite mengasihinya. Melepaskan kembali sang cupid, dan memberikannya kehidupan seperti dulu. Mengajarkannya cara mengenal percintaan. Seperti pertemuan sang zeus dan istrinya.

Tapi seingatnya, Ia hanya mampu berharap. Tak lebih. Dia benar-benar sudah lupa segalanya. Kecuali segala perlakuan lembut namja dihadapannya kini.

Sungmin tersenyum. Menatap mata namja tampan dihadapannya dengan tulus. Entah ketulusan seperti apa. Jauh berbeda dengan tatapan tulus yang sering diartikan orang banyak seperti “tatapan orang yang sedang jatuh cinta”.

Tatapan yang menyedihkan.

“Pagi, Siwonnie…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Bagaimana Hae?” Siwon bertanya antusias pada namja berjubah putih dihadapannya. Seorang dokter kandungan, sepertinya.

“Seperti biasa, kondisi kandungannya normal. Tidak ada masalah sejauh ini. Sungmin-ssi hanya perlu mengkonsumsi banyak buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C”. Sahut sang dokter yang di tag name nya bertuliskan “Lee Donghae”, sambil menjelaskan hasil tes yang tertulis diselembar kertas ditangannya.

“Syukurlah, Aku sempat khawatir karena Sungmin terus-terusan menolak mengkonsumsi obat yang kau berikan. Dia bahkan hanya menghabiskan seperempat dari makanannya.” Ujar Siwon sambil melemparkan pandangannya kearah Sungmin yang duduk tak jauh dari mereka.

Namja mungil itu menyenderkan tubuhnya pada kusen jendela. Matanya focus menatap kearah taman Rumah Sakit yang memang terlihat jelas dari tempatnya berdiri. Sesekali Ia menyunggingkan senyuman melihat beberapa bocah berumur -sekitar- 5-6 tahun berlari – lari memenuhi taman kecil tersebut. Khas anak-anak, dan Sungmin benar-benar menyukainya.

“Kau suka Minnie?” Sungmin tersentak kaget mendengar seruan lembut di telinganya.

Siwon, kini tersenyum sambil ikut menatap kearah taman. Kedua tangannya sudah melingkar mesra di pinggang Sungmin.

Sungmin hanya diam, tak menolak atau pun membalas semua perlakuan namja kekar di sisinya itu. Ia lalu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Siwon.

“Sebentar lagi, kita juga akan mendapatkan malaikat kecil itu…” Siwon kembali tersenyum. Merengkuh Sungmin semakin erat kedalam pelukannya. Sesekali menciumi pelipis namja aegyo itu.

Sungmin tetap diam. Namun, tak lama tersenyum mengingat kata ‘malaikat kecil’ yang diucapkan Siwon. Ia mencoba membayangkan, sebentar lagi, sekitar 7 bulan lagi malaikat kecil itu akan hadir diantara mereka.

Yah, Sungmin tengah mengandung 2 bulan saat ini. Anaknya dan Siwon, Mungkin.

Mungkin?

Entahlah. Sungmin tak tahu kenapa dia –yang notabene seorang namja- bisa hamil seperti yeoja pada umumnya.

Atau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya?

Yang namja mungil itu ingat hanya saat Ia terbangun, Ia mengalami morning sick yang sangat parah. Dan Ia hanya menemukan Siwon disisinya, yang bahkan saat itu Ia lupa siapa nama namja tampan itu. Atau mungkin tak tahu?

Yang menjadi satu-satunya penjelasan hanya Siwon yang mengatakan bahwa Ia adalah tunangannya. Dan sedang mengandung anaknya (setelah Donghae membantu Siwon menjelaskan - panjang lebar - tentang bagaimana Ia yang seorang namja dapat hamil).

Sungmin tak sanggup berfikir atau mengingat lebih dari itu. Setiap berusaha mencoba mengingat apa yang terjadi, siapa dirinya, atau apapun itu, Ia akan mengalami pusing yang diluar kendalinya.

Sakit, sangat sakit. Seakan ada sebuah godam yang menghantam tengkuknya dan berakhir dengan Ia yang jatuh pingsan.

Amnesia, itu yang dikatakan Siwon padanya.

Dan hal yang paling buruk adalah, setiap malamnya Ia selalu bermimpi. Mimpi yang aneh, tapi terasa begitu nyata. Seakan Ia memang pernah atau sedang mengalaminya langsung.

Yang paling jelas adalah, Bayang-bayang seorang lelaki tampan berambut auburn yang selalu menyentuh dirinya setiap malam, yang berhasil membuatnya gila akhir-akhir ini.

Sungmin tau pasti, itu bukan Siwon. Walaupun setiap malam namja tampan bertubuh kekar itu selalu ada disisinya, tapi Ia yakin, namja itu bukanlah Choi Siwon.

Wajah tampannya, kulit pucat, manic hitam kecoklatan yang selalu memandangnya lekat seolah mengintimidasi, seringainya yang mengerikan tetapi selalu mempesona disaat yang bersamaan, Sungmin merasa Ia begitu mengenal namja dalam mimpinya tersebut.

Entah kenapa, Sungmin merasa sangat membutuhkan sentuhan namja itu untuk mengingatnya dengan jelas.

Tapi sayangnya, Sungmin tak mampu mengingat bahkan hanya sekedar namanya.

Sungmin terus berharap… atau Ia hanya bisa berharap?

“Kita ketaman sekarang?” Pertanyaan Siwon berhasil menyadarkan Sungmin dari lamunannya. Mata kelincinya menatap Siwon yang masih setia terseyum manis untuknya. Dia memang pria tampan yang baik dan murah senyum.

“Aku… Ingin eskrim strawberry.” Sahut Sungmin

Siwon terdiam sesaat. Menatap takjub kearah Sungmin. Tapi tak berlangsung lama karena kemudian Ia kembali tersenyum dan mencium dahi Sungmin sekilas. Ini sungguh mengejutkan sekaligus menyenangkan. Ini kejadian langka, setelah 2 bulan Sungmin mengalami amnesia, namja mungil itu menunjukkan reaksi yang postif. Apalagi meminta sesuatu seperti tadi.

Dulu, Sungmin bahkan sangat jarang untuk bicara. Apalagi merespon perkataannya.

“As your wish, chagiya…”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

Dan disini mereka sekarang. Lotte World.

Siwon menggandeng lengan Sungmin dengan mesra. Namja Choi itu tak kalah antusiasnya dengan Sungmin yang kini menatap penuh binar wahana permainan yang tersaji dihadapannya.

Sungguh hal yang sulit bagi seorang direktur muda sepertinya untuk sekedar mencari hari libur ditengah jadwalnya yang begitu padat. Tapi itu bukan masalah, saat Sungmin sendiri yang memintanya untuk berlibur.

“Kita beli eskrim dulu baru bermain, bagaimana?” Siwon mendudukan Sungmin disebuah bangku yang tak jauh dari mereka berdiri. Namja tampan itu tipe yang sedikit protektif sepertinya.

Sungmin hanya mengangguk mengiyakan, Ia tersenyum saat Siwon mengelus rambutnya gemas.

“Tunggu sebentar, aku akan segera kembali. Jangan kemana-mana, arra?” Siwon berjalan menjauh menuju sebuah toko eskrim, tak jauh dari tempat Sungmin duduk.

Namja tampan itu tampak sibuk memesan pada seorang kasir yang melayaninya. Tak lama Ia melemparkan pandangannya kearah Sungmin, tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Sungmin terkekeh kecil melihat aksi Siwon, namja tampan itu sibuk mengirimi love sign jarak jauh.

Sungguh norak. Siapa yang menyangka direktur perusahaan Choi itu akan berbuat hal sekonyol itu hanya karena seorang Lee Sungmin? But, you must remember it, Love is a silly thing and spontaneity.

Sungmin masih tertawa ringan, hingga pandangannya tanpa sengaja bertumpu pada satu titik. Sesuatu yang sangat familiar, tapi tak dapat diingatnya.

Ia melihat siluet itu, sosok yang sangat dikenalnya. Namja tampan berambut aurburn, yang selalu muncul dimimpinya tiap malam. Menyentuhnya tanpa izin. Namja yang menjadi harapannya.

Ia yakin, walau jarak mereka lebih dari 10 meter, Sungmin sangat yakin.

Manik hitam kecoklatan itu, wajah tampan dengan kulit putih pucatnya, serta senyum yang menyerupai seringai yang selalu hadir mencumbunya tiap malam dalam bunga mimpinya.

Tapi Sungmin yakin, Ia sedang tak bermimpi saat ini.

Sungmin bergetar hebat saat sedetik yang lalu mata mereka bertemu. Hanya sedetik, tapi cukup untuk membuat jiwa Sungmin terguncang. Rasa sakit yang tiba-tiba menyeruak didadanya. Entah kenapa, manic hitam kecoklatan itu berhasil membuatnya terpuruk seketika.

Sungmin merasa Ia tak dapat bertahan saat memandang mata itu. Terlalu menyakitkan, terlalu riskan untuk mengetahui penyebabnya, Sungmin merasa begitu menyedihkan setelahnya.

Namja Aegyo itu hampir terduduk ketanah, andai saja sebuah lengan kekar tak menahan tubuhnya dengan segera. Sungmin merasa nafasnya berat, Ia tersengal-sengal sambil mencengkram kuat dada sebelah kanannya, membuat kemeja blossomnya tertarik kedepan, menjadi sedikit kusut.

“Gwaenchana Minnie-yah?” Siwon terlihat panic hingga hampir menjatuhkan eskrim yang diletakkan sembarangan didekat Sungmin.

Sungmin hanya diam, mencoba menetralisirkan nafasnya yang masih tersengal-sengal. Rasa sakit itu semakin menjalar tanpa bisa ditahan. Tanpa disadari matanya mulai memanas, sesuatu hampir melesak keluar dari pelupuk matanya. Ia hampir menangis.

Sungmin tak pernah merasa sesakit ini. Setidaknya selama Ia dinyatakan amnesia, Ia tak pernah merasa perasaan sekalut ini. Hanya karena sebuah tatapan dari orang yang tak dikenalnya. Atau kenal? Entahlah. Namja mungil itu tak sanggup berfikir lagi.

“Akhh~” Sungmin mengerang saat rasa sakit menyerang perut bagian kirinya. Ia mencoba menekan dengan jari-jarinya. Berusaha mengurangi rasa sakitnya.

“Kau baik-baik saja chagi? Apa sakitnya kambuh lagi?” Siwon mendudukkan Sungmin didepannya. Namja tampan itu sedikit membungkukkan tubuhnya, berusaha memahami kondisi kekasihnya.

Dengan lembut Ia mengelus tangan Sungmin yang menekan perutnya. Berharap dapat membantu mengurangi rasa sakit sang labu manis. Tangan kirinya bergerak menuju dahi Sungmin, menyeka peluh yang menetes membasahi helaian rambut tunangannya itu.

“Kita pulang saja ya? Aku tak ingin hal buruk terjadi padamu. Aku berjanji akan mengajakmu lagi setelah kondisi mu membaik, oke?” Siwon mencoba meyakinkan Sungmin yang masih berkutat dengan rasa sakitnya. Sungmin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Namja mungil itu semakin meringis saat sakitnya merambat naik keperut bagian atasnya. Seperti ada sebuah benda yang berputar-putar dan mengaduk isi perutnya.

Ini hal yang biasa terjadi padanya selain morning sick yang cukup parah.

Siwon segera meraih tubuh mungil itu dalam pelukannya. Mengangkatnya dan sesegera mungkin berlari menuju mobilnya. Tak perduli dengan berbagai ‘pandangan aneh’ para pengunjung pada keduanya. Yang Ia fikirkan hanyalah Sungmin-nya. Ya, Sungmin-nya.

Siwon langsung mengeluarkan ponselnya sebelum menyalakan kemudi. Mencoba menghubungi seseorang, dan berhasil setelah kurang dari 2 menit menunggu jawaban.

“Hae, tolong ke rumahku sekarang, kami membutuhkanmu.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Sudah merasa baikan Sungmin-ssi?” Donghae tersenyum memandang namja mungil dihadapannya yang sedang melahap eskrim strawberry dengan antusias. Perubahan yang signifikan melihat kondisinya tadi siang begitu buruk.

“Padahal bisa langsung sembuh kalau kau mau meminum obatnya.” Sambung Siwon sambil mengelus pipi Sungmin. Sesekali namja kekar itu membersihkan lelehan eskrim yang mengotori sudut-sudut bibir Sungmin.

Namja mungil itu mengernyit, lalu memajukan sedikit bibirnya, membuat ekspresi cemberut yang begitu imut.

“Tapi obat itu pahit, aku tak suka…” Sahutnya.

Siwon dan Donghae hanya tertawa ringan melihat ekspresi Sungmin.

“Kalau begitu aku pamit dulu, kalau ada apa-apa, segera hubungi aku, oke?” Donghae mulai membereskan barang-barangnya, dan beranjak keluar saat Sungmin mengangguk mengiyakan.

“Aku antar Hae dulu.” ucap Siwon dan mengecup dahi sungmin sekilas. Dan lagi-lagi hanya dibalas anggukan olehnya.

.

.

“Siwonnie, aku ingin bertanya sesuatu.” Seru Donghae saat mereka berdua sampai di parking area. Siwon hanya mengangguk.

“Apa tadi ada hal buruk yang terjadi? Err~ sesuatu yang bisa membuat Sungmin shock, atau sejenisnya?”

Siwon mengernyitkan dahinya, sedikit bingung dengan pertanyaan Donghae.

“Sesuatu yang membuat Minnie shock? Aku rasa tidak.” Jawab Siwon sambil melipat kedua tangannya, mencoba mengingat kejadian tadi siang.

“Err~ Sebenarnya aku tidak begitu tahu, saat aku menemukannya sudah begitu kesakitan.” Sahutnya lagi.

Donghae hanya mengangguk seolah mengerti. Siwon hanya memandangnya dengan raut penasaran.

“Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sebelum Sungmin menderita kesakitan seperti tadi. Sesuatu yang bisa membuatnya shock. Orang yang sedang mengandung sangat rentan pada hal-hal seperti itu. Apalagi dalam usia kandungan yang masih muda sepertinya, emosi yang tidak stabil dan tidak dapat disalurkan dengan baik, akhirnya menjadi rasa sakit pada fisik. Tidak membahayakan memang bagi kondisi kehamilannya secara fisik, tapi secara mental, akan berdampak buruk.” Donghae menghentikan penjelasannya, kemudian memandang Siwon yang serius mendengarkannya. Tampak raut khawatir tergambar jelas diwajahnya.

“Kuharap kau bisa terus menjaganya, perhatikan mulai dari hal-hal kecil. Orang hamil itu sangat sensitive.” Sahutnya lagi, dan mulai beranjak memasuki mobilnya. Siwon hanya mengangguk, dan menunduk saat Donghae menyalakan mesin mobilnya.

“Ne, arraseo.”

.

.

o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○☆゚・:,。*:..。o○☆ *:..。o○

.

.

.

“Ming, panggil namaku…” Sungmin menggelinjang saat tangan itu menyentuh tubuh polosnya, membisikkan namanya dan menggigit telinganya sesekali.

“Enggh~ K-kyu…” Desahnya sambil meremas sprei biru langit yang tampak kusut diatas karena ulah mereka.

Namja berambut auburn yang berada diatasnya tampak menyeringai puas. Perlahan tapi pasti, namja itu menunduk, menarik tengkuk Sungmin dan membawanya mendekat. Mengeliminasi jarak, hingga kedua bibir mereka bertemu.

Namja itu mengecup bibir Sungmin lembut diawal, dan memagutnya panas seiring intensitas kehangatan yang menjalari kedua tubuh polos itu.

Menikmati hasrat yang membuncah diatas peraduannya. Saling memuaskan, memberi dan mengisi satu sama lain. Memandang dengan penuh cinta. Tatapan ingin memiliki yang selalu menghantui Sungmin disetiap malam ia tertidur.

“Aku menginginkanmu karena kau milikku Ming, Hanya milikku..” Ucap Sang namja sambil mengalihkan cumbuannya ke leher Sungmin. Meraba daerah sensitive sang BunnyMin dengan bibir dan lidahnya, memberikan banyak Kissmark ditubuhnya. Seakan menegaskan pada dunia, bahwa hanya dirinya yang boleh menyentuh Sungmin, dan Lee Sungmin memang hanya miliknya.

“Akhh~ K-Kyu… nghh~” Desahan itu kembali tercipta saat kedua siluet itu menyatu. Melebur menjadi satuan romansa manis yang bernama cinta.

Mengisi kekosongan ruang yang tercipta tiap kali mereka berpisah. Menyatukan kepingan puzzle yang kembali bertemu. Tujuannya hanya untuk menyatu. Menjadi satu keutuhan.

Memuai benihnya, dan memekarkan kuncup nya dengan cinta. Sungguh kesatuan yang indah bukan?

“Panggil namaku Ming..” Desah sang namja sambil terus memainkan irama hentakkannya secara teratur.

“K-Kyu… nghh~”

“Bukan, kau harus memanggil namaku secara utuh.”

Mata kelinci itu menatap manic kehitaman dihadapannya dengan lekat. Mencoba mencari jawaban terbaik yang harus diucapkannya.

“Ingat namaku. Kyuhyun, Cho Kyuhyun…” Seringainya melebar, dan hilang bersamaan seiring kedua tubuh yang kembali menyatu.

“Cho… Kyu-hyun~”

.

.

.

Siwon menatap Sungmin yang tertidur disampingnya. Namja tampan itu mengelus pelan kedua pipi chubby milik ‘kekasihnya’.

Semakin lama Ia semakin terbiasa dengan predikat ‘kekasih’ - nya.

Senyumannya mengembang saat sang BunnyMin menggeliat dan menggumamkan sesuatu. Entah apa yang diracaukannya, tapi itu cukup untuk membuat Siwon ingin memeluknya.

“Nghh~” Namja mungil itu mengecap seperti bayi. Demi tuhan, Siwon tak pernah sebahagia ini, memilikki seseorang yang begitu berarti untuknya, segala tingkah laku Sungmin selalu berhasil membuat namja Choi itu bahagia.

“Saranghae Minnie-yah…” Bisikkan lembut Siwon tak pelak membuat namja bermata kelinci itu terganggu. Malah Ia semakin merapatkan tubuhnya kearah Siwon, mencoba mencari kehangatan lebih.

Siwon tersenyum, mempererat pelukannya pada Sungmin dan mengelus lembut rambutnya. Siwon selalu menyukai momen seperti ini.

“Kyu…”

Siwon tertegun mendengar racauan Sungmin kali ini. Shit! Lagi-lagi nama itu!

Siwon terus mengumpat dalam hati.

“Cho… Kyu-hyun~” Sungmin menggeliat dalam pelukan Siwon. Peluh menetes dari pori-porinya. Erangan kembali terdengar meluncur dari bibir mungilnya.

Mimpi buruk lagi.

Siwon tak perduli, makin memeluk erat BunnyMin-nya, mencoba memberi kekuatan dan berharap mimpi buruk itu segera berakhir.

Tapi satu hal mengganjal hatinya, “Cho Kyuhyun”. Bahkan saat tidur dan dalam kondisi amnesia pun, Sungmin terus meracaukan nama itu.

Sungguh terkutuk, mungkin rencananya memang harus dijalankan.

Setidaknya, menimbulkan kembali rasa benci Sungmin pada namja Cho itu, tidak terlalu buruk kan?

Dan sebuah Seringai menutup malam Siwon yang memeluk Sungmin dalam dekapannya.

TBC

[Fanfic] Serenade - Itoshi no Ageha- / KyuMin

Title: Serenade-Itoshi no Ageha-

Author : Yuera Akihime

Part : Oneshoot

Fandom : Super junior

Pairing(s) : KyuMin

Genre : Romance | Fluff

Disclaimer : I own the plot and story

Rating : PG - 15 / M for Mature (although isn't explicit content, but this rated is adult's) ADULT'S! *Berdasarkan Tema dan beberapa scene*

Sumarry : Disebuah tempat bernama En La Tierra, Para "Penghibur" itu dijuluki Ageha. Sosok anggun yang berdiri dibalik rimbunan intelegensitas yang tinggi. Mereka bukan Wanita Biasa. Bukan hanya "Penghibur" yang menjual diri dan kecantikan semata. Merekalah sosok penghibur sejati.

Warning : Gender Switch | Typo(s) | Abal | Geje | Alur yg ribet bikin readers bingung | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC | OOT.


HAPPY READING! (゚◇゚)

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

.

"Hei! Apa dompet berisi banyak uang ini tak diperlukan lagi?" Dia berteriak nyaring kearahku. Ditengah hiruk-pikuk pejalan kaki yang didominasi para pekerja kantor yang ingin segera pulang dari lelahnya aktivitas mereka. Ditengah ramainya Myeongdong, dia tersenyum.

Aku yang kaget hanya bisa memasang tampang bodoh, melihat seorang Yeoja cantik yang kini menggenggam dompetku dan berdiri hanya 3 meter dariku. Yah, aku yakin itu dompetku.

"Ceroboh sekali. Untung aku yeoja baik" Sekali lagi Ia tersenyum. Berjalan mantap kearahku yang hanya bisa terpaku, menatapnya yang hanya 2 meter, 60- 30- 15- sekarang hanya 10 senti dari tempatku berdiri. Dapat kurasakan hangat tubuhnya yang dialirkan dari jari-jarinya yang menggenggam erat jariku. Entah sejak kapan. Dompetku sudah berada ditanganku.

"Lain kali aku takkan mengembalikannya" Sebuah bisikan ditelingaku. Sedetik kemudian menghilang bersamaan dengan wangi cranberry fresh yang menyengat hidungku saat syalnya beradu dengan wajahku.

Lagi, Ia tersenyum. Berjalan dan menjauhi tubuhku. Semakin jauh.

Yah, tubuhku yang berusaha menahan pacu jantungku yang berdetak cepat, membuat area wajahku memanas. Seperti aku baru saja berlari kencang karena dikejar sesuatu yang aku tak tahu itu apa.

"Kyu, kau baik-baik saja?"

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

Normal POV

.

.

.

En La Tierra, Masuklah ketempat itu. Dan temukan "Ageha" mu.

Mereka akan memberikan semua yang kau inginkan.

Cinta? Bahkan lebih dari itu…

Sesosok kurus dengan rambut kecoklatan terlihat antusias memperhatikan ponsel hitamnya.

Disaat teman-temannya asik bercanda dan tertawa melepaskan penat sambil bermain darts, Ia justru memojok kesudut ruangan Bar yang remang dan penuh sesak.

Tersenyum setelah mendapatkan balasan pesan diponselnya.

"Kau ingat tempat yang kuceritakan kemarin? En La Tierra, pergilah kesana. Cari Yeojya bernama Sungmin". Sebuah pesan singkat yang kembali membuat senyumnya mengembang.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Hai Minnie! Lama tak kemari? Ku kira kau tak ingin bekerja lagi " Namja paruh baya dengan perut sedikit buncit dan wajah ramahnya mengantarkan segelas wine kearah yeoja muda dengan kacamata baca berbingkai hitam yang bertengger tegak dihidung mancungnya. Yeoja bernama Lee Sungmin tersebut Hanya tersenyum. Yeoja cantik bertubuh proposional dan cukup tinggi. Wajah Imutnya terlihat dewasa dan manis dengan polesan lipstick merah yang senada dengan boots yang menutupi jeans selututnya. Unik, mengingat kacamata bacanya yang cukup kontras dengan penampilannya.

"Mana mungkin. Penulis amatiran sepertiku takkan bisa hidup hanya dengan mengandalkan hasil menulis. Pekerjaan utamaku, tetap disini " Sungmin kembali tersenyum. Memperlihatkan garis tegas yang makin menambah anggun wajahnya.

"Itulah yang ingin kudengar "

Sungmin tertawa kecil diiringi gelak tawa dari Namja pemilik Bar mewah tersebut. Namja itu kemudian menunduk, mencoba membisikkan sesuatu kearah Sungmin.

"Tamu untukmu, meja paling ujung. Dia sudah 2 minggu mencarimu"

Kedua bola mata Sungmin dengan cepat menelusuri Bar mewah yang cukup ramai dengan pengunjung yang berlalu lalang. Dan fokusnya terhenti kearah seorang namja tampan yang duduk tak jauh darinya.

"Dia?" Tunjuk Sungmin yang langsung mendapat anggukkan dari pemilik bar.

"Huh~ Namja kaya yang sedang tenar kan?"

"Yah, Musisi baru yang sedang naik daun. Aku tak begitu mengenalnya, tapi mungkin saja Hyukkie bisa membantumu"

"Terimakasih, tapi aku belum tertarik" Sungmin mengalihkan pandangannya, membiarkan angin malam membelai lembut wajahnya melalui celah-celah ventilasi Bar.

"Ya, aku mengerti. Tapi jika kau berubah fikiran, kurasa dia namja yang baik."

"Akan kupikirkan…" Keduanya saling berpandangan dan tersenyum. Sebelum Namja besar itu meninggalkan Sungmin menuju meja kasirnya.

Untuk terakhir kalinya malam itu, Sungmin kembali memperhatikan sosok tampan yang asik meneguk minuman dihadapannya. "lucu juga" pikirnya, saat tanpa sengaja mata mereka bertemu pandang.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Minnie, kau tahu kalau Siwonnie akan menikah? Dengan model yang digosipkan selama ini. Beritanya sudah tersebar dimedia. Dan mereka akan menikah bulan depan diparis".

Sebuah pesan singkat diponsel Sungmin yang membuat pemiliknya bergetar hebat. Mencoba kembali mencerna kata demi kata yang tertera dilayar ponselnya. dengan cepat menekan tombol dan terhenti saat sebuah nama yang tertera dilayarnya.

Hyukkie.

"Ka-Kau yakin Hyukkie?".

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Itu gelas ke 3 malam ini, kau tak berniat untuk mabuk kan?"

Sungmin hanya diam sambil terus meneguk minumannya. Membuat namja gemuk pemilik Bar menggeleng dan menyerahkan segelas air putih kearah yeoja yang kini tampak kusut. Yah, tidak seperti biasanya karena Sungmin terlihat lusuh hari ini, tanpa make-up, dengan mata sembab dan terlihat sangat menyedihkan.

"Berhentilah, minum sebanyak apapun takkan menyelesaikan masalah" Ucap Namja gemuk itu sambil menarik gelas Sungmin, melarangnya untuk kehilangan kesadaran.

" Bos benar. Kau hanya perlu fokus menata kembali hidupmu. Kau sudah cukup hancur hanya karena Aktor bodoh yang sudah mencampakkanmu itu! Toh selama 2 tahun ini kau juga bisa hidup tanpa bergantung padanya. Tunjukkan kau bisa mendapatkan yang lebih darinya, bisa hidup lebih bahagia dan … Kurasa ada banyak laki-laki menunggumu" Hyukkie tersenyum sambil menepuk bahu Sungmin. Yang hanya dibalas senyuman pula oleh nya.

"Rapikan rambutmu, permainan baru akan dimulai" . Bisiknya lagi sambil membantu Sungmin berdiri merapikan dandanannya. Sungmin yang sebelumnya tidak mengerti maksud Hyukkie akhirnya menyadari dan mengalihkan pandangannya kearah namja tampan kemarin yang seperti setia untuk duduk dipojok bar sambil memainkan ponselnya.

"Selamat bekerja, Black Ageha" . Membalas senyuman Hyukkie dan pemilik Bar, Sungmin menegakkan kepalanya, mengusap-usap wajahnya dan mulai beranjak menuju sudut bar.

Walau sebenarnya ia sedikit enggan untuk melakukannya, tapi ia berfikir tak ada salahnya untuk mencoba. Setidaknya ia butuh hiburan saat ini.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

Larut dalam pikiran masing-masing. Kedua pasangan yang tidak saling mengenal itu kini saling duduk berhadapan. Sang namja terlihat sedikit risih karena terus menerus diperhatikan. Ia mencoba menenangkan diri dengan berulangkali meneguk birnya.

"Kau haus?" Ucap Sungmin akhirnya, tersenyum sangat manis kearah namja berkacamata bingkai hitam dengan rambut kecoklatan itu. Ia sedikit kaget saat Sungmin bertanya padanya. Ia bahkan hanya bisa mengangguk mengiyakan.

Sungmin terkikik, melihat namja dihadapannya yang kini sedikit merona. "Siapa namamu?"

Namja tersebut terperangah menatap Sungmin, cukup lama terdiam sebelum menjawab "Cho Kyuhyun" dan mencoba tersenyum. Tentu saja, siapa yang tidak kaget kalau tiba-tiba dihampiri seorang yeoja cantik yang tanpa basa-basi duduk bebas dihadapanmu dan tanpa beban memandangimu lekat.

Yah~ Kecuali kau seorang yang tak perduli keadaan.

"Kau mencari Lee Sungmin kan?" Kembali namja bernama Kyuhyun itu terperangah. Ia kaget kenapa Sungmin bisa tahu tujuannya.

Tersadar dari lamunannya, dengan cepat Ia mangangguk. Dan kembali tersentak saat Sungmin dengan cepat meraih tangan kanannya, memaksanya untuk segera berdiri.

"Ayo!" Teriak Sungmin sambil menyeret dan memaksa Kyuhyun untuk mengikutinya.

"Ke-kemana?".

"Aku Lee Sungmin. Maaf membuatmu menunggu lama" Senyuman Sungmin kali ini berhasil membuat Kyuhyun bungkam dan mengikuti setiap langkah kecil yeoja itu.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Ma-masuklah, maaf sedikit berantakan" Kyuhyun dengan gugupnya mempersilahkan Sungmin masuk kesebuah Flat yang dengan interior minimalis. Biru muda mendominasi keseluruhan warna ruangan tersebut. Cukup mewah untuk seorang namja muda yang masih sendiri seperti Kyuhyun.

"Berantakan? Bahkan ini lebih rapi dari kamarku" Sungmin terkikik dan masuk kedalamnya. Terlihat antusias saat matanya bertemu dengan beberapa lukisan abstrak di sekeliling dinding.

"Selera senimu bagus.." Puji Sungmin yang tanpa basa-basi merebahkan tubuhnya bebas keatas sofa besar berwarna coklat. Sebuah tindakan yang kembali membuat Kyuhyun tercengang.

"Ah-ya, mau kuambilkan minum? Kau mau minum apa?" Kyuhyun bergegas menuju dapurnya yang tak juah dari ruang tengah. Membongkar satu persatu laci minumannya.

"Apapun! Tapi lebih baik kalau kau punya segelas coklat hangat.".

Untuk 5 detik Kyuhyun terpaku.

"Co-coklat hangat?" Rasa heran yang kembali membuat Kyuhyun tercengang menatap Sungmin yang tersenyum sambil mengangguk.

"Aku rasa kita berdua terlalu banyak minum malam ini."

"Ah, ya. Baiklah " Kali ini Kyuhyun yang tersenyum. Merasa menemukan sesuatu yang menarik dari Yeoja yang memang Ia sukai itu.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Jadi kau hanya tinggal sendiri?" Ucap Sungmin sambil menyeruput coklat panasnya. Matanya tetap focus memperhatikan Kyuhyun yang sedang menyelesaikan Puzzle.

"Yah, setelah Umma ku menikah lagi, aku memutuskan keluar dari rumah. Aku tak biasa berbaur dengan orang asing".

"Oh ya? Lalu kenapa kau mau mencariku? Bukankah aku orang asing?" Sungmin memiringkan kepalanya dihadapan Kyuhyun. Tersenyum dengan kadar aegyo yang berhasil membuat Kyuhyun merona.

"Kau menyukaiku kan?" Sungmin kembali membuat Kyuhyun tersentak. Namja itu seperti sulit untuk menelan ludahnya sendiri.

"Sejak kapan?"

Kyuhyun benar-benar merasa bodoh dengan cercaan pertanyaan Sungmin. Sungmin yang beranjak mendekatinya cukup membuat namja tampan itu menahan pacu jantungnya yang semakin cepat berdetak.

"Ceritakanlah. Karena kurasa, akupun tertarik padamu " Sebuah Kecupan hangat mendarat dipipi Kyuhyun. Entah seperti apa perasaan Namja yang hampir jatuh dari tempatnya duduk itu. Sesaat Ia sempat lupa profesi Sungmin.

"Aku.. menyukaimu sejak kau mengembalikan dompetku, kira-kira 6 bulan yang lalu " Ucap Kyuhyun akhirnya, setelah berhasil Sedikit menetralisir pacu jantungnya.

"Seperti itu? Kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Sungmin dengan raut penasaran. 6 bulan cukup untuk menjadikan seorang Lee Sungmin pelupa. Entah sudah berapa juta orang yang ditemuinya dalam 6 bulan. Mana mungkin dia mengingat hal sekecil itu –setidaknya baginya-.

"Yah, kau mungkin sudah lupa, kau memungut dompetku saat di Myeongdong " Kyuhyun terkikik kecil mengingat kejadian 6 bulan lalu.

Saat Ia dengan bodohnya terpukau melihat seorang yeoja yang memungut dompetnya sekaligus mengancamnya.

Kejadian yang membuatnya mencari sosok Sungmin selama 6 bulan pula. Dan dia berhasil.

"Love at the first sight?"

"Menurutmu?" Keduanya saling tersenyum. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Entah kenapa Kyuhyun merasa sedikit lega walaupun terdengar seperti orang polos yang bodoh dan sedang berusaha mengutarakan roman picisannya.

"Kau tahu aku seorang 'Ageha'kan? Dan kau pasti tahu seorang Ageha tentu sering berhubungan dengan banyak namja. Walau pada dasarnya kami hanya melayani orang-orang yang membuat kami tertarik. Tapi… yah~ Apa kau tak keberatan jatuh cinta pada penjaja cinta sepertiku?" Senyuman dan pertanyaan Sungmin kembali membuat Kyuhyun tersentak. Mata Sungmin seperti tak bosan memandangnya lekat.

"Cinta memang membuat orang menjadi konyol bukan? Tak sungkan untuk berfikir irasional " Untuk 5 detik Sungmin terdiam. sebelum Ia benar-benar melepaskan tawanya. Baginya Kyuhyun benar-benar menarik.

"Baiklah, aku menyerah. Kau benar, Sometime love is a silly thing" Sungmin kembali menyeruput Coklatnya. Tubuh Sungmin yang kini menjauh membuat Kyuhyun kembali menarik nafas lega. Ternyata kekonyolan memang muncul saat kita berada didekat orang yang kita sukai. Kyuhyun membuktikan itu.

"Aku juga. Sempat bertindak konyol pada orang yang kucintai. Aku sempat hampir membunuhnya saat dia memutuskanku, dan memilih menikahi yeoja lain". Sungmin mengernyitkan alisnya. Matanya menerawang menatap lukisan abstrak didepannya. Untuk pertama kalinya Sungmin bercerita kisahnya dengan orang lain.

"Tapi tentu saja dia memutuskanku. Namja sehebat dia mana mungkin memilih Yeoja rendah sepertiku " Sungmin tersenyum sinis. Meletakkan dagunya diantara dua telapak tangannya.

Baik Sungmin maupun Kyuhyun sama-sama terdiam. Terlarut pada pikiran masing-masing. Atau mungkin bingung untuk memulai kembali.

"Menurutku dia Namja yang bodoh. Tentu saja, tak ada alasan jika kau memang benar-benar mencintai seseorang. Kau jauh lebih hebat darinya, kau bahkan tak menangis saat menceritakannya " Kyuhyun tersenyum sangat manis. Ucapan yang berbalik membuat Sungmin terperangah. Benar-benar namja yang menarik, pikirnya.

"Hei~ sepertinya Kau sering mendengarkan curhatan yeoja ya?".

"Tentu saja, Aku anak ibuku" Kyuhyun terkekeh.

Yah, kali ini Sungmin benar-benar menganggapnya namja yang manis dan menarik. Walau awalnya Sungmin hanya menganggapnya seorang bocah yang membutuhkan pengalaman. Tapi kini Sungmin mengakui Kyuhyun memang menarik perhatiannya.

"Baiklah, kita bicara bisnis. Berapa lama kau 'menyewaku' ?" Pertanyaan Sungmin yang tiba-tiba dan tangannya yang menarik Kyuhyun membuat namja itu kaget dan kehilangan keseimbangan. Sungmin tersenyum saat namja brunette itu dengan gugup menahan tubuhnya agar tak menimpa Sungmin yang tepat berada dibawahnya.

"Bo-Bos di tempatmu bekerja mengatakan kalau kau yang akan menentukannya" Kyuhyun terlihat sangat berusaha menahan dirinya yang mulai bergetaran. Jantungnya kembali berpacu dengan cepat, saat Ia merasakan harum samphoo dan tubuh Sungmin yang menyentuh permukaan hidungnya.

Hanya 5 senti jarak mereka sebelum Sungmin menarik tengkuk namja tampan itu dan membungkamnya dengan sebuah ciuman.

"Lakukan sampai kau benar-benar bosan…" Bisiknya setelah melepas ciuman singkat mereka. Kyuhyun masih terperangah mencoba membedakan alam sadarnya. Dia memikirkan kemungkinannya bahwa dia sedang bermimpi. Wajah kagetnya mau tak mau membuat Sungmin melepaskan tawanya.

"Jangan katakan kau belum pernah melakukannya" Ledek Sungmin sambil memeletkan lidahnya. Wajah Kyuhyun sudah kembali merona merah, masih dengan mempertahankan posisinya.

"A-Aku…" Ucapnya gugup. Kyuhyun terdiam saat matanya bertemu pandang dengan Sungmin yang menatapnya lekat.

"Baiklah…" Ucapannya berakhir saat dengan perlahan bibirnya mencoba menyentuh kembali bibir Sungmin. Awalnya terasa benar-benar kaku, hingga Sungmin menarik tengkuk Kyuhyun, membuat namja brunette itu pasrah dan makin memperdalam ciuman mereka.

Sungmin tersenyum, saat bibir Kyuhyun semakin terbiasa dan menguasai ciuman yang sudah berubah menjadi pagutan tersebut. Nafas keduanya saling memburu, bersamaan dengan suhu tubuh masing-masing yang semakin meningkat. Hangat dan basah. Pagutan yang semakin liar saat Kyuhyun mencoba menerobos mulut Sungmin, memainkan lidahnya yang bertautan dengan lidah Sungmin. Membiarkan setitik saliva menetes dari sudut bibirnya. Itu bukan masalah saat nafsu dan rangsangan semakin memuncak. Hanya kenikmatan dan kepuasan yang menjadi tujuan utama permainan ini.

Sungmin melenguh nikmat saat Kyuhyun melepaskan ciumannya. Namja brunette itu mencoba menetralisirkan nafasnya. Menghirup sebanyak mungkin oksigen yang masuk keparu-parunya.

Wajah Sungmin yang juga terengah terlihat begitu mempesona, bibir merahnya yang sedikit terbuka membuat hasrat Kyuhyun sebagai lelaki memuncak. Menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman. Ia merapatkan tubuhnya, sebelum kembali membungkam Sungmin dalam ciumannya.

"Hei... sentuh aku~" Desah Sungmin saat ciuman mereka kembali terlepas.

Seperti enggan membuang-buang kesempatan, Kyuhyun dengan cepat mengalihkan bibirnya menuju mata, pipi, telinga hingga mendarat keleher Sungmin. Mengecupnya dan menghisapnya lembut. Memberikan tanda-tanda merah pekat disetiap sisi lehernya.

"Ennh~ Kyu- " Erangan lembut meluncur dari bibir mungil Sungmin saat lidah basah Kyuhyun dengan sigap menyapu area-area sensitifnya. Leher hingga menuju pangkal dada. Entah sejak kapan kancing-kancing kemeja Sungmin telah terbuka sempurna, menunggu sang pemilik untuk menanggalkannya. Tentu saja dengan cepat Kyuhyun menarik dan membuang benda itu sembarangan kelantai.

Tangan Kyuhyun tak tinggal diam, jari-jemarinya dengan gesit meraih pengait dibagian belakang tubuh Sungmin. Mencoba melepaskan penutup atas tubuh putih itu. Nafasnya memburu, merasakan tiap harum cranberry yang menempel lekat di tubuh Sungmin. Tangan kirinya meraih bagian dalam mini-skirt hitam Sungmin, kancing belakangnya terlepas bersamaan dengan pengait yang Sungmin gunakan.

Tapi aksi Kyuhyun terhenti, Ia seperti tersadar dari tidurnya yang panjang.

Melihat Sungmin yang hampir telanjang dihadapannya dengan cepat Ia mengambil kembali kemeja Sungmin yang ia buang kelantai. Menutupi tubuh mulus itu secara acak.

"Kyu? Kau kenapa?" Sungmin berusaha bangkit dari tidurnya. Membelai pelan rambut namja yang kini menunduk sambil berburu dengan nafasnya sendiri.

"A-Aku rasa… Aku tak bisa. bagaimana mungkin bercinta tanpa perasaan? Aku mencintaimu, tapi konyol kalau harus melakukannya sedangkan pikiran dan hatimu ada ditempat yang tak bisa ku jangkau!" Kyuhyun setengah berteriak, sambil mati-matian menahan nafasnya yang memaksanya menghirup oksigen lebih banyak.

Dan Kyuhyun berhasil membuat Sungmin terdiam. terpukau lebih tepatnya. Bagaimana mungkin seorang yang sudah menyewa pelacur mengatakan hal seperti itu ditengah permainan bercintanya. Entahlah Kyuhyun itu polos atau bodoh? Sungmin hanya kembali teringat pada kata-kata Bosnya, Kyuhyun pria yang baik.

"Hei. Bukankah kau bilang cinta membuat pemiliknya menjadi konyol?" Sungmin tersenyum sambil kedua tangannya mengapit wajah Kyuhyun, membuat namja itu kembali bertatapan dengannya.

"Yah.. kurasa aku pun jatuh cinta padamu"

Senyuman kembali mengembang dibibir Sungmin, tanpa ragu memeluk namja dihadapannya. Membenamkan dirinya kedada namja yang seperti sulit untuk mengeluarkan kata-kata itu.

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

"Nhh~ Kyu- anhh~" Erangan Sungmin terdengar merdu. Kedua tubuh polos itu tampak menyatu diperaduannya. Merasakan kenikmatan dan hasrat yang keluar dari setiap hentakkannya. Banjir peluh kini memenuhi pori-pori keduanya. Sungmin menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya, begitu menyukai rasa nikmat yang diberikan Kyuhyun yang berada diatasnya.

"Berjanjilah, kau takkan meninggalkanku…" Bisik Kyuhyun lembut sembari mengecup telinga Sungmin. Membuat yeojya cantik itu mengerang nikmat.

"Saranghae.." Desah Sungmin. Keduanya kemudian larut dalam ciuman yang hangat dimalam yang cukup dingin itu. Angin malam seperti merestui keduanya dengan tak henti-hentinya berhembus pelan. Saling berpacu dengan erangan kenikmatan yang menggema dari balik dinding kamar.

"Nado saranghae…"

.

.

o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○

.

.

.

Matahari pagi seperti mengusik kedua insan yang tengah menghilangkan rasa dingin yang menusuk tulang dengan saling merengkuh diatas perpaduannya.
Sungmin membiarkan tubuhnya terbalut selimut dan Kyuhyun yang memeluknya erat.

Mengubah posisinya dan menghadap Kyuhyun, Sungmin tak henti-hentinya mengumbar senyum kearah Namja tampan yang kini menutup matanya lelap. Tampak raut lelah yang tergambar jelas dilekukkan wajahnya.

Namja manis yang sudah sebulan ini bersamanya. Namja yang mungkin saat ini menjadi satu-satunya pria yang mencintainya. Namja yang sempat menangis saat Sungmin pergi dipagi setelah mereka bercinta, Ia mengira Sungmin benar-benar meninggalkannya, padahal Sungmin hanya pergi kerumah sakit menjenguk Bosnya yang kecelakaan.

Namja bodoh yang sedikit demi sedikit menyita perhatian dan waktu seorang Lee Sungmin. Membuat yeoja imut itu melepaskan semua hal-hal yang sempat mengganggu pikirannya. Yang sedikit demi sedikit pula membuat Sungmin kembali jatuh cinta.

Drrttt-Drrrttt-

Ponsel Sungmin bergetar. Sebuah alarm.

"Hari ini ya?" Sungmin memperhatikan ponselnya. Tertera dengan jelas sebuah tulisan siwon's wedding day. Ia pun tersenyum. Menutup matanya sebentar sebelum melemparkan ponselnya sembarangan. Dan kembali focus memperhatikan wajah Kyuhyun.

"Hei Pabbo, memangnya apa jaminan kau tak akan meninggalkanku? ataupun sebaliknya?" Sungmin menyentuh Hidung Kyuhyun dengan telunjuknya. Membuat satu tarikan garis menuju bibir, leher hingga tepat kedadanya. Kembali tersenyum saat pemilik tubuh tak memberikan respon apapun. Tentu saja, Kyuhyun tipe orang yang tidur lelap.

"Yah… tapi kau kan Pabbo. Tentu saja, aku akan benar-benar membunuhmu kalau itu terjadi lagi" Bisiknya sembari mengecup bibir Kyuhyun lembut. Dan sepertinya kali ini berhasil membuat Kyuhyun menggeliat, terbangun dari tidurnya.

- FIN-

[Fanfic] Kaleidoscope / YeWook

Title : Kaleidoscope

Author : Yuera Akihime

Chapter : Oneshoot

Fandom : Super Junior

Pairing : YeWook

Genre : Romance | Angst | Tragedy | Hurt

Rating : PG - 15 / M for Mature

Disclaimer : I own the story


Warning : Yaoi | Typo(s) | Abal | Geje | bosenin | Alur yg ribet bikin readers bingung | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always. [lol]

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.


Langkah gontai Yesung terhenti disebuah lorong gelap yang hanya bersinarkan cahaya bulan.

Sambil mengatur nafasnya menjadi lebih baik, laki-laki itu menyudut diujung tembok, jarinya mengapit sebatang rokok yang ia keluarkan dari saku bajunya.

"Cih! Terlalu sering mencium bau amis memuatku mual!". Umpatnya sambil membuang batang rokoknya sembarangan. Kembali berjalan menyusuri lorong.

"Tumben kau lama?". Seorang pria lain berambut kecoklatan dan menggunakan kaca mata berframe hitam menghentikan laju mobilnya tepat dihadapan yesung.

Tersenyum saat Yesung tanpa ragu masuk kemobilnya.

"Apa Wookie sudah tidur?". Tanya Yesung sambil membersihkan jari-jarinya yang kotor karena cairan kental kemerahan menggunakan tisu yang ia dapat didepannya.

"Yah…. Sejak tadi dia terus menunggumu, sepertinya dia cukup khawatir..".

"Dia selalu seperti itu..".

"Kau yakin dengan semua yang kau lakukan, Hyung?". Pria kurus tersebut melepas kacamatanya.

"Hanya ini yang bisa kulakukan…". Yesung mengalihkan wajahnya. Mengedarkan pandangannya ke pusat kota yang semakin eksotik dengan lampu-lampu malamnya.

"Tapi sampai kapan? Kau juga harus menikah bodoh!". Laki-laki tersebut menyentil dahi Yesung, walau terdengar sedikit marah, ia bahkan sama sekali tak merubah ekspresi senyumnya.

"Entahlah… apa yang bisa kulakukan? Hanya membunuh kan? Dan sebentar lagi mungkin aku yang akan mati terbunuh..". Yesung tersenyum getir. Merapatkan jaket hitamnya ketubuhnya yang tidak begitu tinggi.

"Dan membiarkannya sendirian? Kau bermaksud menelantarkannya?" .

Yesung hanya terdiam. semakin tenggelam dengan pikirannya sendiri.

"Hei, kita sampai." Berhenti disebuah halaman apartemen yang cukup mewah. Yesung mengatur dirinya, sebisa mungkin terlihat rapi dan beranjak keluar mobil.

"Terimakasih Donghae-ah". ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan laki-laki bernama Donghae tersebut, yang lagi-lagi hanya dibalas dengan senyuman.

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Yesung's PoV

Gemercik air diwastafel tampak menyatu dengan busa sabun yang kini menempel ditelapak tanganku.

Berulang kali aku mencium kedua tanganku, memastikan bau anyir yang membuatku mual itu menghilang. tapi seperti sugesti, mustahil menghilangkan hal yang sudah menjadi kebiasaan.

Kulangkahkan kaki ku menuju beranda kamar. Aku mencoba melepas penat setelah seharian bergulat dengan "pekerjaan ku".

Kembali kuingat sosok yang tanpa dosa -setidaknya padaku- memohon ampun saat titik nadi dileher mereka dengan mudahnya kusobek, atau menembuskan timah panah tepat ke pusat kepala mereka.

Saat anak-anak mereka menangis dengan wajah tak mengerti apapun meratapi tubuh kedua orang tuanya yang mulai memucat, atau saat istri mereka berteriak histeris dan akhirnya ikut jatuh ketumpukan mayat suami mereka.

Yah… aku adalah anggota kelompok pembunuh bayaran. Membunuh siapa saja tanpa pandang bulu selama itu menghasilkan uang adalah prioritas pekerjaan kami.

Setidaknya itu yang kulakukan selama hampir 4 tahun belakangan ini.

Kadang rasa bersalah dan takut datang menghampiriku.

Aku merasa bersalah saat tubuh-tubuh mungil tak berdosa itu menangis meratapi kepergian orang tua mereka. Dan aku merasa takut saat rasa kasihan didiriku muncul.

Aku takut pada perasaanku sendiri. Aku takut seandainya aku yang menjadi mereka. Takut saat mereka melihatku dengan pandangan menusuk. aku takut… tapi aku tetap melakukannya… bukan! Aku harus melakukannya…

Kuteguk sebutir obat penenang. Mencoba merelaksasikan pikiranku.

Tapi sial, seperti dihantam benda tumpul dibagian tengkuk ku. Aku berbatuk. Tersedak dengan nafasku sendiri.

Uhk~ shit! Hal yang paling kubenci datang disaat aku harus menenangkan diri!

Kucoba sebisa mungkin untuk mengecilkan volume suaraku, tak mau seseorang terbangun gara-gara batuk sialanku ini.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar, mencoba mengambil betablocker ku . tapi, Sial! Usahaku gagal. Dia sudah berdiri didepan pintu kamar. Dengan wajah khawatirnya berjalan kearahku.

Cih! Aku selalu gagal menyembuyikan hal ini darinya!

"Hyung~ kau baik-baik saja?". Ia mendekatiku yang sudah terduduk lemas diatas ranjang sambil memegangi dadaku.

"Uhk~ ". Benar-benar berat mengeluarkan suara. Aku hanya menggeleng mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.

"Ini! Apanya yang baik-baik saja?". Ia segera menyerahkan Betablocker yang kuletakkan disudut laci. Dan dengan segera kuhirup.

Aku mengatur nafasku pelan. Batuk ku pun berkurang saat oksigen yang ada dibetablockerku bekerja.

Benar-benar sakit saat menghirupnya, tapi sedetik kemudian perasaan lega muncul.

"Terimakasih Wookie-ah". Ucapku sambil mengelus kepalanya.

"Hyung pulang larut lagi?".

"Maaf… kau terbangun gara-gara batukku.. ".

"Saat bangun kulihat Donghae-hyung sudah tak ada. Dan saat memastikan kau pulang, aku melihatmu terbatuk lagi..". Ia mendekatiku. Merebahkan tubuhnya disampingku.

Aku hanya memandangi tubuh mungilnya yang terbalut atasan Piyama kebesaran. Sangat lucu melihatnya yang seperti anak kecil, padahal bulan lalu kami baru saja merayakan ulangtahunnya yang ke 20.

Aku tersenyum melihatnya. Menariknya dengan kuat sehingga terbangun dan jatuh kesisiku. Aku memeluknya. Entah kenapa perasaan rindu yang terlalu menghampiriku tiba-tiba.

Ia terlihat kaget dengan perlakuanku yang tiba-tiba. Namun sedetik kemudian aku melihatnya ikut tersenyum. Dan membalas pelukanku tak kalah eratnya.

"Kau merindukanku?". Godaku lembut ditelinganya.

"Tentu". Ucapnya dan menatapku dalam. Matanya terlihat begitu cantik. Cahaya malam yang masuk melalui celah jendela menambah indahnya tubuh mungil yang kini bersandar disisiku. satu-satunya yang kumiliki saat ini. Milikku yang paling berharga.

"Walaupun aku seorang pembunuh?". Aku menariknya sehingga tegak menghadapku. Secara perlahan menciumi pipinya. Pelan dan terus merambat turun menuju leher serta tengkuknya. Ia hanya tersenyum. Seperti begitu menikmati perlakuanku.

"Walaupun kau sudah membunuh keluargaku…". Jawabnya yang membuatku diam beberapa saat. Kutegakkan kepalaku, menatapnya yang dengan manisnya tersenyum. Perkataan yang membuatku tertekan disatu sisi, tapi dengan begitu mudahnya ia menanggapi.

"Aku akan menggantinya dengan nyawaku…". Ucapku sebelum akhirnya tersenyum. Kembali menariknya mendekat. Meraih bibir mungil yang seperti menantangku untuk menciumnya.

Bibirnya yang lembut dan kini menyatu dengan bibirku. Dapat kurasakan secara perlahan dan pasti, ia membalas ciumanku. Melingkarkan kedua tangannya keleherku.

Aku menarik tubuhnya tanpa melepaskan ciumanku. Membuatnya dengan bebas terbaring pelan keatas ranjangku. Ia tersenyum. Dan sedikit terengah saat aku menciumnya cukup dalam. Membuatku dengan mudah memainkan lidahku kedalam mulutnya yang sedikit terbuka saat mengambil nafas.

"Nghh~ Apa kau selalu bernafsu setelah melihat darah?". Sindirnya diselingi desahan saat lidahku mulai mengeksplor bagian lehernya. Memberikan tanda-tanda kepemilikan disana.

"Hm~ tergantung… aku selalu bernafsu saat melihatmu ". Ucapku menggodanya sambil memainkan jari-jariku lembut ketubuhnya. Membuka satu persatu kancing piyamanya.

"Kau nakal…nggh~ ". Ia mendesah lagi, wajah manisnya begitu indah saat menggeliat dibawah kekanganku. Dan tubuhnya yang putih pucat terekspos jelas saat aku dengan cepat melepaskan piyamanya dan membuangnya asal.

"Apa kau mau menolak kenakalanku, chagiya?".bisikku ditelinganya. Menciumi lehernya yang entah sudah berapa banyak dihiasi tanda-tanda yang kubuat.

"Nghh~ apa aku… anhh~ pernah menolakmu?". Desahnya dengan wajah yang takkan mungkin membuatmu tahan untuk tak tergoda. Aku pun tersenyum. Mengimbangi irama tubuhnya yang menggeliat dibawahku.

Dan kurasa…. angin malam ini cukup dingin untuk bercinta… hahaha

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Emh~ ….Pagi yang cukup cerah terasa saat sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamarku.

Aku mencoba meringkuk menahan dinginnya udara yang masuk. Dan sedikit kaget saat tanganku mendapati sesuatu yang begitu hangat disampingku.

Kubuka mataku. Aku kembali sadar dan tersenyum saat melihat sesosok mungil dengan tubuh polos yang hanya tertutup selembar selimut yang sama denganku.

Sangat manis. membuatku mau tak mau kembali merasakan hangat saat menyatu dengan kulit mulusnya yang dengan pelan kupeluk.

Dia hanya tersenyum. Sepertinya menyadari apa yang kulakukan.

Rasanya tak ingin melepaskannya. Tak akan, walaupun aku harus.

Jika kuingat lagi, hubungan kami sungguh ironis. Tanpa ikatan sama sekali.

Aku mencintai Wookie, ya aku, yang notabene adalah pembunuh kedua orang tuanya.

Yah… Akulah yang membunuh kedua orangtuanya. Seperti yang kukatakan. Aku membunuh tanpa memperdulikan asal usul targetku. Selama semuanya memenuhi syarat.

Dan malam itu, tepat saat Wookie merayakan hari ulangtahunnya yang ke 18, aku menembak kedua orang tuanya dihadapannya. Sungguh anak yang malang. Ia hanya terdiam tanpa ekspresi saat kedua orang tuanya terbujur kaku dengan darah yang mengalir dimasing-masing kepala mereka.

Awalnya aku ingin membunuhnya juga untuk menghilangkan jejak. Tapi Donghae melarangku dan malah membawanya ikut bersama kami. Tentu saja hal itu kutentang keras.

Hingga Donghae berhasil meyakinkanku tentang Wookie yang benar-benar hilang ingatan karena shock. Dia bahkan tak tahu siapa namanya dan apa yang terjadi padanya.

Dokter yang memberitahuku. Ia hanya ingat kalau kedua orangnya dibunuh, dan dengan mudahnya mengenaliku sebagai pembunuhnya. Benar-benar konyol kan? hahahaha…

Tapi entah kenapa, Wookie tak pernah memberitahukan siapapun tentang pembunuhan itu. Ia seperti benar-benar melupakannya.

Yah.. setidaknya aku bersyukur. hingga saat aku merasa benar-benar jatuh cinta padanya, Ia tetap menyimpannya. Atau mungkin melupakannya? Entahlah.

Tapi kejahatan tetap kejahatan bukan? Semua hal baik maupun buruk akan kembali berbalas.

Begitu pula denganku. Tiba saat dimana aku harus menebus dosa-dosaku. Merasakan sakit yang mereka secara langsung memang. Hanya melalui penyakitku.

Yah, aku menderita Aneurisma jantung. Penyumbatan saluran darah dijantung.

Hal yang baru kusadari akhir-akhir ini. Dan sering kambuh jika aku melakukan pekerjaan yang berat, serta terlalu banyak mencium bau mesiu dan yang menyengat lainnya.

Ini kutukan.. terlalu banyak orang yang menderita karena pekerjaanku. Dan saatnya aku menanggung semuanya.

Awalnya aku tak perduli. Bahkan sudah sangat siap apabila tuhan memanggilku tiba-tiba.

Tapi… entah kenapa aku merasa takut. Takut padahal yang sebelumnya kufikir sangat konyol.

Aku takut kehilangan Wookie..

"Engh~ ". Lenguhan Wookie membuatku kembali kealam sadar. Ia mengangkat kepalanya dan bersandar pada kepala ranjang.

"Sudah bangun chagiya?". Aku mengelus pelan rambutnya. Ia hanya tersenyum.

"Hmm…. Hyung, aku punya satu permintaan…". Ia memandangiku lekat. Sambil tetap tersenyum manis.

"Permintaan?"

"Aku Ingin kelaut.". Ucapnya sambil mendekat kearahku. Aku hanya mengernyitkan dahi,bingung dengan apa yg dikatakannya.

"maksudmu?".

"Ayo Kencan!"

Yesung's PoV End

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Wookie's PoV

Sabtu sore yang cerah. Aku menunggu ini. Hari yang indah karena Yesung-hyung berjanji akan mengajakku jalan-jalan sore ini.

Aku sudah menyiapkan segalanya sejak 1 jam yang lalu. Baju yang akan kupakai, atau Apa yang harus kubawa nanti. Haha~ seperti kencan. Yah, ini pertama kalinya Yesung-hyung mengajakku.

Tapi sudah 15 menit berlalu dari jam yang dijanjikan Yesung-hyung belum juga muncul. Aku sudah menghubunginya, dan katanya ia akan sampai dalam waktu 10 menit. Dia memang suka telat.

Aku berjalan keujung beranda, mencoba menghilangkan jenuhku menunggu Yesung-hyung.

Ini tempat favoritnya. Ia banyak menghabiskan waktunya saat pulang kerja disini.

Benar saja, tempat ini cukup indah, kau bisa melihat laut dari lantai 2, dan taman kota yang terang dimalam hari. Bisa kubayangkan wajah tersenyum yang begitu manis saat menghirup udara malam yang sejuk dari sini.

Aku menyudut keujung bangku yang sekarang kududuki. Kulihat beberapa carik kertas berserakkan diatasnya. Sebuah catatan-catatan kecil. Hm… seperti kata-kata yang dirangkai. Lirik lagu mungkin?

Ah~ aku ingat! Hyung pernah bilang ingin menulis lirik lagu. Aku tak menyangka dia benar-benar melakukannya, mengingat dirinya yang begitu cuek.

Kubuka setiap lembar kertas berwarna cream itu. Harum tulip kering menyeruak kehidungku.

Sebuah kata-kata kecil,

"I'll love freedom and love oneself...

Mourning the dying reason abandon it and let's laugh it off

It's the only flower in the world...in full blossom

-Even though you're only able to say it by singing-

the blossoms wither and fall

You take your black colors and with the decision to turn them to ashes...

Sweet delicate just like milk

your white heart swaying unevenly…"

Aku tersenyum. Menarik kertas kedua, kali ini berwarna coklat muda.

"You are exceedingly beautiful

Happiness and sorrow punishment for a person without sins even being able to visit this absurdity someday I'd completely fall in love

Becoming strong like you...

A glittering sakura in full bloom"

For my Wookie. Saranghae …

Aku kembali tersenyum. Kulihat banyak coretan disana-sini. Sepertinya dia berfikir keras untuk menulis semua ini.

Dapat kurasakan. Dia yang sebenarnya rapuh, penakut, dan pengecut. Mencoba berlari dari kenyataan. Dan dia yang selalu berjanji untuk melindungiku, diam-diam menangis dalam gelap. Menahan semua sakitnya sendiri.

Jujur dulu aku membencinya. Sangat benci saat tahu dia yang membunuh kedua orang tuaku. Menghancurkan hidupku. Dan datang dengan rasa tak bersalah. Membawa harapan konyol dan diam-diam membuatku jatuh cinta.

Rasa cinta yang sama besarnya dengan rasa benciku. Aku membiarkannya, membiarkan mereka tumbuh dan besar secara bersamaan.

Karena itu yang ia katakan padaku… "Bencilah aku, sama seperti kau mencintaiku. Biarkan mereka tumbuh dan mekar secara bersamaan."

Sesaat aku tersentak. Seperti suara bel berbunyi dan segera kuberlari kebawah. Kurasa Yesung-hyung sudah pulang.

Dengan perasaan sangat bahagia aku menuju pintu utama. Merapikan diriku agar tampak sebaik mungkin dihadapannya. wajar saja, ini kencan pertamaku setelah 2 tahun.

Kutekan knop pintu perlahan, aku tersenyum saat melihat sosoknya berdiri dengan senyum pula dihadapanku.

Tapi hanya sedetik, tiba-tiba senyumnya berubah. Ia terbatuk sambil memegangi dadanya.

Aku yang panik langsung menariknya kesisiku.

"H-hyung? Kau kenapa?". Teriakku saat tubuhnya jatuh kepangkuanku yang sudah terduduk menahan tumpuannya.

"uhuk~ a-aku…ohk!". Ucapnya terbata. Aku panik, melihatnya yang tiba-tiba tumbang disisiku. Wajahnya memucat, dan dengan segera dapat kurasakan sesuatu yang hangat mengalir pelan di balik sweater coklatnya. Darah. Ini darah. Aku yakin dengan warna dan baunya yang amis.

"Hyung~ siapa yang melakukan ini padamu?". Teriakku histeris. Tak dapat kutahan lagi tangisanku yang memecah mengalir melalui pelupuk mataku. Hyung hanya tersenyum. Menyeka airmataku dengan jari-jarinya yang sudah dipenuhi darahnya.

"Maaf.. lagi-lagi ..aku membatalkan.. janji..ku…". Ia merogoh dengan susah payah sesuatu dari kantongnya. Sebuah kotak kecil berwarna keemasan yang sudah bercampur dengan darahnya diserahkan kepadaku.

"Yesung-hyung…". Aku kembali menangis, merengkuh tubuhnya yang mulai mendingin kesisiku. Sial! Ada apa ini? Kenapa semua terjadi tanpa bisa kucerna sedikit pun?

"Sudahlah.. aku harus menanggung segalanya. Mianhae.. aku.. uhuk! Chagiya….Sa-rangha..eyo…ukh~". Ia tersenyum dalam batuknya. Terus memegangi dadanya yang seperti sangat kesakitan.

Aku bingung. Apa yang harus kulakukan?

Aku bernisiatif untuk berlari kedalam, mencari ponselku. Namun terhenti. Saat sesosok tinggi berambut kecoklatan baru turun dari mobilnya dan berjalan kearahku sambil tersenyum.

Donghae-hyung. orang yang selama ini ikut menjagaku sama seperti Yesung-hyung.

"Donghae-hyung!" . Entahlah, aku angsung berhambur kearahnya, berharap ia dapat membantuku.

Tapi kuhentikan.

Bukan. Aku terkejut sehingga tubuhku terhenti sebelum sampai ketempatnya.

"Hai~Wookie-ah, Ada masalah?". Aku benar-benar terkejut. Saat dia dengan senyum sumringah semakin mendekat kearah kami. Tidak, dia menyeringai. Memainkan sebuah pisau berlumuran darah ditangannya.


.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

FIN

[Fanfic] Two Would Could Not be One 2 / KyuMin

Tittle : Two Would Could Not be One [serial 2]

Author : Yuera Akihime - Akiru Akihime

Chapter : 2 [on serial]

Main Casts : Sungmin – Donghae – Kyuhyun [Super Junior] | Lee Min Young aka Min [MISS A]

Pairing : KyuMin | HaeMin

Genre : AU | General | Romance | Fluff | Angst

Rating : PG - 15 (M for Mature)

Disclaimer : I have my own line story

Warning : Yaoi | Incest | Bad-Hae/Kyu | Poor-Min | Crack Pair | M-Preg |Typo(s) | Abal | Geje | bosenin | Alur yg ribet bikin readers bingung | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always. [lol]

A/n : Min = Min Young

Ming = Sungmin

.

.

Sungmin's PoV

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..


"Love, Life, and Human Relationships sure are complicated, right?"

.

.

"Saranghae hyung…"

Apa?

Grep!

Aku mengerjapkan mataku berulang kali saat sebuah sentuhan hangat menyelimuti tubuh bagian atasku. Ini kedua kalinya aku merasakan sensasi yang sama ketika terbangun dari tidurku. Dingin, Letih dan… Lengket.

Cih! Percuma aku berusaha menyangkal perasaan aneh yang datang tiap 'dia' menatapku.

Rasa yang sama saat pertama kali aku merasa tertarik dengan Kyuhyun.

Aish! Tak adakah satu bagian kecil pun dari hidupku yang tak perlu dikaitkan dengan si Playboy maniak game itu?

"Saranghae, Lee Sungmin~" Sebuah suara yang akhirnya kuyakini bukan hasil imajinasi ku membuatku tersentak, seirama dengan sebuah lumatan kecil lekukan leher sebelah kiri ku.

"Nghh~hen-hentikan Hae…" Aku berusaha memberontak, namja pirang dihadapanku ini seperti berhasil berulang kali menghipnotisku. Jangan tanya kenapa aku bisa berakhir sama seperti 2 yang hari lalu. Berada dalam satu selimut dengan tubuh polos, bermandi peluh bersama Namdongsaeng ku sendiri.

Kumohon, jangan tanyakan apapun!

Aku sendiri tak mengerti, Jadi apa yang harus kujawab?

Seluruh tenaga dan fikiran ku terfokus pada satu titik dibawah tubuhku. Sakit..

Walau ini bukan yang pertama, tapi rasanya tetap sakit.

Ternyata Sibodoh ini sama saja dengan Sibrengsek maniak game itu. Aish! Dasar orang-orang Egois!

"Ha-Hae… Aku harus kekantor pagi ini!" Secepat mungkin aku menghindari Donghae yang berusaha mendekatkan wajahnya padaku.

Sialnya sibodoh ini lebih cepat dariku. Dia dengan segera menarik tanganku, menahanku yang –terpaksa- menyudut ditempat tidur. Oh shit! I'm in trouble…

"Kau pembohong yang buruk, Hyung." Bisikan lembutnya teredam saat bibirnya menyentuh bibirku. Dia menciumku lagi. Lagi.

"Hae… hen-tikan~" Aku berusaha mendorong bahunya saat Ia mencoba menerobos pertahananku dengan melumat bibirku. Tidak boleh, jika kubiarkan dia takkan berhenti menghabisiku.

Sial! Aku benar-benar bisa gila jika terus seperti ini.

Perasaan aneh ini muncul lagi. Aku.. Aku tidak bisa menolaknya. Dia sama seperti Kyuhyun. Selalu berhasil membuaiku dalam setiap sentuhannya.

Ini tidak boleh! Seharusnya aku berkata begitu bukan?

Tapi sialnya, aku tak bisa. Oh lebih tepatnya aku tak mampu menahannya. Tubuhku bergerak sendiri. Diluar interval logika ku.

Menjebol satu-satunya pertahananku. Apa ini?

Aku bahkan tak mampu menjelaskannya.

"Ming…"

DEG

A-Apa?

Sebutan itu…

Kringg~ Kring~

Ponselku berdering, menimbulkan kegaduhan disela bunyi decakan yang dihasilkan Donghae saat mencumbuku.

Oh~ Thank's my lord, Kau mengirimkan penyelamat padaku!

Segera kuraih ponsel ku yang tergeletak asal disamping tempat tidur. Sama sekali tak memperdulikan rengekkan Donghae.

"Yoboseo, Minnie-yah…"

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

"Chukkae BunnyMin! Akhirnya kau terlepas dari kutukan raja iblis itu! Haha~" Min tergelak nyaring sambil menggenggam tanganku erat. Khas seorang Min saat apa yang direncanakannya berhasil.

Aku kembali memperhatikan kertas ditanganku. Surat perintah yang menyatakan aku dipindah tugaskan ke kantor pusat. Dengan kata lain, Jabatan setingkat lebih tinggi dari yang lalu. Dan yang terpenting aku terlepas dari bayang-bayang Si Plabyboy maniak game itu.

Wow~ 2 keajaiban sekaligus. Senang? Tentu saja.

"Hei~ Apa yang kau fikirkan? Kyuhyun? Atau dongsaengmu yang manis itu?" Min tersenyum sinis sambil menyeruput Strawberry soda nya. Sesaat aku menyesal sempat memikirkannya.

Dasar cebol!

"Aniyo! Aku hanya memikirkanmu. Kau tau kan? Aku kita sudah 5 tahun menjadi partner kerja, dan tiba-tiba harus seperti ini. Aku masih terlalu terkejut."

"He? Memikirkan ku? Maksudmu kau takut sulit untuk beradaptasi dengan rekan-rekan barumu?" Aku hanya menggangguk sebagai jawaban pertanyaan Min. tak lama yeojya mungil ini tersenyum.

"Ayolah Lee Sungmin~ Kau harus tau, kau satu-satunya namja paling fleksibel yang pernah ku kenal! Aku percaya kau bisa melakukan semuanya dengan baik."

"Aku anggap itu pujian, gomawo Minnie"

Minnie kembali tergelak, yeoja imut itu terus bangkit dari kursinya. Menatapku setelah mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak berukuran sedang.

"Yah, selamat berjuang Sungmin-oppa, Aku akan selalu mendukung mu! :) ah ya, ini hadiah kecil dariku. Semoga kau suka. Aku pergi dulu, annyeong!" Min tersenyum sangat manis sebelum melangkah pergi.

He? Tumben yeoja mungil itu bersikap manis seperti tadi. Dia bahkan memanggilku oppa?

Wew- sepertinya efek kepindahanku cukup mengerikan juga ya.

Segera kubuka kotak berukuran sedang pemberian Min barusan. Isinya sebuak bingkisan kecil dan sebuah memo.

Dengan perlahan kubuka bungkus bingkisan berwarna krim berbentuk persegi barusan.

Tunggu dulu ! Kemasan ini tidak asing…

He? "Contraceptives ?"

PS : Gunakan saat bersama Kyu atau dongsaengmu yang manis itu ya :p

Kkk~ Aku mencintai mu Lee Sungmin 3

Signed,

your beloved friend

Lee min Young (^ε^)

What the? Arrrgh! Setan kecil!

"LEE MIN YOUNG! ! !"

.

Sungmin's POV End

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Normal PoV

.

.

2 bulan kemudian…

Sungmin baru saja sampai di apartemennya ketika ia menemukan secarik memo dimeja depan pintu.

Pesan dari Donghae.

To : Sungmin-hyung

Hyung hari ini aku mungkin tidak pulang, soalnya ada persiapan festival kampus. Dan klub memaksa kami untuk lembur. Aku sudah mencoba menghubungimu, tapi ponselmu tidak aktif. Aku bahkan tak bisa meninggalkan pesan di Mailbox mu.

Segera hubungi aku kalau kau perlu sesuatu ya, hyung.

Saranghae,

Lee Donghae (^з^)-Chu!

Impuls Sungmin mengernyitkan dahinya setelah membaca memo yang menurutnya –sangat- norak itu.

"Apa-apaan dia? Yang hyung disini aku atau dia sih?" Sungmin mem-pout bibirnya kesal menghasilkan Aegyo yang diluar batas.

Namja imut itu langsung memasuki kamarnya, bermaksud membersihkan diri setelah seharian bergulat dengan pekerjaan.

Belum sampai 2 kancing kemeja yang terbuka, suara bel apartemen menginterupsi kegiatannya.

Sungmin segera beranjak dari kamarnya, karena ternyata tamunya kali ini sangat tidak sabaran. Terbukti dengan bel yang berulang kali ditekan dengan -sangat- brutal.

Namja Aegyo itu mengecek tamunya dari layar intercom yang tersedia disisi pintu.

Bersyukur pada fasilitas baru yang disediakan perusahaannya. Sebuah apartemen mewah, see?

Kedua mata Sungmin melebar melihat sosok yang sangat dikenalnya tengah memencet bel tanpa jeda dengan penampilan yang cukup berantakan.

Sungmin segera membuka pintu apartemennya, bermaksud mencegah perhatian tetangga dengan penampilan seorang Cho Kyuhyun yang sangat urakan didepan pintunya kini.

Yah, Cho Kyuhyun. Namja auburn itu tengah berdiri dengan menopang tubuhnya pada pintu apartemen Sungmin. Jelas saja tubuhnya limbung saat sungmin membuka pintu otomatisnya tanpa peringatan.

Dengan cepat namja mungil itu menangkap tubuh Kyuhyun, sebelum sang empunya jatuh menghantam lantai.

"Kyu, kenapa kau ada disini? Apa yang terjadi?" Sungmin terus mencerca Kyuhyun dengan pertanyaannya. Dengan sigap direbahkannya tubuh Kyuhyun disofa yang tak jauh dari pintu masuk.

"Engh~ Hyung…" Kyuhyun melenguh pelan. Membuat Sungmin mengernyit saat jari-jari Kyuhyun menyentuh wajahnya perlahan.

Oh, jangan lupakan bau alkohol yang menyeruak saat namja tampan berambut auburn itu mendekatkan wajahnya kearah Sungmin.

Impuls Sungmin sedikit memundurkan tubuhnya menjauhi Kyuhyun saat namja tampan itu memandanginya intens. Manic hitam pekatnya tampak sayu, efek minuman mungkin.

"Kenapa menghindariku hyung?" Ucap Kyuhyun pelan. Matanya tak kunjung lepas menatap mata kelinci didepannya. Dia merindukan mata ini, bibir merah mudanya yang sedikit terbuka menahan gugup, pipi chubby yang memerah saat mendapat sentuhan hangatnya.

Dia merindukannya, merindukan semua yang ada pada namja mungil dihadapannya.

Dengan gerakan cepat Kyuhyun menarik kedua tangan Sungmin. Memaksa mendekat kearahnya.

Dengan posesif memeluknya erat. Tak perduli sang kelinci tengah menolak dengan jengah.

Bukan, Sungmin bukan tak suka dengan pelukan Kyuhyun. Semua hal yang dirasakannya dari Kyuhyun bahkan sudah menjadi candu tersendiri untuknya. Tak bisa dipungkiri, sang BunnyMin tak kalah merindukan pangeran setan dihadapannya kini.

Tapi, bolehkan akal sehatnya bermain sesaat? Hanya untuk mencerna apa yang sedang dirasakannya. Canggung.

Jelas saja kan? 3 bulan berpisah dan rasa sakit karena dikhianati masih membekas jelas dihatinya.

Oh ya, jangan tanyakan kenapa Sungmin tidak terkejut melihat kyuhyun datang dengan keadaan mabuk seperti ini padanya.

Jawabannya? Sudah biasa.

Ini bukan pertama kalinya Kyuhyun datang dengan keadaan mabuk kepadanya setelah mereka putus. Sungmin tak bisa mengingat ini kali keberapa, andai saja ada Min Young disini, pasti gadis mungil itu dengan senang hati akan mengingatkannya.

Oh~ Dan berhentilah mengatakan Sungmin bodoh. Inilah hasil dari mencintai sesuatu secara berlebihan. Selalu berfikir Irasional, tak perduli suatu saat kau akan jatuh keneraka karenanya. Tak perduli. Sungmin sudah terjebak didalamnya.

"Hyung.. Bogoshippo. Aku kesakitan hyung.." Kyuhyun menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sungmin saat merasa sang pemilik tubuh tak lagi bergerak melawan. Sebuah seringai kecil tercipta saat harum Cranberry menguar menggoda penciumannya. Jemari kanannya memainkan daun telinga Sungmin. Kebiasaan yang hanya dilakukannya tiap kali memeluk sang BunnyMin.

Sedangkan jemari kirinya memeluk pinggang Sungmin erat. Membuat Sungmin terpaksa mendesak dinding sofa merahnya.

Sungmin masih mempertahankan diamnya. Ia hanya tak tahu harus berkata apa. Seperti biasa, membiarkan Kyuhyun meracau.

"Hyung.. mianhae, Aku sudah memutuskannya…" Kembali kyuhyun berucap pelan. Jeda di setiap kata yang keluar dari mulutnya diringi dengan mengecup titik tertentu pada leher Sungmin. Membuat sang BunnyMin menggelinjang.

Melawan? Berarti menginginkan lebih. Setidaknya itu yang Kyuhyun fikirkan.

"Kau tahukan hyung, Aku hanya mencintaimu. Demi tuhan, hanya kau hyung! Saranghae..." Dan itu menjadi ucapan terakhir Kyuhyun, sebelum Bibirnya –memaksa- bibir Sungmin untuk bertemu. Mengecupnya lembut diawal. Dan melumatnya panas saat dirasa tak ada penolakan yang berarti dari sang BunnyMin.

Sungmin hanya bisa pasrah, dia tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dan sungguh, jangan salahkan Kyuhyun dengan apa yang akan tejadi setelah ini. Salahkan perasaan bodoh yang kini menjalari sudut-sudut hati Sungmin.

Sungmin benar-benar sudah terjebak tiap kali 'dia' kembali, tanpa ada yang bisa menolongnya keluar. Hanya namja bernama Cho Kyuhyun dihadapannya kini yang bisa melakukan apapun -tanpa bantahan- atas Sungmin.

Demi tuhan, Sebenci dan sesakit apapun Sungmin atas perlakuan Kyuhyun padanya, namja aegyo itu takkan pernah bisa mengimbangi dengan rasa cintanya yang kelewat batas.

Well, untuk kali ini anggap saja dia bodoh. Dia memang bodohkan?

Terkadang dia sendiri meragukan dirinya pernah mengenyam pendidikan S2 dulu.

"Hyung… Aku merindukanmu." Sungmin sedikit tersentak saat Kyuhyun menjilat daun telinganya. Kata-kata itu.

Sudahlah, Sungmin tahu betul apa yang Kyuhyun ingin setiap kali kata-kata itu keluar.

"Aku… juga Kyu." Sungmin menjawab akhirnya, walau pelan tapi Kyuhyun tetap bisa mendengarnya. Suara merdu itu menjawabnya. Kyuhyun tahu, Lee Sungmin takkan pernah menang melawannya.

Sebuah seringai kembali tercipta dibibir merah milik namja bermarga Cho itu. Kyuhyun merendahkan kepalanya, menarik dagu mantan…- oh, mungkin sekarang sudah kembali menjadi kekasihnya. Membuat sang BunnyMin –terpaksa- menatap wajah tampannya.

"Jangan menolakku Hyung, Arra?" Sebuah permintaan yang lebih mirip perintah terlontar jelas dari bibir yang sedang menyeringai itu.

Sungmin hanya menatapnya kalut, sambil menganggukkan kepala. Sedetik kemudian, sebuah kecupan lembut kembali mendarat dibibir plump miliknya.

Kyuhyun memperdalam ciumannya karena kini Sungmin membalasnya. Mencoba mendominasi dengan sedikit menggigit bibir bawah sang labu manis.

"Enghh~ K-Kyu…" Sungmin melenguh disela-sela ciumannya. Tubuhnya memanas seiring intensitas ciuman Kyuhyun yang meningkat. Ouh! Jangan lupakan satu hal tentang Cho Kyuhyun. Si "Iblis Tampan Berkedok Manusia", hal yang sering diucapkan teman-temannya untuk mendeskripsikan siapa dia.

Dan sekarang terbukti, bukanlah Kyuhyun jika hanya menginginkan sebuah ciuman panas disaat seperti ini. Lihatlah tangan-nya yang kini beraktifitas tak kalah sibuk dengan bibirnya.

Tangan kanannya memeluk erat pinggang Sungmin, sedangkan tangan kirinya memainkan kacing kemeja Sungmin.

Dan… Voila! Dalam hitungan detik beberapa kancing kemeja Sungmin berhasil dilepasnya. Well~ Untuk urusan ini mungkin Kyuhyun berhak mendapat penghargaan. 'Pembuka Kancing Kemeja Tercepat' mungkin?

Kyuhyun menarik tubuh Sungmin mendekat tanpa melepaskan ciumannya, menjatuhkan namja mungil itu kesofa. Dengan posisi tertidur dibawahnya.

Tangan kanannya kini beranjak naik kedagu Sungmin, membuat wajahnya sedikit mendongak, agar mempermudah akses lumatannya.

"Anhh~" Desahan demi desahan berhasil lolos dari bibir mungil itu saat Kyuhyun memainkan lidahnya dalam mulut Sungmin. Tak perduli dengan saliva yang sedikit menetes karena ciuman panas itu.

Apapun menjadi tak berarti saat nafsu yang dibatasi rasa rindu itu memuncak kepermukaan bukan?

Well~ Bahkan Romeo dan Juliet pun sempat bercinta sebelum memutuskan untuk berpura-pura mati.

Ciuman panas itu berlangsung cukup lama. Saling melumat, bermain lidah, mereka benar-benar mencurahkan rasa rindu yang kian membuncah tanpa perduli tentang masalah yang sempat terjadi sebelumnya.

Sungguh sebuah keuntungan besar untuk seorang Cho Kyuhyun karena memiliki Namjachingu seperti Lee Sungmin. Melupakan semua masalah hanya dengan 1 kata maaf? Dan itu terjadi lebih dari sekali.

Bahkan Kyuhyun sendiri tak yakin bisa sepertinya jika Ia berada diposisi Sungmin.

Kyuhyun menarik diri, menghentikan ciumannya saat merasa Sungmin mulai terengah membutuhkan oksigen. Namja mungil dibawahnya kini tengah menarik nafasnya yang tersengal-sengal dengan wajah memerah dan mulut sedikit terbuka. Demi tuhan, Kyuhyun semakin tak mampu mengontrol dirinya setelah melihat pemandangan indah dibawahnya kini.

Tanpa memperdulikan nafasnya yang kian memburu, Kyuhyun segera menenggelamkan wajahnya ke leher Sungmin. Menghirup dalam-dalam harum khas Cranberry milik BunnyMin nya. Sungmin hanya menggelinjang menahan rangsangan yang kian gencar diberikan Kyuhyun.

Kedua tangan Kyuhyun kini sibuk membuka kemeja Sungmin yang kancingnya sudah copot sedari tadi. Melemparkannya sembarangan.

"Nggh~ Kyu.. anh~" Sungmin mendesah kuat saat Kyuhyun mulai mengeksplor tubuhnya. Melumat bagian-bagian sensitive dilehernya. Menggigit dan menghisapnya, meninggalkan Kissmark kemerahan disana.

"Ming~ Saranghae…" Sungmin tercekat saat Kyuhyun memanggilnya dengan sebutan itu. Lama Sungmin terdiam sambil menatap Kyuhyun yang ikut menatapnya intens. Menyelami manic hitam pekat yang memohon penuh harap. Walau tak diucapkan, Sungmin tahu betul, Kyuhyun memohon untuk kembali padanya. Kyuhyun membutuhkannya. Mata itu menunjukkan ketulusannya.

Sebuah senyuman yang sangat manis tersungging dibibir plump miliknya. Sungmin meraih wajah Kyuhyun yang masih menatapnya penuh harap. Mendekap wajah stoic itu dengan kedua tangannya, mengecupnya pelan.

"Nado, Nado Saranghae Kyu…"

Dan sebuah seringai kembali tercipta dibibir namja auburn itu. Kyuhyun lantas mendekatkan wajahnya ketelinga Sungmin.

"Bisa tunjukan kamarmu, chagi?" Sebuah bisikan yang sukses membuat wajah Sungmin memerah, tak lama jari lentik miliknya terangkat dan menunjuk kesebuah ruangan yang tak jauh dari kedua namja itu berada.

Kyuhyun tersenyum. Mengangkat tubuh mungil Sungmin dan kembali melumat bibirnya. Berjalan keruangan yang tadi ditunjuk Sungmin.

Well, untuk kesekian kalinya, sang kelinci kembali terjerat dengan pesona Serigala.

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

TBC

[Fanfic] Two Would Could Not be One / KyuMin

Tittle : Two Would Could Not be One [serial]

Author : Yuera Akihime - Akiru Akihime

Chapter : 1

Main Casts : Sungmin / Donghae / Kyuhyun [Super Junior] | Lee Min Young aka Min [MISS A]

Pairing : KyuMin | HaeMin

Genre : AU | General | Romance | Fluff | Angst

Rating : PG - 15

Disclaimer : I have my own line story

BGM : Chizuru by the GazettE | Sakura no Namida by UnsraW

Warning : Yaoi | Incest | Bad-Hae/Kyu | Poor-Min | Crack Pair | Typo(s) | Abal | Geje | bosenin | Alur yg ribet bikin readers bingung | anti klimaks | bahasa ga sesuai EYD | OOC as always. [lol]

Note : You have the right to choose TBC or END… xD


Full of Sungmin's POV

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

"Dingin~" Suara pelan di telingaku sedikit mengusik waktu tidurku. Aku membiarkannya saja. Masih terlalu letih untuk sekedar membuka kedua kelopak mataku yang terkatup erat. Masih jelas tercium aroma minuman keras yang entah berapa botol aku habiskan sendiri tadi malam. Kepalaku masih pusing. Hangover. Seharusnya aku masih bisa menahan diri untuk tidak mabuk. Pagi ini ada rapat penting di kantor.

Cho Kyuhyun sialan!

Dia kembali mencampakkanku. Lagi.

Dan kali ini demi seorang namja yang bahkan aku tidak mengenalnya. Menjijikkan. Aku tidak akan menceritakan hal ini pada Min young. Tidak akan.

"Hyung, dingin~" Suara itu lagi. Kali ini seirama dengan suara gesekan pelan di tubuh bagian atasku. Terasa sangat dingin dan~ lengket?

Kedua tangan yang belum sempat aku membuka mata telah memelukku. Aroma shampo yang sama denganku. Aroma mint dari cologne yang sangat tidak asing. Perasaan apa ini?

"Hangatkan aku lagi, Minnie hyung."

Apa?

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

"Roti bakar lagi?" Donghae menganyun roti bakar gosong dengan tangan kirinya. Jelas sekali tertulis di wajahnya 'aku benci roti bakar apalagi dalam keadaan gosong!'. Ya, apa boleh buat, aku sudah terlambat dari setengah jam yang lalu. Makanan yang bisa aku buat dalam keadaan tergesa hanyalah roti bakar dan itupun dalam keadaan gosong. Mau tidak mau dia harus menghabiskannya. Suka ataupun tidak.

"Hyung ada rapat, kalau kau masih lapar kau bisa beli sesuatu di kampusmu. Ambil saja uang yang ada di kamarku. Kau tentu sudah tahu tempatnya, kan?" Ujarku sinis mengingat dia selalu berhasil menemukan kotak penyimpanan uang kami.

Donghae kemudian menghela nafasnya pelan. Meletakkan rotinya sembarangan di atas pring yang ada di depannya.

"Kapan hyung pulang?" Tanyanya seraya mengambil jepitan rambut sebelum memelintir poninya keatas yang kian memanjang dan menjepitkannya.

"Malam" Ujarku cepat seraya memasukkan handphone, notebook dan berkas-berkas rapat ke dalam tas. "Kau tidak usah menungguku" Tambahku lagi.

"Berarti aku boleh pulang malam? Ada kegiatan klub di kampus"

"Terserah"

Donghae pun tersenyum senang. Entah karena apa dia tersenyum. Bahkan saking senangnya dia kembali mengambil roti bakar gosongnya dan mengoleskan selai cokelat ke atas rotinya. Selai yang sudah hampir habis. Aku lupa membelinya kemarin.

"Aish~ repot!" menghempaskan sendoknya sembarangan Donghae mulai mengorek botol selai dengan telunjuknya. Jorok!

"Hei, apa kau tidak bisa menggunakan sendokmu?"

"Terlalu repot, hyung~" Ujarnya seperti menggodaku. Memainkan telunjuknya yang penuh selai coklat di udara dan kemudian menjilatnya dengan aura yang sungguh~ sexy?

Kembali mengingatkanku dengan kejadian semalam.

Tubuhnya yang hangat, sentuhannya, kecupan bibirnya, keringat beraroma mint, bahkan aku ingat aku juga yang telah meninggalkan tanda kepemilikan merah yang menyembul dari di lehernya itu.

Argh, Apa yang telah kulakukan?

"Aku harus pergi!" Kataku pada akhirnya sebelum bayangan-bayangan tadi malam kembali membawaku ke alam bawah sadarku.

Aku kembali merapikan tampilanku di depan pintu keluar. Entah kenapa aku merasa grogi, atau bahkan mungkin kalut berhadapan dengan Donghae. Kejadian semalam sungguh tercetak jelas di dalam pikiranku saat ini.

"Hyung?"

Suara Donghae berhasil mengangetkanku. Dia berdiri di belakangku masih dengan menjilati bekas selai cokelat yang tersisa di telunjuknya.

"Mengenai kejadian sema..."

"Tidak usah dibahas! Aku yang salah!" Potongku kalut seraya menutupi wajahku dengan tangan kiriku. Sesaat aku bisa melihat wajah Donghae yang cengo yang kemudian tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku.

"Hahahaha. Bukan itu, maksudku, aku hanya ingin bilang hyung jangan mabuk lagi, ya? Kau itu berat, tau!" Ujarnya merengut yang kemudian berhasil membuatku bernafas lega.

"Ya, aku tahu! Aku pergi dulu!"

"Tapi, jujur aku menyukainya, kok! Tapi kalau bisa tidak dalam keadaan mabuk". Iatersenyum menggoda.

He? Apa katanya?

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

Meghempaskan kepalaku pelan ke atas meja kerja. Hari ini sungguh melelahkan, tidak cukup hanya dengan kejadian semalam, Kyuhyun yang memang boss tempatku bekerja seperti memforsir seluruh tenagaku hari ini.

"Argh!" Mengacak-ngacak rambutku yang memang sudah berantakan tidak berhasil membuatku lupa dengan Donghae dan kejadian tadi malam.

Mau ditaruh dimana mukaku nanti? Dia namdongaseng ku, pabbo! Setidaknya dia sudah menjadi dongaseng ku. Umma ku sudah meninggal delapan tahun yang lalu, tiga tahun kemudian appa menikah lagi dengan yeoja lain, yeoja berdarah perancis. Ibunya Donghae. Ya, aku tahu kami tidak punya ikatan darah sama sekali. Darah yang mengalir di tubuhnya berbeda dengan darahku. Tapi, semenjak orang tua kami meninggal dalam kecelakaan pesawat dua tahun yang lalu. Siapa lagi yang aku punya? Donghae. Dan dia adalah dongaseng ku.

Pabboya! Jeongmal Pabbonika!

"Hei!" Ujar seseorang dengan suara familiar dari kabin sebelah. Lee Min Young, aku tahu itu pasti dia.

"Kenapa?" Tambah Min young lagi.

Sial!

Dia selalu muncul di saat seperti ini.

"Aku putus dengan Kyuhyun!" ujarku ketus. "Kau pasti senang, kan?"

"Well, Aku sudah menduganya. Dia tidak akan mungkin lama denganmu, tapi aku tahu, kalau hanya karena masalah Kyuhyun kau tidak mungkin bertingkah seperti ini. Di kantor! Setidaknya kau tadi malam juga sudah mabuk-mabukkan untuk melupakan masalah Kyuhyun, dan biasanya itu cukup ampuh."

Impuls aku merasakan perubahan mimik wajahku. Arggh~ Lee Min Young sialan! Dia selalu bisa membaca situasi ku!

"Dia berkencan dengan namja lain, puas?"

"Belum cukup alibi, Lee Sungmin chagi~. Ini sudah ketiga kalinya dia kedapatan berkencan dengan oranglain. Kenapa? Apa ada masalah lain?" Min young selalu berhasil mengorek cerita dariku. Ah, jangan lupakan satu hal menarik dari yeoja imut ini. Selain sarkastik, dia itu Fujoushi. Jangan heran kenapa dia tidak canggung dengan ceritaku.

Jangan ceritakan! Jangan ceritakan!

"Bukan urusanmu, Chagiya~"

"Akan menjadi urusanku kalau dongsaeng mu yang manis itu rela hujan-hujanan menjemputmu ke sini dan tersenyum di belakangmu" Ia tersenyum sinis sambil menunjuk kearah belakangku.

"He?"

"Tumben dia menjemputmu kalau memang tidak terjadi apa-apa denganmu semalam" Ujar Min lagi seraya menunjuk pintu kabin ruanganku.

Donghae?

Berdiri dalam basah tepat dua meter di depanku.

"Kau lupa membawa payungmu, hyung"

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.

"Kenapa kau menjemputku?" Melepaskan mantel biru yang diberikan Donghae tadi dan menggantungkannya di gantungan dekat pintu. Aku beranjak masuk ke dalam rumah. Seperti acuh tak acuh akan jawabannya nanti.

"Hujan" Jawaban yang sangat simpel.

"Aku bisa pulang sendiri, lagipula ini bukan pertama kalinya aku kehujanan di kantor. Aku bisa naik taksi atau bersama Kyuhyun. Mungkin… " Ujarku seraya meneguk air mineral yang telah kuambil dari kulkas tadi.

"Bukannya kalian sudah putus?"

Glek.

"Darimana kau tahu?" Aku mencoba tenang dengan duduk di sandaran jendela dan menyembunyikan wajahku dari Donghae dengan melihat keluar. Masih gerimis.

"Hyung selalu menyebut nama Kyuhyun tadi malam."

"He?" Impuls aku menoleh ke arahnya.

"Tapi dengan embel-embel brengsek, keparat, bajingan, set~"

Sial!

"Jangan ungkit masalah tadi malam!" Aku panik. Berdiri dan langsung berlari ke arahnya yang duduk di lantai. Tanpa sadar aku sudah berada di atas meja, bersimpuh di atasnya.

"Jangan~" Ujarku lagi seraya memegang kedua belah pipinya untuk memastikan dia mengerti apa yang ku maksud.

"Aku yang salah, maaf. Hyung mabuk!"

"Gwaenchana, hyung. Aku suka." Donghae melepaskan kedua tanganku dan meraih kepalaku yang memang sudah berjarak 10 cm darinya. Menghembuskan nafasnya di atas bibirku. Aroma tadi malam terasa begitu kuat.

Donghae menciumku.

Dongsaeng ku menciumku. Tepat di bibir.

"Apa yang kau lakukan, Hae!"

Melepas paksa rengkuhan tangan Donghae yang sudah melingkar di pinggangku. Syukurla, Ia dengan mudah melepaskannya. Dia hanya tersenyum setelah itu. Seperti menyusuri ekpresi wajahku yang entah seperti apa rupanya.

"Bukannya hyung harus tanggung jawab?"

Tanggung jawab?

"Bekas yang tadi malam masih kelihatan jelas lho, hyung?"

Bekas?

Donghae melepaskan kemeja putih yang menutupi tubuh bagiannya. Bekas-bekas merah terekspos jelas di setiap sudut tubuhnya. Sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang begitu putih. Khas orang perancis.

"Aku yang melakukannya?" Ujarku polos.

"Terakhir kali aku melakukannya dengan hyung, lho. Semalam." Menjentik pelan dahiku yang masih terduduk di depannya. Di atas meja. Kemudian Donghae membaringkan kepalanya di atas pahaku dan kedua tangannya yang bebas kembali memelukku.

"Kau bohong!"

Donghae berdecak pelan. Kemudian menengadahkan kepalanya melihat ke arahku dengan dagu yang masih ditopang di atas pahaku.

"Ya, apa boleh buat, hyung. Kau harus tanggung jawab untuk selalu di sampingku, setidaknya sampai tanda-tanda ini hilang. Aku jadi tidak bisa melakukannya dengan pacar-pacarku, kan hyung?"

Tanggung jawab?

"Aku kedinginan, Lee Sungmin. Kau mau kan menghangatkan ku lagi. Seperti tadi malam?"

Arrgghh! Mendadak kepalaku pusing.

.

.

*:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..o○ *:..o○゚・:,*:..

.

.


TBC